"Kau akan mati!"
"Tidak! Tidak sebelum aku menyelamatkan Theo— aargh," jiwa Xie seperti tertarik lepas dari tubuhnya. Ia jatuh berlutut di tanah tempatnya berpijak saat ini. Pedang itu kini telah terlepas dari pegangannya dan terjatuh di sisinya. Kesadarannya sudah tak lagi pada dunia yang dipijaknya saat ini, melainkan sudah tiba di alam bawah sadar.
"Xie!!" teman-temannya langsung berlari menghampirinya, berusaha melewati serangkaian badai udara dingin tak terlihat yang mengelilingi Xie.
.
Xie membuka matanya. Melihat sekelilingnya yang hanya berwarna putih. Ia sama sekali tak dapat melihat hal lain selain warna putih yang mengelilinginya.
"Di mana aku?!" tanya Xie.
"Mengapa kau begitu menginginkan pedang itu?"
Xie langsung menengok ke asal suara. Seorang pria dengan pakaian serba putih berjalan ke arahnya. Pria itu memiliki tinggi badan yang lebih tinggi darinya, rambut sedikit ikal di ujungnya, dan pipi yang sedikit chubby.
"Tunggu, kau?" Xie membelalakkan matanya melihat sosok yang berdiri di hadapannya saat ini. Sosok itu sangat mirip dengan Theo. Sama sekali tidak ada bedanya. "Siapa kau?! Kenapa kau-"
"Ssst," pria itu meletakkan telunjuknya di bibir Xie, mengisyaratkan untuknya untuk diam. "Saat ini kau berada di alam bawah sadarmu, aku yang membawamu kemari," ucapnya tenang. Pria itu menarik kembali telunjuknya dan berdiri tegak di hadapan Xie.
"Siapa kau? Bagaimana kau bisa sangat mirip dengan Theo?" tanya Xie.
"Aku jiwa yang ada pada pedang itu, wujud dan sifatku selalu mengikuti tuanku, jadi jangan terkejut jika setelah ini wujudku akan sama seperti dirimu. Namun sebelum itu kau harus mengalahkanku di sini. Jika kau berhasil kau akan jadi tuanku, tapi jika kau gagal kau akan mati," ujarnya santai.
"Hah? Eh, tidak, tunggu! Aku tidak menginginkan pedang itu!" elak Xie.
"Lalu untuk apa kau membangkitkanku?!"
"Aku hanya ingin kau menyadarkan tuanmu, saat ini ia berada di bawah kendali Don Armage," Xie mengucapkan permintaannya hati-hati.
Sang jiwa pedang yang berdiri di hadapannya hanya menggaruk-garuk kepalanya. Wajahnya memasang raut bingung, "Seharusnya aku tidak bisa melakukan ini, tapi—"
"Tapi apa? Ini demi tuanmu!"
"Aargh, baiklah! Akan ku beritahu caranya."
Sang Jiwa Pedang mengatakan langkah-langkah yang harus dilakukan oleh Xie dan Xie hanya mengangguk-angguk mengerti. "Kau sudah mengerti?" tanyanya.
"Ya," jawab Xie dengan senyum di wajahnya.
Sebuah pintu muncul di depan mereka. Sang Jiwa Pedang membukakan pintu itu untuk Xie dan mempersilakannya untuk pergi. Xie hanya menurutinya dan berjalan melewati pintu itu. Sebuah cahaya yang amat menyilaukan muncul di hadapannya sesaat setelah pintu itu tertutup. Xie menutup matanya karena tak tahan oleh silaunya. Cahaya itu seperti melahapnya begitu saja.
.
"Xie!"
Sebuah suara memanggilnya. Suara itu berasal dari sisinya, membuat Xie perlahan membuka matanya. Tidak ada lagi ruang putih, itu artinya ia sudah sadar dan berada di dunia nyata. Tidak lagi di alam bawah sadarnya.
"Kak," panggil Xie pada kakaknya yang saat ini tengah memeluknya dalam pangkuannya.
"Xie, kau sudah sadar?" tanya Stinger bahagia. Xie hanya mengangguk.
"Syukurlah," ucap Lucky.
Tiba-tiba saja, Naga yang sejak tadi bertarung melawan Theo terlempar ke arah mereka. Tubuhnya dipenuhi oleh luka-luka akibat serangan Theo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyuuranger : The Lost Sister ✔
Fanfiction"Aku tak perlu diakui jika nantinya pengakuan itu malah membuatku lebih menderita." -Xie Antares Hidup di dunia yang bahkan tak menyadari kehadirannya bukanlah sesuatu yang mudah. Bahkan ketika orang terdekat yang diharapkannya menyadari keberadaann...