Seorang pria terikat di dalam sebuah ruangan gelap. Rahangnya dikeraskan, menahan rasa sakit yang dirasa. Pandangannya ia arahkan ke penjuru ruangan yang kosong lagi gelap, hanya ada beberapa sarang laba-laba yang sudah ditinggalkan dan sedikit sinar matahari yang masuk. Beberapa kali ia coba melepaskan rantai yang mengikat kedua tangannya tapi tak kunjung berhasil.
Sesosok berjubah hitam dan seorang yang tampak seperti anak buahnya berjalan menghampirinya. Tatapan tajam penuh analisa ia arahkan pada orang itu. Napasnya memburu seakan siap membunuh sosok berjubah itu sekarang juga.
"Lepaskan aku!" pria itu memerintah.
Sosok berjubah itu hanya tertawa mendengar perintah dari sosok di hadapannya saat ini. "Kaupikir aku akan melepaskanmu semudah itu?" tanya sosok itu dengan suara beratnya.
"Apa yang kau lakukan padanya?"
"Gadis itu? Aku tidak melakukan apapun padanya," jawabnya enteng.
"Apa maksudmu?!"
"Apa kau tidak mengingatnya? Kau lah yang hampir membuatnya mati, Pangeran Theo," ucap sosok berjubah yang tak lain adalah sosok Don Armage.
Pria itu —yang tak lain adalah Theo— membelalak terkejut, baru menyadari dirinya tadi dikendalikan oleh Don Armage, dan sekarang ia sudah berada di ruang kosong dengan kondisi terikat. Don Armage pasti sudah membuatnya melakukan sesuatu yang sama sekali ia tidak inginkan.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Theo. Napasnya semakin memburu, tatapannya memancarkan kekhawatiran.
Don Armage menyuruh anak buahnya untuk memutarkan rekaman pertarungan yang terjadi antara Theo —yang berada di bawah kendalinya— dengan Xie. Ia hanya menatap senang melihat Theo yang menyaksikan pertarungan itu dengan perasaan takut.
Theo menatap tak percaya saat melihat dirinya melukai sosok Xie dengan begitu mudahnya. Setetes air mata menetes jatuh di pipinya, diikuti dengan bulir-bulir lainnya. Ia menundukkan wajahnya, menenggelamkan kepalanya dalam penyesalan saat melihat Xie yang jatuh terkulai akibat ulahnya. Tepatnya ulah Don Armage yang mengendalikan tubuhnya.
"Keterlaluan!" Theo mencoba memberontak dari rantai yang mengikatnya, namun anak buah Don Armage memukul bagian ulu hatinya dengan keras, membuatnya kembali terdiam lemas.
"Ada apa? Apa kau menyesal mengkhianatiku?"
Theo hanya tertunduk.
Don Armage melemparkan pedang milik Theo ke hadapannya, "Kau harus membalas semua perbuatanmu!"
"Kau bunuh saja aku," ucap Theo pelan.
"Apa?"
"Kau bunuh saja aku!" Theo meninggikan suaranya. "Jangan lukai Xie, aku mohon," ucapnya memohon.
Don Armage hanya tertawa mendengarnya. Tentu ia tak akan mengiyakan permohonan sosok pria di hadapannya. "Kaupikir aku akan menuruti permintaanmu? Nyawamu sama sekali tak ada harganya bagiku!" ucapnya.
"Lagipula, melihatmu hidup dengan penderitaan jauh lebih baik. Itu akan membuatmu menyesal karena berani mengkhianati Jark Matter!"
Don Armage kembali memberikan Dark Energy-nya pada Theo, membuatnya kembali berada di bawah kendalinya. Seluruh rantai yang mengikat tangan Theo sudah terlepas. Saat ini, Theo sudah berdiri dengan pedang di tangannya, dan siap melakukan apapun yang diperintahkan sosok di hadapannya.
.
"Ketemu!"
Seluruh anggota Kyuuranger yang berada di Ruang Pertemuan ORION langsung menatap ke arah Raptor.
"Jadi, apa saja yang sudah kau temukan?" tanya Tsurugi.
"Sebenarnya tidak begitu banyak, tapi," Raptor mempresentasikan hasil pemeriksaannya terhadap pedang di tangan Theo, menunjukkannya pada seluruh teman-temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kyuuranger : The Lost Sister ✔
Fanfiction"Aku tak perlu diakui jika nantinya pengakuan itu malah membuatku lebih menderita." -Xie Antares Hidup di dunia yang bahkan tak menyadari kehadirannya bukanlah sesuatu yang mudah. Bahkan ketika orang terdekat yang diharapkannya menyadari keberadaann...