Sorry for typo(s)
Untuk pertama kalinya, Jaemin duduk di arena penonton lapangan basket sekolah. Ramainya para siswa dan siswi memeriahkan pertandingan antar sekolah tersebut. Di sampingnya juga, ada Renjun, Jeno dan Haechan yang berteriak penuh semangat. Ada lima anggota dalam satu regu yang sudah berada di arena tersebut, yang paling menonjol adalah adiknya — si jangkung dari kelas sepuluh.
Sungchan menoleh padanya dengan senyuman lebar, seakan meminta doa dan semangat. Kedua sudut bibir Jaemin membentuk senyuman, lengan pemuda Na terangkat untuk menunjukkan spanduk yang bertuliskan namanya. Benda itu ia dapatkan dari teman sekelas sang adik, manik pemuda Jung itu berbinar.
Peluit tanda permainan dimulai, Jaemin tidak begitu paham apa yang terjadi di depannya. Ia hanya fokus melihat Sungchan yang sudah mengejar bola oranye di sana, saling mengoper pada teman sampai kemudian sampai di tangan Chenle. Yang dilihat jaraknya cukup jauh, tetapi bola itu masuk begitu mulus dalam ring basket. Teriakan anak-anak di sana menggema, sekolah mereka memimpin poin lebih awal.
Durasi setiap permainan adalah sepuluh menit, masih ada tiga kali pertandingan berlangsung, adanya Chenle di sana benar-benar menjadi malaikat ditambah dengan Sungchan dengan tinggi badannya dan satu lagi teman satu angkatan Jaemin yang berbeda kelas bernama Shotaro.
"KERJA BAGUS CHENLE!" seru Renjun dan Jeno di sana.
Pemuda Na tertawa kecil, merasakan keseruan melihat pertandingan ini. Atensinya beralih pada Haechan yang tidak mengeluarkan suara, anak itu sibuk dengan ponsel dengan raut wajah gelisah. Tangan Jaemin terangkat, menyentuh bahu temannya tersebut dan sedikit mencondongkan tubuh karena riuhnya keadaan di sana.
"Ada apa, Chan?"
Senyum tipis ditampilkan, Haechan menggelengkan kepala. Namun, kemudian ponsel pemuda Lee itu menyala pertanda ada notifikasi masuk. Jaemin tak sengaja melirik dan melihat nama Johnny dengan emoticon beruang dan hati muncul.
Kedua alis pemuda Na terangkat, dua teman itu saling menatap. Haechan memasang ekspresi terkejut telah tertangkap basah berbohong. Karena sudah terlanjur, si pemilik ponsel itu membuka menu pesan dan menunjukkan layar percakapan tersebut padanya.
"Ada pertemuan penting di perusahaan agensinya, keluargaku diundang. Aku tidak mau datang, aku tidak ingin... mempermalukannya."
Sebelum menjawab, Jaemin berbalik menghadap Renjun dan Jeno seraya mengatakan bahwa dia akan mengantar Haechan keluar karena sudah dijemput. Kepergiannya diketahui oleh Sungchan. Pertandingan istirahat selama sepuluh menit, pemuda Na hanya memberi kode pada sosok teman di belakangnya.
Suara kruk Haechan mengikutinya dari belakang, mereka berhenti sejenak di lorong sekolah kemudian duduk di bangku depan kelas supaya mengobrol lebih tenang dan tanpa berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amata✓
Fanfiction"Mati itu pasti, Jaemin." "Kalau aku belum siap?" "Maka berjuanglah untuk hidup." ©piyelur, 2021