A.4

5.2K 817 86
                                    

Sorry for typo(s)




Malam itu, Jaemin tak bisa memejamkan mata. Suara selimut dan sprei yang bergesekan serta hembusan napas panjang keluar dari belah bibir. Maniknya menatap dinding dengan warna cat putih di sana, ruang sebelah yang menjadi kamar sang ayah kini ditempati oleh Sungchan. Sudah berapa tahun terlewati mereka tidak menghabiskan waktu bersama? Rasanya lama sekali. Padahal, setiap hari pun mereka bertemu.



Gulingnya dipeluk dengan erat, Jaemin tahu bahwa senyuman Sungchan begitu tulus untuknya. Dia tidak pernah menyerah tentang persaudaraan mereka, tetapi pemuda manis itu masih merasa bersalah atas sikap yang dipilih selama ini. Kenyataan tentang masalah di antara mereka dahulu, bukankah tanpa disadari dia menjadi salah satu yang menghina kehadiran pemuda Jung tersebut?



Ia merutuki dirinya sendiri, malu terhadap sikap yang diambil. Tangannya bergerak mengambil ponsel yang ada di atas nakas, menggulir beberapa nama kontak di sana ketika menemukan satu yang dituju, Jaemin menekan kemudian memilih opsi pesan singkat.

Beberapa saat ia menunggu balasan, padahal Jaemin yakin anak itu sedang memegang ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Beberapa saat ia menunggu balasan, padahal Jaemin yakin anak itu sedang memegang ponsel. Menit-menit selanjutnya, masih memandang layar menyala tersebut.
Bibirnya mengerucut, pemuda itu mengetik kembali.

 Bibirnya mengerucut, pemuda itu mengetik kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tak sampai satu menit, notifikasinya menyala.

Tak sampai satu menit, notifikasinya menyala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Amata✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang