Sorry for typo(s)
Hal yang tidak disukai Jaemin dari sang ayah adalah pekerjaannya, lelaki itu sering kali keluar kota menghadiri berbagai pertemuan dari kolega kerja bahkan pernah sampai ke luar negeri secara mendadak. Dan kali ini, ia mengalaminya kembali. Bibir anak itu melengkung ke bawah ketika duduk di ranjang untuk melihat beliau mengemasi baju-baju ke dalam koper.
Mungkin, bagi sebagian remaja lainnya pasti ini momen menyenangkan. Akan tetapi tidak bagi Jaemin, selalu ada rasa khawatir jika ditinggal seperti ini.
"Nanti Jaeminie ke tempat Papa Jaehyun saja ya? Ayah sudah bilang," ujar Yuta di sana masih mondar-mandir.
Ketika tidak mendengar sahutan dari Jaemin, lelaki itu menghentikan kegiatannya. Yuta beralih ke samping putranya sembari merangkul bahu kurus tersebut. Yang lebih muda, menyandarkan kepalanya dan mendusal pada dekapan sang ayah.
Senyum Yuta terbit dengan lebar, mengeratkan pelukan untuk beberapa saat. Tangannya terangkat mengusap surai hitam sang buah hati.
"Jepang itu jauh, seminggu. Ayaaah!" rengeknya.
Padahal, tempat itu kampung halaman mereka. Namun, Jaemin bisa dihitung dengan jari untuk berpergian dengan pesawat dan jarak jauh.
"Makanya, Jaemin nanti ditemani Papa dan Sungchan supaya tidak kesepian. Ajak adikmu main dengan teman-teman juga boleh, nanti Ayah kasih uang sakunya."
Tawaran tersebut tidak membuatnya tertarik, justru semakin mengeratkan pelukan bahkan kedua kaki itu berada di atas paha Yuta seakan menahan untuk tidak bergerak. Lelaki itu tertawa melihat tingkah manja seperti ini, memang dalam pandangannya sampai sekarang Jaemin masih terlihat kecil dalam dekapannya.
Kepala itu terangkat menatap wajah Yuta, maniknya mengerjap beberapa kali masih memasang wajah sendu.
"Nanti saat ulang tahunku, kita ke pantai ya, Ayah?"
Kedua garis alis Yuta berkerut ketika mendengar permintaan tiba-tiba dari putranya dan tatapan sedih tadi diganti dengan senyuman lebar.
"Kenapa?" tanyanya tanpa sadar.
Jaemin melepas pelukan tersebut, ia berdeham sebelum memberi jawaban, "Ya, ingin saja. Aku kan belum pernah ke pantai bersama Ayah. Paling jauh juga pergi ke resort di Busan, padahal juga ada pantai tapi tidak ke sana sama sekali," sorot matanya masih memohon dengan lembut, "Nanti Ayah gendong Jaemin! Lalu, Papa dan Sungchan membuka buah kelapa, kita minum bersama sambil potong kue!"
Untuk sejenak, Yuta memandangi wajah sang buah hati. Setiap kali mereka membuat janji untuk pergi, selalu saja ada halangan yang mengganggu. Pun Jaemin tidak pernah protes, ia memaklumi dulu ayahnya juga sering kali mangkir dari pekerjaan untuk menemani dirinya di rumah sakit.
Dan dengan senyuman, Yuta menganggukkan kepala atas permintaan tersebut. Jemarinya mengusak surai depan putranya lembut.
"Baiklah, putra Ayah. Sekarang, jangan bersedih. Antar Ayah sampai ke bandara ya?"
"Owkeee!"
***
Sesuai janjinya, Jaemin mengantar sang ayah sampai ke bandara. Dan sebelum waktu keberangkatan tiba, keduanya masih berdiri di depan lokasi check in. Pasangan ayah dan anak itu berdiri secara berhadapan, tinggi Yuta sudah dikejar oleh sang buah hati. Keduanya saling tersenyum, seakan sedang menatap diri sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Amata✓
Fanfiction"Mati itu pasti, Jaemin." "Kalau aku belum siap?" "Maka berjuanglah untuk hidup." ©piyelur, 2021