07. Salon

224 106 17
                                    

Isa tengah memakai sepatunya terburu. Sedangkan Sunghoon sudah rapi dan siap mengantar gadis itu pergi. Isa ingin sekali memotong rambutnya menjadi pendek, sesekali ia ingin mencoba gaya baru pada rambut panjangnya itu

Sembari menunggu kedatangan gadis itu, Sunghoon memutuskan untuk mengeluarkan ponselnya dan memainkannya. Entah melihat sosial media atau berkirim pesan dengan Jake.

Dirasa sepatu yang ia pakai talinya sudah terikat semua, Isa beranjak. Tungkainya ia arahkan keluar rumah. Tak lupa Isa mengunci pintu dengan kunci cadangan.

Sekedar informasi, Wendy sedang tak ada di rumah. Wanita paruh baya itu tak memberi kabar pada anaknya mau pergi kemana. Alhasil, Isa hanya bisa menghubungi Wendy lewat pesan.

Wendy memang seperti itu. Ketika ia mau pergi kemana, ia tak pernah memberi tahu anaknya. Entah lupa atau karena itu merupakan hal sepele, tetapi ketika anaknya mau pergi, Isa wajib memberi tahu Wendy terlebih dahulu.

Awalnya kemarin, Isa hampir tidak diizinkan Wendy untuk pergi ke salon. Bukan karena yang mengantarnya adalah cowok, tapi Wendy menyayangkan rambut panjang Isa jika harus dipotong menjadi pendek. Padahal rambut gadis itu sudah sampai sepinggang.

Setelah selesai dengan urusannya, Isa memasukkan kunci itu ke dalam tas selempangnya. Gadis itu terlihat cantik ketika dress selutut dengan warna ungu muda itu membalut tubuhnya. Tak hanya itu, Isa juga memakai cardigan berwarna putih disertai sepatu ket yang juga berwarna putih. Tak lupa rambutnya ia kuncir kuda supaya tidak risih.

Gadis itu berbalik, menemukan Sunghoon yang tengah menyandar pada tembok disamping pagar. Fokusnya masih kearah ponselnya, tak menyadari kedatangan Isa. Isa yang melihatnya merasa takjub, dan entah karena apa, bisa-bisanya jantungnya kini berdegup sangat cepat. Dan disertai kedua pipinya mengeluarkan pigmen kemerahan. Ah, lama-lama Isa bisa gila karena lelaki itu. Mungkin karena saking tampannya Waja Sunghoon, Isa jadi mendadak terdiam. Otaknya berkeliaran kemana-mana. Sampai-sampai ia memikirkan bagaimana jadinya kalau Sunghoon menjadi kekasihnya. Ah, sudahlah.

Menepis semua pikiran yang mulai mengada-ada, Isa memilih memanggil lelaki itu, yang dipanggil pun tersenyum. Ponselnya ia kembalikan ke kantung celananya. Kini kedua manik mata mereka bertemu. Saling mengirim sinyal atas suatu kekaguman.

"Eh, udah?"

Setelah Isa menghampiri lelaki tersebut, Sunghoon tak henti-hentinya menatap Isa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah Isa menghampiri lelaki tersebut, Sunghoon tak henti-hentinya menatap Isa. Matanya menelisik pakaian gadis itu dari atas kebawah dan kembali ke atas lagi. Namun ada yang mengganggu penglihatan Sunghoon, Isa sebenarnya cantik dengan outfit seperti itu, tapi mereka akan pergi menggunakan motor. Bisa gawat jika dress Isa tersingkap karena diterpa angin.

"Kok itu pendek banget" ucap Sunghoon sembari menunjuk ke bagian bawah dress Isa.

"Kenapa? Kan bagus. Kamu nggak suka?" Isa bertanya sembari mempoutkan bibir mungilnya itu. Sunghoon tidak sedang memerintahnya untuk mengganti baju, kan? Jika benar, Isa bakalan kecewa karena sudah berpenampilan cantik seperti ini.

HALCYONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang