18. Firasat Buruk

65 49 2
                                    

Hari cepat sekali berlalu, dan hari Minggu sudah tiba. Hari ini yang katanya Isa diajak Jisung menemani makan malam, Isa lakukan. Pikirnya, karena Jisung telah membantunya tempo hari, jadi Isa menerima tawarannya.

Setelah selesai dengan kegiatan berdandannya, Isa langsung pergi keluar untuk menunggu ojek yang ia pesan. Awalnya Jisung ingin menawari tumpangan, tapi Isa tolak. Gadis itu tak mau merepotkan orang lain, belum lagi kalau ternyata rumah Jisung jauh dari rumahnya.

Malam sudah menunjukkan pukul tujuh. Dirinya yang terbalut dress selutut berwarna soft purple, dilengkapi dengan sepatu berwarna putih, dan tas selempang yang berwarna putih juga.

Tak lama kemudian ponselnya berdering. Nama Sunghoon tertata di layar ponsel tersebut. Tak butuh waktu lama tangan Isa pun langsung menjawabnya.

"Ya?"

"Lo di rumah gak?"

"Mau keluar"

"Kemana?"

"Kencan"

"Isa! Apa-apaan sih Lo. Hahaha, gak lucu tau"

Terdengar gelak tawa dari seberang sana. Isa bingung, apa yang dipikirkan lelaki itu. Padahal nada bicara Isa pun tak terdengar sedang bercanda.

"Terserah!"

Diam beberapa saat, sampai akhirnya Sunghoon melontarkan pertanyaan lagi.

"Lo becanda kan?"

"Bukannya Lo yang bercanda ya Hoon?" Kini Isa berani membalas. Berani-beraninya Sunghoon menanyai demikian, alih-alih tidak memberi tahu kalau Sunghoon sendiri memiliki kekasih yang disembunyikan dari dirinya.

Sebagai sahabat, apakah Isa tak begitu berarti sehingga Sunghoon menutupi hal yang penting itu dari dirinya. Jujur, hati Isa masih sakit mengingatnya.

"Jisung ya?"

"Iya"

"Kenapa harus dia sih, Isa? Gue udah bilang kalo dia itu nggak ba-"

"Terus?" Ucapan Sunghoon terpotong oleh pertanyaan Isa.

"Coba gue tanya. Calon istri? Lo nggak pernah sekalipun bilang Hoon sama gue kalo Lo punya pacar dan bahkan cewek itu jadi calon istri Lo?! Apa pernah Lo bilang hal penting kayak gini ke gue?"

Isa menanyakannya sambil menahan emosi yang perlahan meluap ke permukaan. Air matanya sudah menggenang siap untuk meluncur kapan saja jika gadis itu memejamkan matanya.

"Gue bisa jelasin! Lo mau ceritanya? Gue bakal cerita sesuai kemauan Lo! Tapi please, Isa, jangan Jisung!"

Setelah mendengar penuturan itu,Isa tersenyum remeh. Sunghoon pikir, Isa anak kecil? Ayolah, apa yang dilakukan Sunghoon itu cukup melukai hatinya.

"Persetan!"

"Lo mau keluar kan? Sama Jisung kan? Kasih tau lokasinya, gue bakal nyusul"

"Udah Sunghoon, gue capek!"

Setelah mengucapkan beberapa kata itu, Isa dengan segera menutup teleponnya. Ponselnya cepat-cepat ia taruh ke dalam tas selempangnya.

Bersamaan dengan itu, ojek yang ia pesan baru saja tiba. Lebih baik ia berangkat sekarang juga, ketimbang merusak dandanannya karena menangis.




***

Setengah jam telah berlalu begitu cepatnya. Sedang Sunghoon daritadi hanya duduk di depan teras rumahnya sembari berkali-kali mengecek ponselnya. Setelah terakhir kali Isa mengakhiri teleponnya, gadis itu tak mengabari lagi.

HALCYONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang