20. Rencana

54 36 5
                                    

Menempuh perjalanan kurang lebih dua puluh menit, Sunghoon beserta kawan-kawannya tiba di suatu tempat yang cukup jauh dari cafe yang terakhir kali mereka datangi. Sunghoon yang awalnya naik motor, ia tinggal di cafe tersebut dan pergi menumpang dengan mobil Jake.

Saat tahu tempat tersebut minim penerangan dan lebih seperti tempat angker, mereka bertanya-tanya, apakah benar tempat ini yang Jisung maksudkan?

"Bener disini, Yun?" Tanya Jake begitu menghentikan mobilnya. Tak mendapati jawaban, Yuna langsung bergegas turun dari mobil tersebut. Ia mengamati dengan seksama mansion tua yang ada didepannya. Benar, ini adalah tempat yang dimaksud Jisung waktu ditelepon tadi. Terakhir kali dirinya datang kesini saat masih berumur 9 tahun. Mansion tua ini milik ayahnya Jisung.

Yuna kembali ke mobil, dan berkata kalau mereka di tempat yang benar. Tak lama, terdapat dering ponsel dari saku celana Yuna. Dengan tergesa ia mengangkatnya karena yang pasti itu panggilan dari Jisung lewat ponsel milik Isa.

"Gimana? Udah nyampe?"

Mendengar suara lelaki itu untuk ke berapa kali membuat siapapun yang berada di mobil itu muak, terutama Sunghoon.

"Woi bangsat! Isa dimana?" Sunghoon sudah sekuat tenaga menahan amarahnya supaya tidak meluap lagi. Lelaki itu benar-benar frustasi.

"Ini di dalem, buset cantik banget badannya"

"ANJING LU APAIN ISA TOLOL!!"

"JISUNG, LO GILA YA!!!"

Setelah Sunghoon bersumpah serapah, terdengar suara Yuna yang ikut tercengang mendengar apa yang baru saja sepupunya katakan. 

"Kalian takut, Isa gue icip?"

Tak seorangpun dari mereka yang mendengar suara Jisung itu tak kesal. Mereka semua takut jika Isa kenapa-napa di dalam sana. Ditambah akal Jisung yang sudah gila. Mereka semua kehilangan akal harus menyelamatkan Isa dengan cara apa.

"Tenang, Isa masih duduk manis kok, bajunya masih utuh"

Sunghoon mengepalkan tangannya erat tatkala mendengar Jisung yang hanya mempermainkan mereka lewat kata-kata. Tak satupun dari mereka yang segera angkat bicara, mereka harus memikirkan segala konsekuensi atas apa yang akan mereka ucapkan.

"Mau Lo apa, brengsek?" Jake mulai angkat bicara. Dirinya juga ikut naik pitam, mendengar omong kosong Jisung tentang Isa.

"Kalian pengen Isa balik? Sini, ambil. Tapi cuma Sunghoon yang boleh masuk!"

Mendengar itu, Yuna yang memegang ponsel langsung menyembunyikannya. Terlihat raut muka gugup yang gadis itu tunjukkan serta gelengan kepala cepat mengisyaratkan bahwa itu adalah hal yang tak seharusnya dilakukan.

"Nggak, jangan..."

"Lo goblok ya? Isa didalem sama sendirian! Dan Lo nggak ngebolehin gue buat masuk?!" Sunghoon tak habis pikir dengan Yuna yang tak memperbolehkan lelaki itu menyelamatkan Isa. Teman macam apa itu.

"Itu jebakan Sunghoon..!!!" Ucap Yuna dengan suara yang pelan, takut-takut ucapannya didengar Jisung lewat panggilan yang belum ia sudahi. Sunoo yang sejak tadi diam menyetujui ucapan Yuna.

"Sunghoon, omongan Yuna bener, belum tentu Lo di dalem sana bisa nemuin Isa gitu aja. Pasti-"

"Halah! Lo apaan si Sunoo! Cewek kek dia aja Lo percaya!"

"Woi! Ini juga demi kebaikan Lo!" Tak terima dikatai demikian, Sunoo ikut marah mendengar Sunghoon yang lebih mementingkan egonya.

Jake yang merasa masalah tak akan cepat selesai mengasih isyarat kepada Yuna untuk mematikan panggilannya.

HALCYONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang