21. Menunggu

46 32 4
                                    

"Hadiah sekaligus lu pamitan sama tu cowok"

Isa, mulutnya tertutup rapat. Jisung senekat itu, tak cukup dirinya menculik Isa, kini Sunghoon ikutan terseret dalam bahaya. Marah dan sedih bercampur aduk di lubuk hatinya. Ia tak ingin semua ini terjadi.

"Apapun permintaan Lo, gue mohon lepasin Sunghoon..."

Gadis itu menyerah, ia sudah tak sanggup lagi melihat sahabatnya itu dalam bahaya. Cukup dirinya sendiri, tidak dengan Sunghoon. Lelaki itu masih berharga untuknya.

"Oh ya?"

"Lain kali bilang dong. Lo bilang mau nurutin permintaan gue? Gue mau Lo jadi pengantin gue, kita kabur ke luar negeri. Kita keliling dunia ini bareng-bareng, beliin Lo barang-barang mewah, bikinin Lo baju dari kain yang mahal juga"

Hanya tatapan hina yang gadis itu beri terhadap Jisung yang tengah asik berceloteh. Isa merasa dirinya seperti dilihat sebagai objek, sebagai pemuas ekpektasi lelaki tersebut. Jisung tidak melihat Isa sebagai wanita, namun sebagai barang yang bisa ia pamerkan dan bisa ia bawa kemana saja, miris.

Tak berselang lama, atensinya tersita pada Sunghoon yang tergeletak itu. Ia rasa lelaki itu kembali mendapatkan kesadarannya dan mulai membuka matanya pelan. Tatapan mereka bertemu, tetapi Sunghoon cepat membaca situasi. Dirinya menggelengkan kepalanya cepat mengisyaratkan Isa untuk tidak fokus kepadanya.

Gadis itu menuruti, ia kembali menatap Jisung dengan perasaan murka.

Dengan susah payah Sunghoon mencoba melepaskan ikatan pada tangannya, walau kepalanya masih terasa pusing, itu tak mengurungkan niatnya untuk cepat-cepat membawa Isa keluar dari sini.

Tali ditangannya berhasil terbuka, walau sedikit meninggalkan bekas kemerahan pada pergelangan tangannya. Ia dengan kesusahan meraih tali yang ada kakinya, melepasnya dengan sedikit tergesa.

Percayalah, Isa saat ini tengah keringat dingin, melihat Sunghoon yang melepas ikatan dari sudut matanya itu membuat Isa takut kalau ketahuan oleh Jisung. Ia sebisa mungkin membawa atensi lelaki itu padanya dan tidak menolehkan ke belakang.

Dirasa semua ikatan telah terlepas dari tubuhnya, Sunghoon mulai berdiri. Ia memegangi lehernya yang kesakitan akibat suntik yang digunakan Jisung untuk membiusnya. Untungnya matanya menangkap sebongkah kayu panjang tergeletak tak jauh dari tempatnya berdiri.

Sunghoon mengamati Isa yang tengah mendengarkan celotehan Jisung. Ayolah, siapa yang tak marah ketika sahabatnya yang paling berharga diperlakukan seperti ini.

Dengan langkah yang sangat pelan, Sunghoon mengarahkan tungkainya ke arah bongkahan kayu. Diambilnya lalu mengendap-endap dari balik punggung Jisung.

Jisung merasa aneh, sejak tadi Isa hanya diam saja ketika mendengar celotehan dirinya. Ditambah ia mengamati kalau ada sedikit keringat yang ada pada dahi gadis tersebut. Lalu tatapannya jatuh pada mata Isa yang sedang culik pandang ke arah belakang punggungnya. Lelaki itu bingung dan hendak berputar badan.

Dengan sigap, Isa menyadari bahwa Jisung akan berbalik. Gadis tersebut berteriak sekencang mungkin.

"JISUNG!"

DHUAK

Dengan sekali pukulan, Sunghoon berhasil memukul punggung Jisung dari belakang. Jisung terkapar lemah di lantai.

"ISA!!"

Setelah melempar bongkahan kayu, Sunghoon cepat berlari ke arah sahabatnya dan melepas ikatannya dengan teliti.

"Maaf, gue telat"

"Nggak, harusnya gue dengerin kata-kata Lo dari awal"

Jujur, Isa merasa sedih untuk tak percaya kepada Sunghoon. Gadis itu merasa bodoh karena berpikir Jisung orang yang baik sebelum ia mengetahui bahwa pria itu seorang penguntit.

HALCYONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang