Chapter 13B

47 4 0
                                    

Update lagi yaaa.
Jangan lupa 'like' nya!
^__^

Sore.

Rhaya menghela nafas berat.

Ia kini tengah berdiri di depan ruangan Nathan. Sambil berdeham membersihkan tenggorokannya yg mendadak gatal, Rhaya mengangkat tangannya dengan enggan untuk mengetuk pintu besar itu.

Tok tok tok...

Cklek...

Pintu tiba-tiba saja langsung terbuka dan muncullah sosok Mr. Rutherford yang tersenyum sambil membungkuk sedikit ke arah Rhaya.

"Mr. Rutherford.", sapa Rhaya terkejut mendapati pria asing itu membukakan pintu untuknya.

Mr. Rutherford tersenyum, "Good afternoon, Ma'am. Mr. Robert is already waiting for you. Please come in." [1]

"Thank you."

Rhaya melangkah memasuki ruang direktur yang megah itu, sementara Mr. Rutherford keluar dan menutup pintu di belakangnya. Saat berjalan mendekat, Rhaya mendapati Nathan tengah menelepon dari sambungan earbud bluetooth-nya dan tersenyum menatap sambil memberi isyarat mempersilahkan Rhaya untuk duduk di sofa tamu.

"Baik, Pak. Masalah itu sudah ditangani oleh asisten saya, jadi kita tinggal tunggu hasilnya. Hmm, round a week or two. Okay. Oh ya, mengenai kontraknya...", segera Nathan bangkit dari duduk, menghampiri sisi meja dan mengambil berkas. Sambil membuka data, ia bersender santai di ujung meja.

"Ada beberapa hal yang saya kurang setuju dengan beberapa pasal perjanjian yang dituliskan. Mungkin besok tim notaris kami akan datang ke sana untuk membahas hal tersebut. Jam berapa tim Bapak bisa?... Hm, oke! Biar besok asisten saya yang mengkonfirmasi. Terima kasih atas waktunya... Iya, baik. Selamat sore."

Nathan bergegas mengambil ponselnya dan menekan tombol, menelepon lagi. Disela dering panggil, ia menoleh ke Rhaya sambil menyunggingkan cengiran miring. "Sebentar ya, urgent.", ucapnya.

"Dwi, ini saya. Clara di situ?"

Mendengar nama perempuan disebutkan oleh Nathan, Rhaya otomatis mendongakkan kepala.

"Yep, Clara, read your email now. Ini mengenai surat kontrak yang kemarin saya kirimkan. Draft yang saya mau ajukan sudah dikirimkan lima menit yang lalu. Kalau mereka keberatan, telepon saya langsung. Dan, pak Zidan bilang tadi kalau besok konfirmasi beliau bisanya jam berapa. Oke, tolong ya besok. Terima kasih."

'Hmm, tim notarisnya toh. Kirain siapa.', seakan tersadar dari bisikan lega hatinya barusan, Rhaya menggelengkan kepala beberapa kali sambil mencubiti sisi paha luarnya. Kenapa ia jadi menguping isi pembicaraan si Keramat satu ini? Tidak! Dia tidak curiga dengan siapa yang yang ditelepon lelaki itu. Kenapa ia jadi begini sih? Iiih, isi otaknya mulai error gara-gara kebanyakan ngopi seperti cuitan Fa dan Dee tadi siang. Ugh!

"Ya, kamu tidak apa-apa?"

Rhaya tersentak kaget dan mendongak ke asal suara yang terasa dekat itu dan mendapati Nathan kini berdiri membungkuk di hadapan memandang wajah Rhaya dengan ekspresi penuh tanya. Tanpa sadar kedua mata mereka bersibobrok.

"De... Dekat.", ceplos Rhaya.

"Hah?"

"Anda terlalu dekat dan... Saya tidak apa-apa, jadi... Bisa Bapak mundur?", ucap Rhaya seraya membuang pandang  ke arah lain. Melihat Nathan dari dekat seperti itu membuat isi perutnya bergolak.

RHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang