Chapter 7a

200 8 0
                                    

Late late post.
Maaf ya telat banget updatenya.
Jangn lupa 'like'-nya lhoooo.

"Dian, Abby, c'mon. Mana ekspresinya? Lepas saja, jangan kaku begitu. ", terdengar Erick berteriak dari arah pinggir pantai lokasi pemotretan edisi bulan Maret Gals Magazine.

Dua orang model yang sedang difotonya langsung berusaha bergaya selepas mungkin setelah teriakan Erick yang cukup menggelegar tadi.

"Elo sudah berapa lama kerja bareng Erick Dermawan, Rha?", tanya Marcella, teman yang dikenalnya dari kuliah yang kini bekerja sebagai model profesional. Sekarang, Cella baru saja beres dirias dan menunggu pemotretan selanjutnya.

Marcella Jasmine atau bernama panggung Cella, sudah menggeluti dunia model sejak SMA dan menjadi juara pertama di ajang model internasional yang diadakan di Thailand empat tahun yang lalu. Setelah menggeluti dunia profesional, Cella menetap di Australia dan pulang ke Jakarta sesekali untuk tampil di catwalk atau pemotretan seperti sekarang ini.

"About four years, Cel. Kenapa?", tanya balik Rhaya.

"Dia beken lho! Di Aussie saja kalau dibilang pernah dipotret Erick, pasti dicemburui sama model-model sana. Tell me, istrinya cantik banget ya?"

"Yoi! Model juga. Sekarang lebih milih dibelakang layar jadi pengajar modelling school."

"Oww, sayang ya. Gue juga mau kalau masih single."

Langsung saja Rhaya tertawa geli mendengarnya.

"Rha, nih minummu.". Albert datang ke arah mereka ngobrol dan menyodorkan kepada Rhaya sebuah soda kaleng.

"Thanks ya, Al. Btw, Al. Mari kukenalkan. Ini Cella, teman kuliahku dan juga model yang dipakai Erick hari ini.", kata Rhaya memperkenalkan Albert ke Cella yang berada di sampingnya.

"Hallo, Albert.", sapa Albert dengan senyum dikulum.

Cella memasang senyum sumringah nan menggoda, "Cella. Hmm, ganteng juga nih, Rha. Pacar elo or... "

Rhaya dan Albert kompak saling lihat dan tertawa.

"Saya sudah punya tunangan dan sebentar lagi menikah.", terang Albert.

"Al sudah seperti kakak gue, Cel. Dari awal kita cuma murni rekan kerja. Iya nggak, Al?", tambah Rhaya yang diiringi anggukan kepala Albert.

"Kirain! Soalnya kamu tipenya Rhaya banget. Selintas pandang mirip mantan elo ya, Rha. Masih ingat? Itu lho si ketua senat ekonomi.", goda Cella semangat ke arahnya.

Sontak Rhaya terdiam dan menoleh tajam ke Cella.

Sialan! Kenapa Cella ungkit-ungkit kisah lamanya siiih?? Rasanya beberapa hari terakhir ini perbincangan sekelilingnya selalu berotasi kepada si nama keramat. Aduuuh, rasa ingin menenggelamkan diri di laut saja kalau begini.

"Mantan?", celetuk Albert yang kini tengah memandang Rhaya penasaran, mengembalikannya ke bumi setelah tenggelam sesaat.

Rhaya berdeham, "Eh, mantan itu wajib dibuang ke laut! Ngapain ingat yang dulu-dulu? Masa lalu ya harus ditinggal bukan dikenang. Apalagi mantan yang sudah lama hilang ditelan bumi, hmmh, kayak begitu wajib hukumnya dilupain!", cerocosnya tegas.

Rhaya mengambil dan membuka segel minumannya, lalu menyeruput soda kaleng itu. "Oh ya, menurut elo slayernya lebih cocok yang mana? Yang merah atau biru? Tadi Erick minta elo untuk memakainya salah satu.", tanyanya ke Cella mengalihkan pembicaraan dari topik sensitif.

RHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang