Chapter 6b

80 3 0
                                    

Hai! Jangan lupa 'like' dan klik lagu di atas selagi membaca ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai!
Jangan lupa 'like' dan klik lagu di atas selagi membaca ya.
Enjoy your weekend ^__^

Rhaya menerjunkan dirinya di ranjang kamar sesampainya di rumah. Setelah makan siang bersama di restoran tadi, ia dan keempat sobatnya sempat berbelanja ke Sogo dan ngopi sore di Coffee Bean & Tea Leaf.

Selama bersama Rian, Dee, Fa dan Nisha, Rhaya berusaha bersikap normal karena ia tahu pasti bahwa keempat gadis itu sudah pasti teramat sangat mengkhawatirkan dirinya setelah tragedi penyebutan nama keramat -istilah nyeleneh mereka- yang selalu terlarang untuk disebutkan disaat Rhaya berada di sekitar.

Rhaya memandang langit-langit kamar, menerawang. Otaknya mendadak dipenuhi oleh potongan demi potongan kenangan lama setelah bertahun-tahun ia acuhkan dan membuat dirinya cukup trauma akan dua kata , 'cinta' dan 'kepercayaan'.

Nathan.

Nama itu terngiang-ngiang terus di dalam kepalanya yang mulai terasa berdenyut nyeri. Rhaya patah hati, terpuruk dan merana lima tahun yang lalu karena pemilik nama itu.

Nathan mendadak menghilang bagai ditelan bumi selama lima tahun lamanya, raib tak berbekas. Tak ada jejak yang tersisa ditinggalkan kekasihnya dalam hitungan hari. Rumah kontrakannya kosong, pekerjaannya terbengkalai, dan yang lebih parah, tidak satupun orang yang tahu menahu kemana Nathan pergi. Bahkan Rhaya yang notabene adalah kekasih lelaki itu selama tiga tahun lebih, tidak dihubunginya sama sekali. Sakit! Rasanya nelangsa mengingat kekasih yang selah dipacarinya selama masa kuliah meninggalkan Rhaya tanpa kabar tak ketahuan rimbanya.

Menangis berlarut-larut tidak menyelesaikan masalah.  Rasa perih dan sakit di hati Rhaya membesar hari demi hari dan membuat dirinya lambat laun mendendam. Rasa benci mendominasi dan mampu membuat dirinya bangkit dari keterpurukan yang telah diakibatkan Nathan.

Tahun demi tahun berlalu sejak saat itu dan membuat Rhaya menjadi sosok yang sekarang. Rasa sakit yang ditimbulkan lelaki masa lalunya makin lama makin terkikis dan terkubur dalam-dalam. Terutama setelah Rhaya mengenal dunia kerja dan fokus pada tugas-tugasnya.

Workaholic.

Itukah kata kuncinya?

Obat penghilang rasa sakit itu?

Apakah satu kata itu yang melegakan pikiran dan hati dari rasa frustasi?

IYA!!!

Itulah obat yang paling mujarab!

Tanpa pikir panjang, Rhaya bangkit dari ranjang, menghampiri meja belajar dan menggapai beberapa lembaran file kerja yang akan dilakukannya hingga dua bulan mendatang. Hmm, untuk bulan depan rencananya ia dan Monique, rekan sejawatnya, akan menghadiri seminar editorial selama beberapa hari ke Bali. Selain itu, ada tugas yang mengharuskannya mendampingi pak Harlan, bossnya, ke Hongkong untuk spring faagion gala selama tiga hari pada bulan Maret nanti.

RHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang