Chapter 4

135 5 0
                                    

Updated!
Jangan lupa klik link YouTube di atas pas baca ya. Dan jangan lupa "like"-nya ^__^

"Wow! You keep your promise for picking me up at the airport, my dear big brother. Love you deh.", puji Rhaya ke Rhaki yang menjemputnya di airport. Kakaknya telah menepati janji untuk menjemput sepulangnya Rhaya dari Yogya.

"Udah kepalang janji mau gimana coba?! Wah, belanja banyak nih. Beliin oleh-oleh buat gue nggak?", sambar Rhaki yang langsung lirak-lirik barang bawaan Rhaya yang melangkah mendekatinya dari pintu kedatangan di bandara dengan troli dorong yang penuh paperbag. Berangkat cuma sekoper, pulangnya bawa seabreg belanjaan, dasar perempuan!

"Calm down, my Bro. Gue beliin untuk semuanya kok. Buat Mama, Papa, Bi Jumi, sama elo."

"Rhaya, aku duluan ya. Sampai ketemu senin besok di kantor.", Albert berkata sambil merangkul pundak seorang gadis manis yang menjemputnya, Vera, tunangannya dengan mesra.

"Yup! Kalo bisa on time ya, Al. Kita ngejar deadline."

"Kami duluan ya, Rha. Thanks buat kain jariknya. Aku suka banget!", Vera menghampiri Rhaya dan mencium kedua pipi gadis itu.

"Sama-sama. Hati-hati ya."

"Oke. Bye, see you, Rhaya. Kami duluan ya, kak Rhaki."

"Bye, Ver, Al."

Setelah berpisah dengan Albert dan Vera, Rhaya dan Rhaki berjalan menuju pelataran parkir. Mobil Honda Jazz light blue milik Rhaki terparkir tak jauh dari pintu keluar terminal.

"Ya, elo nggak kemana-mana lagi 'kan? Mama udah wanti-wanti ke gue supaya elo pulang dan istirahat. Elo kebiasaan terlalu giat kerja sih, jadi Mama suka cemas sama kesehatan elo. Enjoy dikit 'lah! Kayak nggak ada hari esok saja.", cerocos Rhaki tiba-tiba sambil memasukkan seabreg barang-barang milik Rhaya kursi belakang mobil.

Rhaya menghela napas. "Gue bisa jaga kesehatan gue sendiri kok, Ki. Memang sih sejak gue kerja di Gals, gue kebanyakan ada di kantor daripada rumah. But I enjoy a lot my work here in Gals Magazine. It's challenging me a lot. My job is my life!"

Rhaki memutar bola matanya jengkel sambil membereskan jok belakang mobil. "she's did that because of that reason, Ya. Mama cemas karena elo jatuh cinta setengah mati sama kerjaan, tau. Elo terlalu menikmati bekerja sampai-sampai lupa waktu. Elo itu workaholic akut!", dampratnya tanpa tedeng aling-aling.

Rhaya menatap terkejut punggung Rhaki yang sedang membelakanginya. "Memangnya kalian merasa gue begitu ya? Maksud gue... workaholic, Ki."

Rhaki berbalik dan melempar tatapan jengkelnya ke Rhaya. "Memangnya elo nggak sadar kami semua cemas sama kelakuan elo itu yang sudah kelebihan batas dalam bekerja? Seperti sobat-sobat elo dan terutama orang rumah yang notabene adalah keluarga kandung lo sendiri khawatir, Ya. Elo kerja lebih parah dari gue yang seorang laki-laki. Kalo gue pulang dari proyek, gue tahu elo lagi ngerjain sesuatu di laptop elo itu, sampai gue ngomong sendiri ke diri gue, 'gila! Adik gue semata wayang masih tetap bawa kerjaan ke rumah'. Mana elo selalu ngambil tugas luar kota pula, kayak begini nih, ke Yogya beberapa hari. Minggu depan ke mana lo bakalan pergi, Ya? Surabaya? Singapura? Miris tau gue ngeliatin elo kayak begini.

"Ya, gue sayang elo. Tapi stamina laki-laki dan perempuan itu beda, Ya. Gue nggak mau elo sakit gara-gara kebanyakan kerja dan buat Mama Papa khawatir. Gue jadi ada feeling kalo elo lagi ada masalah. I don't know since when, but... I feel that you've changed a lot since your graduation day four years ago, Ya."

RHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang