Chapter 11A

58 3 0
                                    

Maaf yaa lama update, Readers.
Happy long weekend & happy reading. Jangan lupa vote yaa.
^__^



"AAAARGH!"

Bugh, bugh, bugh...

Terdengar suara samsak dipukul membabibuta oleh Rhaya yang sedari tadi tanpa lelahnya meninju membuat Dee geleng-geleng kepala.

"Woi, Rha.", panggil Dee.

"Lima menit lagi!", sahut Rhaya ditengah derai napas yang ngos-ngosan. Ia terlihat masih bersemangat meninju samsak.

Dee memutar matanya jengkel, kemudian ia menghampiri dan memeluk samsak, "Berhenti sekarang juga daripada elo over training, Rha! Kasian dong samsak malang ini jadi tempat pelampiasan elo.", tegurnya.

Rhaya mau tak mau berhenti dan mulai mengatur napas. Sambil mengambil duduk di lantai, ia melepaskan sarung tinju khusus yang dibawanya selalu di bagasi mobil jikalau sewaktu-waktu Dee mengajaknya ke gym untuk Body Combat atau Thai Boxing, rutinitas yang sudah beberapa bulan ini tidak dilakukannya bersama sobatnya itu karena kesibukan masing-masing.

Dee tahu bahwa Rhaya tengah melampiaskan frustasi gara-gara si nama keramat a.k.a Nathan, mantan kekasih gadis itu muncul kembali setelah lima tahun menghilang.

Tadi, sehabis Dee mewawancarai salah seorang menteri di salah satu acara debat, ternyata Rhaya telah enam kali mencoba menelepon ponselnya. Karena penasaran, langsung saja Dee menelepon balik Rhaya.

"Hallo, Nek. Elo lagi sibuk ya?", tanya Rhaya dengan suara diliputi kekesalan menyahuti panggilannya.

"Baru beres interview menteri di Senayan nih. Btw, what's up? Elo lagi kesal banget nih iramanya.", tanya Dee sambil menuruni tangga auditorium.

Terdengar Rhaya mendengus kesal sebelum akhirnya berbicara, "He's back, Dee."

Dee mengernyit bingung, "He who?"

"Si nama keramat!"

"WHAT?? DIA MUNCUL???"

Pekikan heboh Dee membuat beberapa orang di luar auditorium menengok kaget padanya.

"Mbak Dee, kenapa, Mbak?", tanya Fiki si kameramen yang tepat berdiri di sampingnya. Dia bingung juga karena mendadak Dee berteriak seperti itu.

"Eh, eng, nggak kenapa-napa, Ki. Mm, sori, gue duluan ke mobil. Telepon penting!", sahut Dee yang tidak enak sudah menimbulkan kegaduhan di sana sambil berjalan cepat menuju lapangan parkir.

"Dee, elo masih di sana?", tanya Rhaya dari seberang sana.

"Eh, Nek, elo musti jelasin sedetail-detailnya yang terjadi. Nanti malam bisa dateng ke gym biasa?", usul Dee langsung.

"Thanks God! Ayo!!! Gue butuh pelampiasan biar tenang. Hari ini jadwalnya apa?"

"Senin ya Body Combat jam tujuh. Instrukturnya mas Baim kok jadi pasti asyik kelasnya. Elo bawa perlengkapan ngegym?"

"Tenang! Selalu gue bawa di mobil."

"Perfect! Pokoknya elo harus cerita mendetail ke gue ya. See you tonight."

"Bye."

Beberapa jam setelah telepon itu, di sinilah mereka berdua dengan menggunakan pakaian khusus untuk olahraga disertai dengan sarung tinju.

Dee ikut duduk di lantai berhadapan dengan Rhaya, ikut membuka sarung tinju di kepalan tangannya. "Apa benar si nama keramat itu CEOnya Zephyr Point? Nggak percaya gue kalau elo nggak cerita ke gue tadi.", tanyanya lagi.

RHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang