Chapter 10

125 5 0
                                    

Up juga at last!!!
Enjoy your reading & jangan lupa 'like'-nya ^__^


Braaakk...

Pintu toilet wanita yang terbating lumayan keras bergema karena keheningan di dalamnya.

Rhaya langsung meraih handel pintu dan menguncinya. Untung sedang tidak ada orang di dalam sehingga ia dapat dengan leluasa menjadikan tempat itu sebagai pelarian.

Segera ia melangkah menuju wastafel dengan kaca lebar dan memandang wajahnya. Pucat. Astaga! Wajahnya terlihat seperti melihat hantu di siang bolong. Dengan segera, gadis itu menekan keran air otomatis dan mencuci wajahnya dengan air dingin untuk meredakan otak serta hatinya yang sempat terkalut.

Rhaya menggapai kotak tissue yg tertempel di dinding, mengeluarkan isinya beberapa helai demi mengeringkan wajahnya. Napas memburunya sedikit mereda diikuti ketenangan yang datang perlahan setelah mendapatkan shock mengejutkan tadi di ruangan Nathan.

Oh, Tuhan!

Nathan.

CEO Zephyr Point???

"ARRGH!!!",teriak Rhaya sekeras yang ia mampu untuk mengeluarkan kekesalannya sedari tadi yang tertahan.

"Lima tahun! Kenapa setelah lima tahun baru sekarang kamu muncul, HAH??? Sial!!!", raungnya murka seraya membuka pintu kaca buram sebuah bilik toilet dan duduk di atas sebuah kloset duduk putih sambil memeluk kedua lututnya. Lebih baik ia mengambil waktu sendiri tanpa gangguan siapapun di sini ketimbang dirinya harus berada ruang rapat dengan wajah pias.

Lima menit kemudian, Rhaya mulai tenang dan menghembuskan nafas panjang. Pikirannya mulai jernih dan mampu ia kontrol kembali. Tak lama, ia mendongakkan kepala, memandang lurus ke cermin wastafel yang berjarak beberapa meter di hadapan. Warna wajahnya mulai kembali normal dan tidak tampak sepucat tadi. Selintas ia melirik arloji di pergelangan tangan kiri yang sudah menunjukkan bawa ia telah sepuluh menit lebih meninggalkan ruang rapat. Bisa-bisa bu Yulia ngamuk kalau dirinya belum kembali segera.

Lekas ia berdiri dan mematut diri di depan cermin sambil mengoleskan lipstik berwarna cerah sehingga wajahnya memancarkan profesionalisme seperti biasa.

"Rhaya, anggap si berengsek itu adalah klien kerja yang biasa kamu hadapi tiap hari di kantor. Profesional! Seperti biasa! Jangan kebawa baper. Oh Tuhan, please help me again this time.", ucap Rhaya pelan sambil mengatupkan kedua telapak tangan dan memandang langit-langit. Sekarang yang ia butuhkan hanyalah keteguhan dan perlindungan dariNya untuk menguatkan hati.

"You can do it, Rhaya! Yes you can!"

~*~

Sepuluh menit lebih.

Nathan mendengus pendek setelah menatap jam dinding beberapa menit sekali semenjak Rhaya mohon izin ke toilet beberapa waktu lalu.

Astaga!

Betapa ia terkejut luar biasa mendapati gadis yang selalu ada dipikirannya mendadak muncul di hadapan. Tadi, saat Nathan berbalik begitu mendengar sebuah nama yang familiar di telinga, matanya langsung bersitatap dengan sepasang mata yang dikenalinya tengah membulat terkejut menatap, seolah-olah gadis itu telah bertemu setan atau semacamnya yang  muncul mendadak.

RHAYA.

Demi Tuhan, betapa inginnya Nathan bertemu kembali dengan satu-satunya perempuan yang telah memenuhi otak dan hatinya sejak delapan tahun yang lalu. Apalagi sudah lima tahun sejak ia pergi ke Amerika dan mereka tidak pernah satu kalipun saling menghubungi.

RHAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang