23. Message

249 35 4
                                    

Warning typo ⚠
Happy reading!
_____________________________________

Sejak tadi Kai terus memegangi tangan kanan Taehyun dan menatap ke arah depan dengan pandangan kosong. Tangan Taehyun amat dingin dibanding biasanya. Apakah takdir begitu kejam padanya? Sehingga tiba-tiba sekali membawa satu per satu sahabatnya pergi meninggalkan dirinya.

Satu per satu Kai mulai mengingat kembali, awal di mana dirinya dan Taehyun bertemu hingga masuk ke kampus bersama. Sungguh! Itu adalah kenangan manis yang indah baginya.

"Kai, lu juga kuliah di sini?"

"Ck. Soal yang lu kasih tuh terlalu mudah buat gue."

"Itu makanan gue woi!"

"Lu udah ngerti kan apa yang gue jelasin?"

"Jangan gugup kayak gitu. Gue tau lu bisa!"

Suara Taehyun terus memenuhi isi pikiran Kai. Ia hanya bisa tersenyum tipis saja saat mengingat kenangan itu.

"Kai..." panggil Soobin.

Kai menoleh ke arah Soobin. Yang ia yakini, Soobin pasti sedang menahan tangis.

"Mau bantu Taehyun?" Pertanyaan Soobin membuat Kai sedikit terkejut. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud dari ucapan Soobin itu.

Soobin terkekeh ketika melihat raut wajah Kai yang nampak bingung. "Taehyun pernah bilang ke gue. Katanya, kita harus bisa selamat walaupun dia udah nyerah. Dia pernah bilang ini waktu kita masih di rumah Chenle. Lu mau kan bantu ucapan dia jadi kenyataan?"

Sejujurnya, Kai ingin memilih untuk menyerah seperti Taehyun saja. Ia sudah lelah menghadapi semua ini. Walaupun ia tidak menghadapinya dengan sendirian. Tapi, setelah mendengar ucapan Soobin itu, ia akhirnya mengurungkan niatnya.

"Mau kan?" ulang Soobin dengan pertanyaan yang masih sama.

Kai mengangguk, "Gue bakal bantu ucapan dia supaya jadi kenyataan. Lagipula, di sini bukan cuma gue aja yang ngerasa kehilangan. Tapi, kita semua. Gue juga yakin kalo Mark hyung pastinya ngucapin kalimat yang sama kayak Taehyun juga."

Soobin dan yang lainnya tersenyum mendengar penuturan Kai.

"Kita sekarang mau ke mana?" tanya Renjun dari handie-talkie nya.

"Depan kayaknya ada desa gitu deh," tebak Yeonjun.

Kai menoleh sebentar ke arah Taehyun. Kemudian ia berkata, "Hyung, bisa berhenti di sana dulu gak kalo misalnya sepi? Gue mau Taehyun dikubur. Gak mungkin dia terus-terusan sama kita di mobil. Kita sendiri juga gak tau apa yang bakalan terjadi di depan sana. Bisa aja mobil ini meledak atau bisa juga kita tinggalin mobil ini."

Yeonjun mengernyitkan dahinya. Apa yang dibilang Kai bukan gambaran untuk ke depannya, kan? Yeonjun menjadi khawatir akan hal itu. Ia berusaha berpikir jernih. Mungkin saja Kai hanya asal bicara.

"Jun, depan kalo sepi kita berhenti dulu. Yang nyetir mobil siapa?"

"Echan. Dia udah punya sim kok buat nyetir."

"Punya gak punya juga gak berguna Jun."

Jisung juga melakukan hal yang sama dengan Kai. Matanya mungkin menatap ke arah luar jendela. Tapi percayalah, jika tatapannya itu kosong. Ia sedang memikirkan Mark dan Taehyun sekarang.

Mark itu hyung kesayangan Jisung. Meski terkadang Mark seorang yang keras kepala, tapi tetap saja ia tidak akan marah pada Mark. Dan, untuk Taehyun. Jisung sudah menganggap Taehyun sebagai kembarannya sendiri.

Run Away | TXT - NCT DREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang