Kriiinggg
Dengan malas Taehyung mengambil weaker berbentuk kepala kelinci dari atas nakasnya. Ia termenung sembari memegang benda yang sudah berhenti berbunyi itu. Dadanya berdenyut kala mengingat kenangan yang tersimpan lewat si rabbit weaker.
"Hyungie, apa ini terlihat lucu?"
"Aku ingin membelinya, si kelinci manis untuk pangeran tampanku."
"Kau harus menjaganya dengan baik, hyungie. Jika dia rusak aku akan sangat marah padamu."
"Benda yang lucu harus dirawat dengan baik."
Taehyung tersenyum getir, memegangi dadanya. Senyum manis pemuda Jeon masih tersimpan apik di memorinya ketika mereka pergi berlibur beberapa bulan yang lalu bersama member lain.
"Jungkook, sayangku____ apa yang aku lakukan padanya? Ya Tuhan."
Ada yang berbeda dalam hidupnya ketika hubungan mereka merenggang. Separuh jiwanya seolah pergi, jujur ia merindukan kebersamaan mereka. Jungkook adalah rumahnya, rumah yang paling sempurna, lalu mengapa ia mencoba mencari rumah baru?
"Astaga, Taehyung. Bodoh sekali, argh! Sialan___ dan sekarang kau menyesal."
Taehyung beranjak dari ranjangnya bergegas untuk mandi. Tekadnya sudah bulat untuk memperbaiki hubungannya dengan Jungkook. Mereka sudah berjanji untuk berjalan bersama dan menulis takdir mereka sendiri. Dan janji itu masih berlaku sampai impian itu terwujud.
*****
Taehyung langsung memeluk tubuh kekasihnya. Jungkook hanya bisa tersenyum tipis, sumpah ia merindukan sosok ini, namun kenyataan seolah mempermainkannya dengan kejam. Taehyung menangkup wajah manis kekasihnya, menciumi dengan sayang dimulai dari kelopak mata hingga dagu.
"Maafkan____maafkan, hyungie. Jungkook___Maafkan aku."
Mereka sedang berada di ruang tengah apartemen milik Jungkook. Pagi-pagi sekali Taehyung datang, untung saja Jungkook sudah membereskan kekacauan malam tadi meskipun isi kamarnya luar biasa kacau.
"Aku juga minta maaf."
Air mata menetes dari sepasang netra bulat Jungkook. Bibir bawahnya ia gigit supaya tangisnya tidak pecah. Taehyung mengusap lelehan air mata itu, menyentuh kelopak mata indah sang kekasih.
"Jangan menangis lagi, cantikku___"
Batin Jungkook berteriak, ia ingin protes kepada Tuhan mengapa jalan mereka begitu sulit. Memeluk Taehyung kembali dengan rasa cinta yang tulus bagaikan obat baginya. Tapi ia tidak boleh egois, bagaimana mungkin dirinya tega membahayakan Taehyung demi mengobati lukanya?
Jungkook tidak akan bisa.
Malam tadi bagaikan neraka baginya, sangat mengerikan. Pintu gudang yang sudah ia tahan dengan meja bekas berusaha didobrak paksa. Bunyi gaduh dari daun pintu bagaikan ancaman baginya, tubuh ringkihnya bergetar hebat mencoba menyembunyikan diri di sudut gudang.
Rasanya Jungkook benar-benar ingin menghabisi nyawanya sendiri malam tadi. Ponsel yang ia genggam berdering ribut, ada panggilan dari nomor asing. Semakin ia mengabaikan panggilan itu maka derit pintu semakin terdengar nyata."Buka pintunya atau Taehyung akan sekarat. Aku membawa pistol, sayang."
"Kau pria gila! Keparat! Pergi!"
DORRR.
"Maaf manis, aku menebak lampu hiasmu."
"Hiks__ pergi lah ke neraka! Kau penjahat!"
Brakkk
Pintu berhasil dibuka, Jungkook seolah lupa cara bernafas. Ponselnya jatuh begitu saja, Pria itu mendekatinya sambil membawa pistol.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET NIGHT [TAEKOOK] [END I]
FanfictionMereka masih remaja kala itu, jatuh cinta lalu memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan. Semua baik-baik saja sebelum mereka mengerti betapa rumitnya kata 'Cinta' Ini perjuangan dua anak adam dalam memperjuangkan cinta yang salah. *** ⚠️⚠️⚠️ Matur...