"Kok, Dini nangis?" tanya Davina, "kenapa, Sayang?"Davina terkejut, saat masuk ke dalam kamar keponakannya untuk mengecek kondisi mereka, dia mendapati gadis kecil favoritnya itu sedang menangis.
"Adek kenapa, Dewa?"
Tidak ada yang mau menjawab, sepasang anak kembar itu memang sangat kompak. Yang perempuan tak berhenti menangis, yang laki-laki hanya menatapnya sesekali mengusap rambut adiknya pelan.
"Nanti, Tante telepon Ibu, ya," kata Davina.
"Jangan!" sergah Dewa.
Davina lebih terkejut lagi sekarang. Mengapa dia tidak boleh menelepon Danila, sedangkan putrinya menangis begitu pilu?
"Kasih alasan kenapa Tante gak boleh telepon Ibu."
Dewa menatap Dini penuh arti, sepertinya mereka sedang berunding lewat tatapan mata, siapa yang harus bicara.
"Nanti Ibu sedih."
"Sedih kenapa?"
"Aku mau punya Ayah dan Ibu, kayak teman-temanku," jawab Dini.
Hadir kerut di kening sang tante, "Kamu kan, memang punya ayah dan ibu?"
"Tapi, ayah dan ibu teman-temanku tinggal sama-sama, enggak kayak Ayah sama Ibu, tinggalnya sendiri-sendiri."
Ooh, Davina mengerti sekarang.
"Dini sudah tahu kan? Ayah Haris dan Ibu sudah bercerai?"
"Iya."
"Jadi gak bisa tinggal sama-sama."
"Kenapa sih Ayah cerai sama Ibu?"
Mendengar pertanyaan itu, terbit sebuah rasa sesal di hati Davina, secara tidak langsung, atau bahkan mungkin secara langsung dia punya andil dalam perceraian sepupunya dulu. Meskipun Danila selalu bilang dia tidak ada hubungannya dengan perceraian itu, tetap saja ada rasa bersalah yang tak bisa hilang.
"Bisa enggak, Ayah dan Ibu nikah lagi?" Kali ini Dewa yang bertanya.
"Bisa, mungkin. Mudah-mudahan ...," jawab Davina.
Sungguh, dia berharap Haris dan Danila bisa menikah lagi, demi anak-anak menggemaskan ini, dan juga demi kebahagiaan mereka sendiri.
Sudah berkali-kali Davina mengatakan pada sepupunya bahwa dia sudah tidak mencintai Haris, bahkan sebenarnya, dulu ia keliru mengartikan perasaannya sebagai cinta, itu hanya sekedar rasa suka yang menjadi obsesi dan sekarang sudah tak ada lagi.
Tapi, dua insan itu tak kunjung menikah lagi. Ini sudah setahun berlalu sejak Danila kembali membawa serta anak-anaknya, yang tak lain adalah darah daging Haris.
"Tapi gak mungkin sih, kalau Ayah dan Ibu gak saling mencintai."
Davina tergelitik mendengar kata-kata Dini tersebut, terdengar terlalu dewasa karena keluar dari mulutnya yang mungil.
Tapi, cinta ya? Apa mereka saling mencintai?
Danila, dia tahu wanita itu mencintai Haris. Tapi, Haris, apakah juga mencintai Danila?
Davina menghela nafas, tidak ada jawaban untuk pertanyaan yang terakhir, sudah lama ia tidak pernah memperhatikan Haris lagi. Meskipun setiap hari laki-laki itu datang untuk menjemput Dini dan Dewa, dia tidak pernah menemuinya, apalagi menyapa.
"Tante!"
Suara Dini membuyarkan lamunan Davina.
"Kok, Tante bengong sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Ayah
RomanceIni adalah sekuel dari Mengapa Dia Ayahku? Kehidupan Haris, Danila, dan kedua anak mereka juga Davina setelah semua yang disembunyikan selama bertahun-tahun terbongkar.