Bab 10

1.9K 161 1
                                    

"Ambilin minum Bi! Haus banget." Setengah sadar Haris bicara pada orang yang ia pikir asisten rumah tangga orangtuanya.

Danila tercekat, tangannya dipegang begitu erat. Rasa hangat karena demam yang sedang dialami Haris menjalar ke kulitnya.

"Nanti aku ambilin," katanya.

Seketika sepasang mata terbuka, pemiliknya langsung terduduk setelah tahu siapa yang menemani sejak tadi.

"Aduh! Sssssh!" Sontak  kepala Haris diserang rasa sakit yang amat sangat.

"Mas gak apa-apa?" Danila melihat laki-laki itu memegang kepalanya dan berdesis karena kesakitan.

"Tiduran lagi, Mas. Nanti aku ambilin minum dulu ya."

"Jangan pergi!" Haris menahan lengan Danila, lagi.

"Kamu di sini aja," katanya.

"Loh, tadi katanya haus?"

"Iya, tapi kamu di sini aja. Nanti aku suruh Bi Ijah."

"Ya udah, biar aku yang panggil Bi Ijah."

"Jangan! Biar aku aja."

Sambil tetap memegangi tangan Danila, Haris menelepon Bi Ijah, meminta wanita itu membawakan segelas air minum.

"Kamu di sini aja!" katanya dalam keadaan setengah sadar, lalu terlelap kembali.

Danila tidak bisa bergerak pergi, pegangan Haris di lengannya terasa begitu kuat. Dia merasa seperti hewan peliharan yang diikat pemiliknya karena dikhawairkan melarikan diri.

Pemiliknya?

Bagaimana bisa ia memikirkan Haris sebagai pemiliknya? Lagi pula dia bukan hewan peliharaan kan? Konyol!

Lima menit kemudian Bi Ijah datang membawa serta hidangan makan malam dan satu teko berisi air minum, tak lupa sebuah gelas kaca  berwarna bening.

"Tidur lagi Den Harisnya, Neng?" tanya wanita itu.

"Iya, Bi," jawab Danila.

Sang asisten rumah tangga meletakkan semua bawaanya di atas nakas, bibirnya menyunggingkan senyum saat menyadari Haris memegangi lengan Danila. Dia harus melaporkan ini pada majikannya segera.

"Saya ke bawah lagi ya, Neng. Masih ada yang harus dikerjain."

"Loh, Bi?! Harisnya gak disuruh makan dulu?" Danila panik.

"Sama Neng Danila aja. Kalau sama saya gak bakalan mau."

"Masa sih? Coba bangunin dulu Bi!"

"Neng aja yang bangunin, nanti suruh makan sekalian, disuapin juga boleh. Hehe."

Bi Ijah terkekeh sambil berlalu meninggalkan kamar itu.

"Bi! Saya jangan ditinggalin dong!" Danila ingin mengejar Bi Ijah, tapi Haris terlalu kuat memegang lengannya.

***

"Jeng Mariana ya?! Masih ingat saya enggak?"

"Oh, iya, masih inget dong. Kok bisa kita ketemu lagi di sini ya?"

"Jodoh kali, hehe."

"Lagi ngapain?"

"Lagi nunggu pesanan kue."

"Oh, sama dong!"

"Beneran?!"

"Iya!"

Mariana sangat senang bertemu dengan temannya, mereka mengobrol di sebuah toko kue sambil menunggu pesanan yang ternyata butuh waktu lama untuk dibuat.

Panggil Aku AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang