"Kok, Ayah sama Ibu belum pulang sih, Nek?"
Dini gelisah, Danila dan Haris, ayah ibunya yang baru saja menikah dua hari lalu tak kunjung pulang. Padahal, ini sudah hampir jam sembilan malam. Tidak biasanya mereka seperti itu.
"Sabar ya, Sayang. Mungkin kena macet di jalan." Mariana jadi kesal sendiri. Sejak tadi dia menelepon putra semata wayangnya, tapi tidak diangkat. Sedangkan nomor telepon Danila tidak aktif. Kemana mereka sebenarnya?
"Dini sudah ngantuk ya? Bobo sama Nenek aja yuk!"
Gadis kecil itu menggeleng lemah menanggapi ajakan sang nenek. Dia hanya menginginkan ibunya. Begitu juga Dewa.
Sepasang anak kembar itu memang hanya bisa tidur jika telah dibacakan cerita pengantar tidur oleh ibu mereka.
Tring!
[Mama, maaf, dari tadi HP Nila mati, baru nemu charger.]
Mariana menghela nafas lega. Akhirnyaaa!
[Kamu di mana sih, Nak? Anak-anak cemas nih. Kok kamu sama Haris gak pulang-pulang?]
Di seberang telepon sana, Danila menggaruk-garuk rambutnya. Bagaimana dia harus menjelaskan semuanya?
[Kita di hotel, Ma.]
[Hah? Lagi ngapain, Sayang?]
[Ini salah anak Mama nih, Nila dipaksa datang ke sini. Katanya mau bulan percobaan madu.]
Sungguh, wajah Danila memerah saat mengetik kata-kata itu.
Mariana sontak diliputi perasaan gemas, persiapan bulan madu? Ada-ada saja. Tapi, dia mengerti, mungkin memang Haris dan Danila butuh waktu untuk berduaan. Kalau di rumah, ada anak-anak dan orang tua, pasti jadi banyak gangguan.
[Mama mau bicara sama Haris? Nila juga maunya pulang, tapi sayang kamar hotelnya, lumayan mahal walau cuma semalam.]
[Ya sudah, Nila. Malam ini tidur di hotel aja. Biar anak-anak bobo sama Mama. Jangan lupa bikin cucu baru buat Mama ya.]
Sederet emoticon tertawa nampak di belakang pesan itu. Danila yang membacanya jadi salah tingkah.
[Mama, ini 'kan belum satu minggu, kok sudah minta cucu baru?]
[Gak apa-apa dong, kan ada tuh di sistem jual beli zaman now, namanya pre order. Mama pre order cucu baru ya, Nila. Kalau bisa kembar lagi, biar rumah tambah rame.]
"Lagi baca pesan dari siapa sih?" Haris keluar dari kamar mandi dengan mengenakan handuk berwarna putih milik hotel.
"Pesan dari Mama. Dini sama Dewa nyariin aku nih. Mas sih, ngajak nginep di hotel mendadak banget. Kan kasihan, Mas. Mereka pasti gak bisa tidur"
Wajar 'kan kalau Danila menyalahkan Haris? Ini memang hasil kelakuan laki-laki itu.
Haris hanya mencebik saat mendengar perkataan Danila. Sejujurnya, dalam hati ia membenarkan perkataan istrinya.
"Ya, terus gimana dong? Kan sudah dibayar kamar hotelnya, masa mau pulang?!"
Danila menaikkan dua bahu, bibirnya cemberut, lalu berjalan memasuki kamar mandi tanpa bersuara.
***
"Dini sama Dewa bobo sama Nenek aja dulu ya malam ini," kata Mariana pada kedua cucunya.
"Memangnya Ibu gak pulang ya, Nek?" tanya Dini.
"Iya, sayang. Ibu lagi nemenin Ayah."
"Emangnya Ayah lagi ngapain, Nek?"
Waduh! Bagaimana harus menjawab pertanyaan itu ya? Sang nenek gelagapan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Ayah
RomanceIni adalah sekuel dari Mengapa Dia Ayahku? Kehidupan Haris, Danila, dan kedua anak mereka juga Davina setelah semua yang disembunyikan selama bertahun-tahun terbongkar.