Panggil Aku Ayah! (14)
"Kamu 'kan cuma mau nanya dia cinta apa enggak sama kamu. Kenapa Mama sama Papa diajak juga sih?" Yusnia bertanya dengan nada jengkel pada putra sulungnya.
"Ya, biar sekalian Ma. Kalau ternyata dia cinta sama aku, langsung dilamar aja!"
"Kalau dia enggak cinta sama kamu gimana? Kita jadi malu nanti."
"Mama tenang aja, aku yakin dia juga cinta sama aku." Windu sangat percaya diri.
"Kalau emang bener dia cinta sama kamu, belum tentu juga dia mau dilamar buru-buru. Keluarganya lagi berduka, Windu," kata Yusnia dengan ekspresi gemas.
Anak itu tidak mengindahkan perkataan Mama dan Papanya. Dia bersikeras mengajak mereka datang ke rumah Davina.
Danila menyambut kedataangan mereka, dan juga anak-anaknya. Davina sedang membawa ibunya ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin.
Setelah menyajikan teh hangat dan beberapa toples kue kering, Danila menanyakan keperluan mereka.
"Ada apa ya?" tanya sang tuan rumah dengan ekspresi bingung.
"Saya mau lamar Davina," kata Windu.
Danila tercenung, ia tidak menyangka dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Kamu gak main-main kan?!" tanya Danila.
"Enggak, beneran. Makanya saya bawa orang tua saya."
Danila tidak banyak bicara, lebih banyak sibuk dengan pikirannya sendiri.
"Saya tidak tahu kapan mereka akan pulang. Mungkin setengah jam lagi."
Ceklek!
Pintu depan rumah dibuka dari luar.
"Hati-hati, Bunda." Terdengar suara dari balik pintu yang belum sepenuhnya terbuka itu.
Seorang wanita paruh baya masuk, memakai tongkat di kedua sisi tubuhnya. Di belakangnya ada Davina yang menenteng beberapa kantong plastik.
"Nila! Bunda---" Davina terkejut melihat siapa yang sedang duduk di ruang tamu rumahnya.
"Assalamua'alaikum. Bunda, saya Windu, temannya Vina. Ini orang tua saya." Memperkenalkan ayah dan ibunya kepada Bunda Siska.
"Wa'alaikumussalam, selamat datang di rumah kami, silahkan duduk kembali."
Baik tamu, maupun tuan rumah berkumpul di ruangan itu sekarang. Davina hendak pergi ke dapur untuk menyimpan barang-barang bawaannya, tapi Danila memintanya untuk tetap bersama para tamu
"Maaf, Jeng. Kalau kedatangan kami terlalu tiba-tiba." Jujur saja, Yusnia masih merasa tidak nyaman, meski mereka sudah ada di sana.
"Tidak apa-apa, Jeng. Kalau boleh tahu ada keperluan apa?"
"Ini, ehm.... Mau menanyakan sesuatu." Yusnia memandang putranya dengan tatapan ragu.
"Menanyakan apa?"
"Saya mau menanyakan apakah Vina bersedia menikah dengan saya?" Windu langsung pada intinya.
Wanita lajang yang disebutkan namanya terperanjat.
"Kamu mau melamar aku?" Davina menatap Windu dengan tatapan tak percaya.
"Iya, Vin."
Sebuah kotak kecil berlapis kain beludru berwarna merah dikeluarkan dari kantong celana Windu. Laki-laki itu berlutut di hadapan wanita pujaannya.
"Kamu mau nikah sama aku?"
Davina menelan ludah, dia menatap Windu, lalu menatap kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku Ayah
RomanceIni adalah sekuel dari Mengapa Dia Ayahku? Kehidupan Haris, Danila, dan kedua anak mereka juga Davina setelah semua yang disembunyikan selama bertahun-tahun terbongkar.