1. FIRST KISS

772 28 15
                                    

Re-publish. 22 Mei 2021
Cikelor, Rengasdengklok.

"Ketika jauh membuatku rindu, namun ketika dekat justru membuatku malu ingin mengatakan bahwa aku menyukaimu."

"TUHKAN, Dad! Harusnya tadi Daddy ngizinin Seren buat naik ojek!" ucap gadis itu pada seseorang yang sedang menyetir di sampingnya, Rajendra.

Padatnya jalanan kota membuat mobil Fortuner berwarna abu gelap yang gadis itu tumpangi harus ikut terjebak dalam kemacetan. Mungkin, akan membutuhkan banyak waktu untuk dapat keluar dari kemacetan.

"Kalau naik ojek, entar rambut kamu ini kusut. Bentar lagi juga nggak bakal macet, kok, ini tuh pasti di depan ada bus kehabisan bensin atau apa gitu yang bikin jalanan jadi macet," balas Rajendra sambil mengusap lembut rambut putrinya. "Sabar ya, Sayang, ini juga Daddy lagi berusaha biar nggak kejebak macet."

"Kalo gini, jadi lama buat Seren sampe ke sekolah, Dad!" ujar Serena sebal, gadis itu seperti sudah tak lagi bersemangat, tubuhnya ia sandarkan dengan kepala yang menoleh ke samping untuk melihat kemacetan di pagi hari ini.

Hari ini, adalah hari pertama Serena memasuki sekolah barunya. Bukan mudah bagi gadis itu untuk mendapatkan teman yang baik seperti di sekolah lamanya. Ditambah, hari pertama masuk sekolah harus telat karena mobilnya ikut terjebak macet.

Alasan mengapa dirinya harus pindah sekolah adalah ada pada diri Rajendra, lelaki itu tidak ingin melihat anaknya satu sekolah dengan anak dari seorang pembunuh. Bukan hanya itu, Rajendra menolak mentah Gentala karena cowok itu sering menjadikan Serena barang taruhan. Bahkan, tak main-main cowok itu sering main tangan kepada putrinya. Membuat Rajendra semakin tidak menyukai hubungan antara Serena dan Gentala, setidaknya untuk saat ini Rajendra tidak mengizinkan anaknya itu untuk berpacaran!

Rajendra tersenyum, mengusap lembut pucuk rambut anaknya itu. "Daddy udah bilang sama kepala sekolah di sekolah baru kamu, kalau kita datang sedikit terlambat. Alhamdulillah, dia maklum jadi nggak papa, sabar dulu aja bentaran lagi pasti nggak bakalan macet, Sayang."

Rajendra kembali tersenyum, menghidupkan radio hanya untuk mendengarkan kabar baik dan buruk hari ini. Namun, baru saja radio itu menyalakan lampu merah sudah dimatikan lebih dulu oleh Serena. Rajendra mengernyit, kenapa Serena mematikan radio yang baru saja ia aktifkan?

"Lagi macet, Dad!" jelas Serena sebelum Rajendra bertanya, atau menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi karena baru saja mematikan kebiasaan Daddy-nya ketika berada di dalam mobil. "Entar kita diamuk orang banyak, makin lama deh sampe sekolahnya."

Lagi-lagi Rajendra hanya mengulas senyum, dan tak lama akhirnya mobil Fortuner berwarna abu gelap miliknya dapat keluar dari kemacetan jalanan kota.

"Eh!"

Riuh seketika lapangan yang tadinya sepi kini menjadi ramai oleh tawa siswa-siswi yang melihat Serena keluar dari mobil lalu tersandung kakinya sendiri. Hal itu tentu mengundang tawa seluruh siswa yang sedang berolahraga di lapangan.

Serena nyengir kuda lalu menerima bantuan dari Rajendra.

"Are you okay, Darling?" tanya Rajendra khawatir sambil ikut menyapu lutut Serena yang tadi bertubrukan dengan batu. Gadis itu tersenyum kaku, lalu membalasnya dengan anggukan kecil.

"Ayo, sini Daddy bantu," ucap Rajendra, membantu putrinya itu untuk berjalan masuk menuju ruang khusus kepala sekolah.

Serena tersenyum kaku, kini keduanya sedang duduk berhadapan dengan kepala sekolah SMA Binamarga setelah disuruh mengisi formulir pendaftaran.

My Brother, My Boyfriend [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang