Re-publish. 22 Mei 2021
Cikelor, Rengasdengklok.❤
“Angin berkata, bahwa rindu tak melulu harus melihat waktu. Dan saat ini aku tengah merindukanmu.”
❤
“HAI, gue Metta. Lo kenal gue, 'kan? Jamet IPS 3. Kita satu kelas!”
Perkenalan macam apa ini?
“Eee ... hai juga!” Serena tersenyum canggung. “Aku Serena.” Lalu menerima uluran tangan dari Metta.
“Iya, udah kenal.”
Serena mengangguk. Kemudian menyuruh Metta untuk duduk di sampingnya. Kini sudah waktu istirahat, Serena tengah duduk santai di depan kelas. “Kamu nggak ke kantin?”
“Nggak ada temen, terus Dania lagi cebok. Lo sendiri kenapa, kok, nggak ke kantin?” tanya Metta balik.
“Aku bawa bekel,” jawab Serena sopan seraya menunjukkan kotak bekal berwarna biru yang ada digenggamannya itu ke hadapan Metta.
“Kamu mau nggak? Ini bikinan Daddy aku, lho!” sambung gadis itu mencoba menawarkan kotak bekal yang hari ini ia bawa buatan dari Daddy-nya.
“Papa lo pinter masak?” tanya Metta sedikit tidak percaya, Serena mengangguk. Berbeda sekali Rajendra dengan Papa-nya yang super sibuk dengan pekerjaan. “Enak, ya, jadi elo punya Papa yang bisa masak, beda banget sama Papa gue.”
“Daddy,” tegur Serena kepada Metta agar tidak menyebut Rajendra dengan sebutan Papa, karena lelaki itu sangat tidak suka. “Dia, kalau dipanggil dengan sebutan lain bakalan marah. Nggak suka, penginnya Daddy aja!”
“Papa lo, kok, manja, yah?” komentar Metta yang kemudian tergelak dalam kekehannya, diikuti oleh Serena. “Kalo Papa gue sih nggak ngurus mau gue panggil dia apa, soalnya dia sibuk kerja.”
“Nggak papa, Daddy aku juga sibuk, kok,” ungkap Serena di balik sikap perhatian Rajendra, ternyata lelaki itu juga sibuk dengan pekerjaannya. Kadang sampai tidak mempedulikan putrinya hanya demi sebuah pekerjaan. “Tapi kamu harus tahu satu hal, mereka sibuk itu buat kita juga.”
“Iya, sih.” Metta menggaruk belakang tengkuknya yang tak gatal, gadis itu mengangguk kemudian tersenyum. “Ke kantin, yuk, gue laper!”
“Yuk, aku juga sekalian mau beli air mineral,” balas Serena yang kemudian beranjak dari duduknya, diikuti oleh Metta. Dan keduanya kini tengah berjalan menuju kantin khusus kelas tiga.
“Mau sekalian gue pesenin air mineral, nggak?” tanya Metta berniat menawarkan diri sebelum akhirnya pergi untuk memesan bakso chuanki. Yap, kini mereka sudah berada di kantin atas tepatnya khusus kelas tiga.
“Boleh. Satu, ya!”
Metta mengacungkan jempolnya ke atas tanda siap, kemudian tak lama gadis itu akhirnya pergi dari hadapan Serena hanya untuk memesan bakso chuanki sekaligus membeli air mineral untuk minum Serena dan dirinya nanti.
Tak perlu membutuhkan waktu lama, akhirnya Metta pun kembali dengan tangan yang membawa nampan di mana di atasnya terdapat se-mangkuk bakso chuanki dan dua botol air mineral yang tutupnya masih tersegel.
“Aaa ... thank you, Metta!” ucap Serena seraya mengambil satu botol air mineral itu kemudian membuka segelnya tanpa ribet.
Metta tersenyum.
“Dorr ...!”
Serena yang tengah meneguk air mineral sontak memuntahkannya karena terkejut. Sementara Metta tersedak bakso cuanki yang baru saja masuk ke mulut. “Dania bangsat!”
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brother, My Boyfriend [COMPLETED] ✔
Novela JuvenilIni adalah kisah manis antara Serena dan Erland yang berselimut dosa dan dendam. *** copyright © 2021 by @dinosaurussx_ [jadilah pembaca yang budiman, jangan plagiat! Because, cari ide gak segampang ngupil.] . Start: 10 Oktober 2020 Finish: 15 Maret...