32. GENTALA DIBAKAR

21 3 0
                                    

Re-publish. 28 Mei 2021
Cikelor, Rengasdengklok.

“Apapun masalahnya, dendam bukan jalannya.”

GENTALA kembali mengusap peluh, kehilangan jejak lelaki itu. Namun, ia yakin pasti masih di sekitaran gedung kokoh ini.

“Arghhh ... buka mata kamu Serena!”

Gentala terdiam.

Serena? Celingukan Gentala mencari dari mana asal suara tersebut. Hingga tanpa sengaja langkahnya mengantarkan dia ke sebuah tempat yang cukup membuat mulut Gentala ternganga melihat objek di depan.

“Loh, Om Rajendra?!” panggil Gentala seraya memperhatikan objek di depannya yang berjarak. Rajendra menoleh ke arah sumber suara, begitu pun dengan Raksa. Gentala tertegun melihat pisau tajam yang menusuk di sebelah mata itu.

“Sialan!” Rajendra mengepalkan tangan.

“Genta..” panggil Raksa lirih. “Tolongin, Om ....”

Gentala menggeleng. Mungkin ini mimpi buruk? Cowok itu lalu membalikan badan, pergi dari kenyataan di depan mata. Namun, nahas seseorang justru malah berhasil mencekalnya.

Gentala menoleh cepat. “Om.. Rajendra?”

“Mau ke mana?”

Dia tersenyum iblis. Detik kemudian meringis ngilu saat organ vital-nya berhasil Gentala tendang dengan sekuat tenaga. Alhasil cekalannya itu lepas. “Arghh.. sialan!”

Tanpa menunggu diperintah atau berlaku polos seperti penjahat-penjahat di sinetron umumnya. Sebagian orang-orang suruhan Rajendra langsung mengejar Gentala yang sudah lari menjauh entah ke mana.

Sedangkan, sebagian lainnya tengah menyiapkan aquarium besar beserta beberapa bom waktu peledak untuk kejutan selanjutnya. “Lepaskan Serena, Dra. Saya mohon ...!”

“Berani berapa?” tanya Rajendra, sinis.

“Bunuh saya!”

Rajendra tampak menimang-nimang, lalu memberikan usul mantap kala teringat sesuatu. “Bagaimana kalau Shalitta?”

“Dra, jangan pernah macam-macam! Dia masih kecil.”

Rajendra tertawa peduli setan. “Bodoh amat!”

Sementara di satu sisi Gentala tengah sibuk berlari mencari tempat untuk bersembunyi. Beberapa kali ia mencoba untuk menghubungi Erland. Namun, panggilannya selalu teralihkan.

“Er.. angkat please!” Gentala terus bergumam, lelaki itu lalu melewati koridor gelap. Gentala berpikir bersembunyi di sini tidak akan ketahuan oleh mereka. “Erland ... ini penting!”

Lagi, panggilan itu kembali teralihkan.

Gentala berpikir keras. Lalu menepuk jidat saat mengingat ada Gema, ayahnya, yang mungkin saja bisa ia hubungi untuk membantu: menolong Raksa dari setan Rajendra. “Bodoh, sih!”

Gentala menggigit jari menunggu saat teleponnya itu memanggil, lalu berubah menjadi berdering. Tak lama teleponnya itu tersambung.

“Hallo, Gent. Ada apa?”

“Ha-hallo, Pah!”

“Kenapa, Genta?” tanya Gema dari sebrang sana, bingung.

“Barusan Genta kirim share-loc ke nomor Papah. Nah, Genta minta Papah dateng, ya? Kalo bisa ajak Erland! Genta udah coba hubungin dia beberapa kali, tapi dialihkan terus,” ujar Gentala serius, membuat kening Gema mengkerut heran.

My Brother, My Boyfriend [COMPLETED] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang