(18.) Pamit 2

864 150 4
                                    


Setelah berpamitan kepada Selfya dan kedua sahabatnya, Fadil pun bersiap pulang kerumahnya untuk mempersiapkan  keberangkatannya besok pagi.
Selama perjalanan, Fadil hanya melamun. Dirinya hanya sibuk memikirkan Selfya.
Apakah Selfya bakal sanggup menungguku? Batin Fadil
Dirinya sangat berharap jika Selfya akan sanggup menunggunya.

Ia tersadar dari lamunannya Ketika sampai di rumahnya. Rumah berlantai 2 yang minimalis itu menyambut kedatangan Fadil, gerbang rumahnya terbuka. Fadil menyapa Mang Ujang, satpam yang sudah bertugas 8 tahun lamanya.

Fadil segera turun dari mobil, kemudian ia sambut hangat oleh sang Umi, Abi dan beberapa saudara Fadil. Mereka berlarian ke arah Fadil yang masih sibuk mengeluarkan koper dan tasnya yang masih di bagasi mobil.
Ia tidak menyangka kalau saudaranya  ternyata ada di rumahnya, termasuk Teh Nafisha.

Pelukan pertama ia dapatkan dari sang Umi, disusul oleh Abi. Fadil memeluk kedua orang tuanya erat.
"MasyaAllah nak, Umi bangga banget sama kamu." Tangis haru Umi pun pecah

Fadil tersenyum, "Alhamdulillah Umi... Ini semua berkat Umi sama abi yang senantiasa mendoakan  Fadil."
Fadil melepaskan pelukannya, kemudian menyalami tangan Abi dan Umi sambil terus mengucapkan rasa terimakasih nya.

Sodara Fadil yang melihat itu pun merasa haru. Kemudian bergantian memeluk Fadil.
"Wiiiih, Aa Fadil hebat euy, Rafa juga pingin dapet beasiswa kayak Aa Fadil." Keponakan Fadil yang bernama Rafa itu memandang Fadil kagum.

Fadil tersenyum, kemudian mengusap rambut hitam bocah yang masih kelas 7 SMP itu, "Aaamiin, semoga Rafa juga bisa kayak Aa, ya."
Mendengar itu Rafa mengangguk antusias

"Uuuuh, keponakan Teteh udah mau kuliah." Teh Nafisha memeluk Fadil erat. Fadil terkekeh dalam pelukannya.

Umi tersenyum tipis, "Ngobrolnya didalam aja, yuk." Semuanya mengangguk

Setelah sampai di dalam rumah, Fadil berpamitan ke kamarnya yang  berada di lantai atas untuk membersihkan diri.

Fadil meletakkan koper dan tasnya diatas kasur. Senyum Fadil terbit ketika ia teringat sesuatu.
Fadil membuka lemari pakaiannya, kemudian mengeluarkan sebuah album foto yang berada di tumpukkan baju.

Fadil duduk di kasur empuk nya kemudian membuka lembaran pertama. Ia terkekeh melihat foto masa kecilnya. Lihat! Betapa menggemaskan nya dia!!!

 Lihat! Betapa menggemaskan nya dia!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tok tok tok

Pintu kamar Fadil terbuka, menampilkan sang umi yang sedang membawa susu coklat di genggamannya. Fadil tersenyum ketika sang umi ikut duduk di sebelahnya sambil memberikan susu coklat kesukaanya.
Fadil meneguk susu itu sampai habis.
Umi memerhatikan album foto yang berada di pangkuan Fadil.

"MasyaAllah, Umi kira album foto ini hilang." Umi menyentuh album foto itu lalu membukanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang