(11) Si Polos

1.1K 206 57
                                    

Rani terus menarik tangan kedua sahabatnya. Dan kini, mereka sedang berada di kawasan santriwati.
Kawasannya sepi, mungkin para santriwati yang lain sedang istirahat di kamar mereka, dan hanya sebagian santriwati yang sedang asik berbincang di teras.
Pasca insiden tadi, Rani terus saja menatap kedua sahabatnya tajam.
Sampai akhirnya Selfya berbicara, "Ishh rani, tangan kita ga usah kamu tarik tarik juga kali," ia menggerutu.

"Tau nih," giliran Marsha yang menggerutu.
Rani langsung melepaskan cekalannya, "habis nya kalian malu maluin banget si, ah." Rani menatap keduanya kesal.

"Malu maluin apanya?" tanya selfya bingung.

"Tau ih. lagian kita bukannya malu-malu in kamu, tapi muji kamu di depan semua orang, kalau sambal terasi buatan kamu itu enak," Marsha berkata dengan nada lempeng.

"Jangan bahas sambel lagi huaaaaaaaa." teriak Rani. Ia sungguh tidak kuat dengan sifat-sifat sahabatnya yang selalu membuatnya jengkel setengah mati.
Marsha tercengir, "iya deh, kita maaf ya Rani."

Rani menghembuskan napasnya, lalu mengangguk, "iya."

Selfya tersenyum lebar, "unchh, gitu dong. Nanti jangan lupa tolong buatin sambal terasi ya, buat Kak Fadil sama Kak Miqdad. Yaaaaa, pliiisss,"

Rani lagi-lagi menahan kekesalannya, lalu menatap Selfya yang sedang memohon. "Tau ah aku ngambek." Rani mempalingkan wajahnya.

"Kamu mah meuni ngambek ih," Marsha yang menjawab.
"Atuh aku teh meuni Malu!!!" sambung Selfya, ia pura-pura ikut merajuk.
Mereka sama-sama tertawa saat memperagakan video viral yang waktu itu mereka tonton.

"Hehe, aku cuman bercanda kok Ran," Selfya terkekeh
Rani mengangguk, "hu'um."

"Betewe, gimana rasanya tadi nindih Kak Fadil?" tanya Marsha kepo
Rani mencubit tangan Marsha gemas, "kenapa bahas itu lagi, dodol."

"Aw sakit tauu," Marsha mengusap tangannya yang cenut-cenutan.
Marsha langsung menatap Selfya penuh tanya " kasih tau dongg, rasanya gimana?" rengek marsha.

"Emm, ga ada rasanya kok, emang makanan apa," jawab Selfya lempeng
Rani tersenyum puas, "denger tuh."

"Maksudnya bukan itu Selfya sayanggg," kata Marsha gemas

"Ih apaan si kamu Sha, jangan panggil aku sayangg, cukup suami ku nanti yang boleh panggil aku sayang, okeyy."
Wajah Marsha berubah menjadi datar ketika mendengar jawaban sang sahabat.
Rani hanya tertawa terbahak bahak melihat ekspresi Marsha.

"Kok Kak Fadil mau sama kamu ya," lirih Marsha. Wajah nya berubah menjadi sendu.

"Kan udah bikin janji waktu dulu, kalo udah gede bakalan nikah," kata Selfya
Rani dan Marsha terkejut "pas kapaannn?"

"13 tahun yang lalu,"

"Hah???"

"Waktu itu umur kamu masih 4 tahun dong?" tanya Marsha
Selfya mengangguk, "huum, aku sama Kak Fadil sahabatan dari kecil, tapi waktu itu Kak Fadil pindah, terus di pertemukan lagi sekarang di pesantren ini." jelas Selfya
Akhirnya Rani dan Marrsha mengerti

"Bentar lagi kan ujian, terus Kak Fadil bakalan langsung kuliah di luar negeri kan?" tanya Rani
Selfya terdiam, ia jadi ingat pasal itu.

"Katanya si gitu," Marsha yang menjawab.

"Kamu bakalan sanggup menunggu Kak Fadil, Fya?" tanya Marsha memastikan

"In-insyaallah." jawab Selfya, ia melihat jam tangan yang terpasang di lengannya
"Bentar lagi dzuhur, yuk kita ke masjid." lanjutnya

****

"Dil, sumpah ane masih ga nyangka tadi," Kata Miqdad.
Miqdad terus membuntuti Fadil dari belakang sambil terus mempertanyakan soal insiden yang menimpa dirinya tanpa henti.
Sedangkan Ali hanya diam saja.

Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang