2 tahun kemudian~~~
Menuntut ilmu di Pesantren memang tidak mudah. Selain berjauhan dengan orang tua, mereka juga di tuntut hidup mandiri.
Selfya, remaja cantik dan polos kini beranjak tumbuh dewasa. Sifat polos dan lemotnya masih berada pada dirinya sampai sekarang.
Setelah 6 tahun menuntut ilmu di Pondok Pesantren ia melanjutkan pendidikannya di Universitas Islam BandungTidak ada yang berubah, persahabatan Selfya, Rani dan Marsha tetap awet sampai sekarang. Mereka sudah seperti sodara kandung yang tidak dapat di pisahkan sampai kapanpun.
Selfya, gadis itu sedang bersenandung kecil dihadapan cermin besarnya sambil merapikan khimar berwarna putih yang ia pakai.
Hari ini adalah hari pertama Selfya OSPEK. Selfya mengambil beberapa potongan tali pita, kemudian ia tempelkan di jilbabnya. Mulutnya terus memggerutu, mengapa dirinya harus berpenampilan aneh seperti?
Tetapi peraturan ini memang wajib di patuhi oleh para mahasiswa baru selama kegiatan OSPEK. Tak lupa juga ia meggantungkan sebuah papan nama yang berukuran besar yang terbuat dari kardus kemudian ia gantungkan di lehernya menggunakan tali rafia.Tok tok tok
Selfya menoleh mendengar ketukan pintu yang lumayan keras. Kemudian perlahan membuka pintu. Betapa terkejutnya Selfya melihat Hanifa yang sedang berdiri di depan pintu sambil memeletkan lidahnya.
Selfya mengusap dadanya pelan melihat kekonyolan adiknya. Sedangkan Hanifa hanya tertawa terbahak-bahak melihat wajah sang kakak yang terkejut.
"Ga lucu tau ga." Selfya memandang Hanifa gemas. Gadis yang baru duduk di bangku SMA itu makin tertawa puas ketika menyadari penampilan sang kakak.
"HAHAHAHA, teteh udah kayak gembel." Hanifa terus tertawa sampai-sampai mengaduh perutnya sakit.
Sedangkan Selfya menatap Hanifa jengah. Ingin rasanya ia cincang adik satu-satunya itu."Kamu mah kebiasaan dek, kan teteh udah bilang kalo mau masuk kamar teteh tuh ketuknya pelan-pelan, ucapin salam." Selfya menggerutu. Wajahnya nampak kesal. Hari ini moodnya sedang tidak bagus.
"Hehe maaf, lagian teteh dandannya lama banget. Katanya mau berangkat ke kampusnya bareng sama ayah. ini udah mau jam 7 loh, nanti yang ada ayah telat ke kantor." Cerocos Hanifa.
Selfya menepuk jidatnya. Dirinya sampai lupa kalo semalam dirinya meminta sang ayah untuk mengantarkannya juga ke kampus. Tanpa babibu Selfya meraih tas nya yang berada di atas meja rias kemudian menarik tangan kanan Hanifa menuju ke lantai bawah.
Sesampai di bawah, Selfya melihat kedua orang tuanya yang sedang bercanda gurau di ruang TV. Menyadari kehadiran kedua anaknya, Ayah langsung bangkit dari duduk kemudian berpamitan pada sang istri.
Ayah dan Bunda menahan tawanya melihat penampilan sang anak, sedangkan Hanifa dari tadi tidak bisa menghentikan tawanya. Ia mengusap sudut matanya yang berair, lalu kembali tertawa.
"Lama banget teh dandannya." Ayah terkekeh melihat anak sulungnya yang sibuk merapikan jilbabnya. Selfya nampak risih dengan pita-pita yang menempel di jilbabnya.
"Biasa yah, siapa tau disana ada kakak mahasiswa ganteng yang nyantol sama teteh." Ceplos Hanifa.
Selfya melotot, kemudian menarik khimar Hanifa sampai terlepas. "Enak aja." Selfya berdecak. Adiknya ini memang jail.
Hanifa tertawa puas, kemudian bersembunyi dibalik tubuh tegap sang ayah. Hanifa menjulurkan lidahnya. Selfya mengusap dadanya pelan. Hanifa memang selalu membuat dirinya kesal sekaligus gemas setengah mati.Bunda terkekeh melihat tingkah kedua anaknya, "kamu ini dek, lagian kan teteh udah punya Fadil. Mana mungkin pindah ke lain hati."
Ayah dan Hanifa kompak tertawa lepas, sedangkan Selfya terdiam.
Mendengar nama Fadil membuat dirinya teringat dengan sosok itu. Sosok yang sudah mengisi ruang hatinya, sosok yang sudah membuat dirinya menemukan cinta pertamanya dalam sebuah insiden tak mengenakkan pada saat itu.
Fadil, nama itu yang selalu muncul di pikirannya. Di lubuk hatinya yang paling dalam ia sangat merindukan sosok itu. Setiap hari Selfya selalu menunggu sebuah pesan singkat dari Fadil, namun tidak dia dapatkan sampai sekarang padahal dirinya sangat berharap sekali. Tetapi ia sangat yakin bahwa Fadil akan baik-baik saja disana.***
Selfya celingak celinguk mencari kedua sahabatya. Dirinya sudah sampai di kampus sejak 10 menit yang lalu. Selfya mengerucutkan bibirnya, sudah 10 menit ia mencari keberadaan Marsha dan Rani, namun belum ketemu, padahal beberapa Maba sudah berkumpul di aula.
"FYA!!!!!" Selfya menoleh mendengar teriakan cempreng yang memekik telinganya, siapa lagi kalau bukan Marsha pelakunya.
Marsha menjadi pusat perhatian. Marsha menunduk malu, sedangkan Rani yang berada di sebelahnya pun ikutan malu melihat tingkah sahabatnya. Marsha memang tidak berubah.
Rani dan Marsha menghampiri Selfya sambil berlarian kecil. Pandangan Marsha terus menunduk, karena dirinya masih menjadi pusat perhatian oleh para kakak Senior."Maaf ya Fya, tadi kita abis ke kamar mandi dulu." Ucap Rani. Selfya hanya mangut-mangut.
"Fya, tau ga? Tadi aku liat ada kakak senior ganteng. Masya Allah, muka nya kayak blasteran gitu." Marsha setengah berbisik. Marsha sudah seperti cacing kepanasan yang haus akan cogan.
"Ehem" Dehem Rani.
Selfya menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum jail, "sha, ada kak Ali tuuuh." Selfya menunjuk-nunjuk asal.
Kompak mata Marsha melotot, wajahnya berbinar "manaaaa Kak Ali mana." Marsha celingak-celinguk kegirangan.
Selfya dan Rani menyemburkan tawanya. Lagi-lagi mereka menjadi pusat perhatian. Banyak yang memuji kecantikkan Selfya ketika tertawa, bahkan sampai ada lelaki yang terang-terangan mengakuinya di depan Selfya. Tapi Selfya tak menggubris.
Marsha menghentakkan kakinya berulang kali. Kesal. Padahal tadi dirinya sungguh berharap bertemu dengan Ali. Ali dan Miqdad memang satu kampus dengan mereka. Setelah lulus dari Pesantren Marsha tidak pernah berjumpa dengan Ali, sekalipun tidak pernah.
"Kenapa kalian masih disini? Apa kalian tidak dengar jika mahasiswa baru di harap kumpul di Aula? Malah ketawa-ketawaan ga jelas" Selfya terkesirap mendengar suara bariton yang mengagetkanya. Ia menghentikan tawanya kemudian berbalik menghadap seseorang itu. Selfya menunduk, tak berani menatap wajah pria itu.
Pria jangkung itu menatap Selfya datar. Wajahnya nampak sedikit sangar. Rahangnya kokoh. Banyak sekali Mahasiswi yang mengagumi ketampanannya, salah satunya Marsha. Ia tidak berhenti memuji ketampanan pria sangar ini dalam hati.
"Kenapa kalian masih disini?" Tanya Pria itu, dirinya tetap memandang Selfya datar. Selfya meremas jilbabnya, ia gugup.
"Eum, maaf Kak." Selfya menunduk.
"Kenapa kamu terus menunduk? Kalo ada orang yang bicara tuh tatap wajahnya, bukannya menunduk!!!" Selfya masih diam mendengar suara bariton itu yang mulai meninggi.
Ia sama sekali tidak berani menatap pria di hadapannya ini. Keringat sudah bercucuran dari dahinya. Selfya lagi-lagi menjadi pusat perhatian."APA KAMU TIDAK DENGAR UCAPAN SAYA? JIKA ADA YANG BERBICARA ITU TATAP WAJAHNYA!!! "
"Maaf Kak, bukan muhrim. Guru Fya bilang kalo menatap seorang lelaki yang bukan muhrim kita itu namanya zina ain, Kak." Cicit Selfya.
Pria itu terdiam.
Terdengar suara tepukkan tangan. Pria itu menatap papan nama Selfya, kemudian tersenyum tipis, sangat tipis. Tidak ada yang menyadari senyum pria itu."Silahkan kumpul di Aula!!" Pria itu pergi.
Selfya membuang napas leganya. Marsha menepuk bahu Selfya 1 kali sambil memuji Selfya berkali-kali.
Rani menarik tangan Selfya dan Rani bersamaan, "udah ayo kita ke Aula, nanti yang ada kita di marahin lagi."***
Huaaaaaaaaa akhirnya aku update jugaaaaa kyaaaa😍😍😍😍😍😍😍😍😍 maaf banget yaa kalo aku slow update, karena aku sibuk cari referensi tentang kuliahan😂 maklum lah aku ini baru mau masuk SMA jadinya ga ngerti pasal kuliah-kuliah gituuu🤣🤣🤣
Kira-kira pria sangar tadi siapa ya????
HmmmmmNantikan part selanjutnya ya guysss..
Btw, aku bakal nge revisi namanya minggu depan aja deh😂😂😂
Jangan lupa vote dan komen yaaaa:"
See youuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Pesantren (On Going)
Teen Fiction"Tunggu aku lulus ... dan aku akan segera mengkhitbah mu," teriak Fadil di area kawasan pesantren membuat para santri disana di buat takjub atas keberanian Fadil. "Jangan membuat rasa cinta ini semakin bertambah, sehingga membuat kita semakin terjer...