(19) Rindu

871 152 17
                                    

Beberapa bulan kemudian.

Semua santri menjalankan aktivitas seperti biasanya. Terlihat Selfya sedang bercanda gurau dengan Rani sambil menunggu Marsha yang sedang di toilet sekitar setengah jam yang lalu namun belum kunjung balik. Ini waktunya jam bebas.
Selfya dkk memilih menghabiskan waktu jam mereka dengan bercerita.

Marsha menghampiri Selfya dan Rani. gamisnya basah kuyup. Dirinya duduk ditengah-tengah mereka.

"Kok bisa basah gitu si, Sha?" Selfya bertanya. dirinya Memandang dari atas sampai bawah gamis Marsha yang basah.

"Aku tadi di kamar mandi ketiduran. Terus mimpi kalo Kak Ali nyamperin aku, terus pegang tanganku. Saking senangnya aku malah kepeleset pas bangun." jelas Marsha. Dirinya memerat gamis bawahnya, tanpa peduli ekspresi Rani dan Selfya yang sedang cengo mendengar penjelasan Marsha. Ketiduran di kamar mandi katanya? Astaghfirullahaladzim. Rani dan Selfya hanya bisa mengelus dada.

"Kamu kok bisa ketiduran gitu?" lirih Rani

"Semalem aku sibuk ngehaluin Kak Ali, tapi aku malah mimpi buruk kalo Kak Ali nikah sama Aina. Jadinya setelah mimpi buruk itu aku ga tidur lagi, karena aku takut banget, Ran." lagi-lagi Selfya dan Rani mengelus dadanya dengan sabar mendengar pengakuan Marsha.

"Kamu jangan terlalu memikirkan Kak Ali, Sha. Dosa tau, itu namanya Zina pikiran, you know? Lagi pula mimpi itu bunga tidur, bisa jadi nanti mah kamu jodohnya sama si Dayat noh." Kata Rani, ia tertawa setelah mengatakan kalimat terakhirnya, sedangkan Marsha mendengus kesal.
Apa-apaan katanya? Berjodoh dengan Dayat, iiih amit-amit.
Ngomong-ngomong soal Dayat, ia adalah teman seangkatannya. Sejak dulu Marsha tau jika pria bertubuh gempal itu menyukainya, bahkan pernah terang-terangan mengungkapkan perasaanya di hadapan santri yang lain, dan pada akhirnya ia dan Dayat terkena takzir.

Flashback on

"Marsha Dzalfa Septiani, Dayat sebenarnya sudah menyukaimu sejak dulu, Dayat sungguh mencintaimu. Dayat ingin, jika nanti kita menikah."
Marsha memandang pria bertubuh gempal yang bernama Dayat itu dengan perasaan malu. Apalagi pria di hadapannya ini mengungkapkannya di depan para santri. Ingin rasanya Marsha mengubur dayat hidup-hidup lalu kuburannya ia buat aspal.

"Marsha, mau kah kamu menikah dengan Dayat nanti?" Dayat bertekuk lutut. ia sangat berharap jika Marsha akan menerimanya, namun kenyataanya tidak, Marsha malah berteriak keras.

"Huaaaaaaa, maksud kamu itu apa sii Dayaaaat???" Teriak Marsha
Rani dan Selfya tak kuasa menahan tawanya, namun mereka juga merasa iba pada Marsha.

Dayat berdiri agak kesusahan karna bobot tubuhnya yang besar, kemudian ia membenarkan sarungnya yang agak melorot. "Dayat cuman nyatain perasaan aja." Jawabnya enteng.

"Tapi gausah di depan para santri, Dayat." Geram Marsha. Ia tidak habis pikir dengan pria di hadapannya ini. Bagaimana jika Ali melihatnya? Haduuuh bisa kacau lagi.

"Jadi kamu menerima Dayat?" Ucap Dayat sumringah.

Marsha langsung menggeleng cepet, apa-apaan? Menerimanya? Dirinya sudah terlanjur mencintai Ali. Huaaaaa rasanya Marsha ingin menangis saja.

"ADA APA INI RAMAI-RAMAI? MARSHA DAN DAYAT, CEPAT IKUT USTAD?!!!!! "

Flashback off.

Marsha bergidik ngeri setelah mengingat kejadian itu. Itu adalah kejadian terburuknya, Marsha tidak mau kejadian itu terulang kembali.
Lagi pula semenjak kejadian itu dirinya mendapat informasi jika Dayat sudah keluar dari pesantren, akibat Marsha menolak cintanya. Tapi Marsha tidak peduli, lagian itu bukan salahnya toh? Kan cinta itu tidak boleh di paksakan. Marsha juga sudah mencintai Ali sejak dulu, walau sampai sekarang Ali masih tidak peka dengan perasaanya. Memang sakit, tapi Marsha akan terus meluluhkan hati Ali.

Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang