Hari kedua. Sudah satu jam lamanya para mahasiswa dan mahasiswi di jemur di lapangan melakukan latihan baris berbaris. Kegiatan Ini memang wajib dilaksanakan masa orientasi di Indonesia.
Selfya mengusap peluh keringat di dahinya. Panasnya terik matahari membuatnya haus. Selfya membuka tas ranselnya kemudian mengambil botol air minum. Selfya berjongkok. Selfya meneguk air itu rakus. Ia tak peduli jika dirinya menjadi bahan tontonan oleh senior dan mahasiswa lain.
"Fya, berdiri." Marsha yang berada di sebelah Selfya berbisik pelan. Selfya tak menggubris. Kakinya sungguh pegal, dirinya tidak sanggup berdiri. Marsha melihat jika Reza perlahan mendekati Selfya.
Rani menepuk jidat. Bisa-bisa sahabat yang satunya itu terkena omel lagi."Berdiri!" Suara bariton itu membuat kepala Selfya mendongak. Reza menatap Selfya dengan tatapan datarnya.
Mau tak mau ia berdiri, dirinya tidak mau jika pria sangar ini mengomelinya lagi seperti kemarin. Baru saja Selfya berdiri, ia hampir terjatuh. Untung Reza dengan singgap menahan pergelangan tangannya. Selfya meringis sebab tak mampu berdiri, kakinya kram. Rani dan Marsha menatap Selfya khawatir.Reza menghela napasnya, ia menuntun Selfya untuk duduk.
"Luruskan kakinya," Pinta Reza. Selfya mengangguk. Ia meluruskan kakinya dengan hati-hati.
Reza menyentuh kaki Selfya yang terbalut rok hitam panjang, kemudian memijatnya pelan. Selfya terkejut melihat perlakuan Reza. Para Mahasiswa lain pun menatap Reza tak percaya. Bagaimana bisa seorang Reza yang terkenal tegas dan sangar itu begitu perhatiannya kepada Selfya.
"K-kak... Gak usah, Kak," Ujar Selfya tak enak. Dirinya merasa risih ketika Reza menyentuh kakinya.
Reza berdiri, "kamu istirahat saja dulu." Reza kembali menghampiri senior lain. Reza mengintrupsi para maba untuk kembali berbaris dengan rapi.
Setelah Selfya merasa kakinya sudah mulai enakan, Selfya kembali bergabung. Selfya berdiri di samping Rani.
"Kaki kamu udah enakan, fya?" Tanya Rani setengah berbisik.
Selfya mengangguk, "Alhamdulillah."
"Uuum, Rani..." Selfya menyenggol tangan Rani pelan.
Rani menatap Selfya yang sedang meremas rok nya. Rani bertanya, "Ada apa?"
"Aku pingin pipis," Selfya merengek. Ia semakin meremas rok nya kuat. Dirinya sudah tidak tahan. Selfya menatap Reza yang sedang sibuk menjelaskan sesuatu di depan sana.
"Yaudah minta izin," Ucap Rani gemas
"Ada apa ribut-ribut disana?" Reza sedikit berteriak.
"Maaf kak, aku kebelet. Boleh minta izin ke kamar mandi gak? Sebentar aja." Selfya berjinjit, ia tampak gelisah. Bagaimana jika dirinya mengompol disini.
Reza berdecak, "Yasudah, saya beri waktu sepuluh menit." Mendengar itu selfya langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi.
Reza terdiam sebentar. Apakah Selfya tau toilet ada di belah mana? Kampus ini sangat luas. Reza mengangkat bahunya acuh, mungkin saja Selfya sudah tau letak toilet ada dimana.
Sedangkan selfya mondar mandir mencari toilet. Kawasan kampusnya memang sangat luas. Selfya sudah berkeringat, dirinya sudah sangat kebelet. Untung saja ia bertemu dengan penjaga kantin. Lalu memberi tahu letak toilet itu.
Sudah 20 menit berlalu Selfya belum kunjung kembali ke barisan. Reza geram karena Selfya belum juga kembali. Marsha dan Rani pun ikut cemas.
"Gadis itu benar-benar," batin Reza. Dirinya langsung pergi menyusul Selfya di toilet. Napasnya naik turun. Mengapa gadis itu selalu membuatnya kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Pesantren (On Going)
Teen Fiction"Tunggu aku lulus ... dan aku akan segera mengkhitbah mu," teriak Fadil di area kawasan pesantren membuat para santri disana di buat takjub atas keberanian Fadil. "Jangan membuat rasa cinta ini semakin bertambah, sehingga membuat kita semakin terjer...