(26) Cinta Pertama

632 50 19
                                    

"Kak Reza suka ya sama Selfya?" Marsha menatap Reza dengan penuh selidik.

"Bukan urusan kamu," Acuh Reza, memandang Marsha tanpa ekspresi. Selfya hanya diam, nampak tak peduli dengan arah pembicaraan Marsha.

"Cuman nanya aja kok," cibir Marsha kesal.

"Fya, gimana ya kabar kak Fadil disana?" Tanya Marsha, pandangannya beralih pada Reza yang pura-pura acuh. Marsha tersenyum miring, memancing ekspresi Reza.

"Aku tidak tau, tapi aku harap Kak Fadil baik-baik saja disana," lirih Selfya.

"Kamu rindu?" Giliran Rani yang bertanya, mengikuti permainan Marsha

"Teramat sangat,"jawab Selfya pelan.
Reza bisa mendengarnya. Diam-diam ia memandang wajah Selfya yang nampak sedih. Jujur saja, hatinya merasa pedih mendengar Selfya mengatakan jika dirinya merindukan sosok Fadil itu. Siapakah Fadil? Apakah ia kekasih Selfya? Ah rasanya tidak mungkin, karena sudah pasti Selfya anti yang namanya pacaran. Lalu siapa? Ah mungkin saja itu kakaknya, pikir Reza.

"Saya kira kamu anak pertama," ujar Reza.

Selfya menatap Reza sebentar, "aku memang anak pertama," tutur Selfya.

Reza mengernyitkan dahinya.

"Lalu siapa Fadil itu?"

"Dia cinta pertama Selfya." Bukan Selfya yang menjawab, melainkan Marsha.
Rani mencubit pinggang Marsha gemas.

"Sakit tau!" Ringis Marsha, sebari mengusap bekas cubitan maut Rani.

"Benar itu, Fya?" Tanya Reza memastikan. Pandangannya berubah menjadi sendu melihat Selfya yang mengangguk.

"Itu benar. Kak Fadil Cinta pertama Fya di pesantren, Kak." Selfya nampak antusias menjawab pertanyaan Reza. Memorinya berputar kembali pada masa pondok dulu. Ia tidak menyadari bahwa pria yang berada dihadapannya ini sedang menahan rasa sakit sekaligus cemburu mendengar kisah cintanya.

"Dulu sampai kena takzir sama Pak Ustadz karena sudah berduaan." Selfya tertawa geli mengingat kejadian itu. Reza tersenyum pedih.

"Lalu kemana dia?" Reza bertanya. Wajahnya memerah. Reza mencoba menahan gelora cemburu. Dirinya masih penasaran pada sosok yang telah membuat wanita dihadapannya ini jatuh cinta.

"Kak Fadil meneruskan pendidikannya di London. Itu cita-citanya sejak dulu," jawab Selfya.

Reza manggut-manggut. Masih banyak pertanyaan yang ia ingin tanyakan pada Selfya.

"Apa kamu menunggunya?" Nanar Reza.

Selfya mengangguk mantap, "tentu saja."
Marsha dan Rani menyimak. Rasanya menyenangkan sekali.

Reza menghela napas," Seandainya ada pria datang ke kamu, lalu mengajakmu ke jenjang serius, apakah kamu bakal tetap menunggunya?"

"Selfya itu cewek setia, mana mungkin nerima cowok baru begitu aja." Marsha kembali buka suara.

Reza menatap Marsha tajam. Dirinya merasa jengkel pada Marsha yang selalu memotong pembicaraan orang, dan selalu saja ikut campur.
Marsha tampak takut di tatap Reza yang seperti ingin menerkamnya.

"Udah diam!" Tegur Rani setengah berbisik pada Marsha yang kini menunduk takut.

"Fya, jawab pertanyaan saya!" Reza menekan setiap ucapannya, menunggu Selfya menjawab pertanyaannya barusan.

"Aku tidak mau berharap lebih kepadanya. Jika memang kami berjodoh, mau berapa lama pun aku bakal setia menunggunya, selama rasa cinta ini tetap ada." Selfya berkata lirih.

Sebenarnya dirinya sedikit ragu dengan ucapannya sendiri. Ia memang masih mencintai Fadil, walau dirinya tidak tau kalo Fadil masih mencintainya atau tidak.

Cinta Di Pesantren (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang