"Kakak serius gak kenapa-napa? Mending kerumah sakit aja." Selfya menatap Reza yang masih menormalkan napasnya. Selfya berkali-kali memastikan kondisi Reza, memaksanya untuk pergi ke rumah sakit, namun Reza terus menolaknya.
"Gak usah, saya baik-baik aja." Reza tersenyum tipis. Ia merasa senang melihat Selfya mengkhawatirkan nya.
Ide cemerlang muncul di otaknya. Ia tertawa dalam hati. Reza berencana mengerjai Selfya.
"Ahh, dada saya kok tiba-tiba sakit banget," Reza pura-pura meringis seraya memegang dadanya.
"ASTAGHFIRULLAHALADZIM, UDAH FYA BILANG KITA KE RUMAH SAKIT AJA KAK!!" Selfya berteriak histeris. Ia bingung harus berbuat apa. Dirinya justru menangis melihat Reza seperti orang sekarat. Sepertinya Reza berlebihan, matanya yang terpejam, badannya kejang-kejang, lidah menjuntai keluar. Reza seperti orang yang sedang di ambang kematian.
"HUAAAAAA, KAK YUSUF JANGAN DIEM AJA! PANGGIL YANG LAIN, TOLONGIN KAK REZA!!" Selfya menangis keras. Baru kali ini ia melihat orang sekarat.
Reza terkejut mendengar tangisan Selfya yang semakin kencang, ia tidak menyangka jika Selfya bakal sehisteris ini. Reza mengintip dengan sebelah matany, melihat Selfya yang menangis sesegukan.
"Ya Allah kak, hiks.."
"Za, plis jangan mati dulu. Lo tunggu ya Fya, gue panggil yang lain dulu." Yusuf menenangkan Selfya.
Reza sudah tidak kuat menahan gelak tawanya, di tambah tangis Selfya yang makin kencang membuatnya tidak tega.
Langkah Yusuf pun terhenti mendengar tawa Reza, hal itu membuatnya heran."Kakak udah sembuh? Udah gak kerasa sakit lagi kah?" Tanya Selfya polos. Reza semakin tertawa lepas melihat ekspresi Selfya. Yusuf yang menyadari bahwa sahabatnya itu mengerjainya menoyor kening Reza keras.
"Pea lu Za, gue kira lu mau mati tadi. Kampret emang!" Yusuf pergi meninggalkan Reza dan Selfya berdua. Selfya mengernyit heran melihat Reza yang masih tertawa. Apa ada yang lucu? Reza menghentikan tawanya.
"Maaf, tadi saya cuman ngeprank aja. Saya gak nyangka bahwa kamu sekhawatir itu sama saya." Reza terkekeh pelan melihat ekspresi terkejut Selfya. Mulutnya menganga, matanya melotot sempurna. Huh dasar! Senior menyebalkan ini telah mengerjainya.
Namun hal yang tak terduga, bukanya ngamuk, Selfya justru kembali menangis. "Kakak jahat banget udah boongin Fya, dosa tau hiks." Sebenarnya ia sangat kesal, namun Selfya lebih memilih nangis aja.
"Maaf." Reza terkekeh melihat pipi Selfya yang menggembung, bibir yang mengerucut, membuat Reza gemas. Ia tak tahan ingin mencubit kedua pipi cabi Selfya, namun niatnya di urungkan, karena ia yakin pasti Selfya bakal nambah marah.
"Yuk ke lapangan, yang lain udah nunggu," Reza meraih tangan Selfya, namun Selfya langsung menepisnya. "Kita bukan muhrim," ketus Selfya
Reza termenung, "Maaf lupa."
Selfya berjalan mendahului Reza. Sejujurnya ia masih sangat marah sebab di prank tadi. Mulutnya tidak berhenti mendumel. Selfya beristighfar, mencoba menahan untuk tidak menyeleding Reza detik ini juga, karena bagaimanapun Reza masih seniornya, jadi tetap harus di HORMATI."Ih dasar senior nyebelin! Aku doain, semoga kaki dia nginjek tai ayam!!"
Sesampai di lapangan, Selfya melihat Marsha dan Rani yang sedang istirahat' di bawah pohon besar bersama maba yang lain. Ah, mungkin kegiatannya sudah selesai. Selfya pun menghampiri mereka.
"Loh Fya, kamu kenapa nangis?" Marsha menuntun Selfya duduk di sebelahnya.
"Buruan cerita sama kita, kamu kenapa nangis kayak gini? Ada yang jahatin kamu?" Rani mengusap jejak air mata Selfya menggunakan sapu tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Di Pesantren (On Going)
Novela Juvenil"Tunggu aku lulus ... dan aku akan segera mengkhitbah mu," teriak Fadil di area kawasan pesantren membuat para santri disana di buat takjub atas keberanian Fadil. "Jangan membuat rasa cinta ini semakin bertambah, sehingga membuat kita semakin terjer...