Aku up lagi,happy reading guys
🍁🍁🍁
Hari ini tidak ada yang berubah bagi Iris,pergi ke kampus lalu saat pulang akan singgah sebentar ke kedai kopi favoritnya dan memesan kopi dengan menu yang sama setiap hari,duduk disalah satu meja disudut kedai itu sambil berharap seseorang yang dinanti akan datang menemuinya disini. Selalu seperti itu sejak 8 tahun terakhir. Walaupun dia sadar bahwa waktunya selalu terbuang sia-sia menanti moment ajaib yang mungkin akan terjadi pun tidak pernah direncanakan semesta. Tapi Iris tetap percaya bahwa semesta pun terkadang ngak pernah ingkar janjiSambil menatap secangkir kopi didepannya dia kejutkan dengan suara seorang pengunjung yang memesan kopi robusta tanpa gula seperti yang dia pesan. Dan ternyata suara pengunjung itu sama persis dengan seseorang yang sudah dia nantikan 8 tahun ini
Iris melihat kearah pengunjung itu untuk memastikan telinga dan hatinya tak salah kali ini,dan ternyata masih saja seperti biasa itu orang lain hanya kebetulan saja pesanan dan suaranya sama persis.
Iris mendesah kecewa, semesta bercanda lagi ah"Aku masih aja nunggu kamu disini,padahal aku tau kamu udah benar-benar benci kopi,mana mungkin kamu kesini" gumam Iris sambil kembali menatap cangkir kopi didepannya itu dengan tersenyum miris
Tidak jauh dari tempat Iris duduk, seseorang menatapnya dengan pandangan yang sendu. Dia mengenal iris karena 8 tahun gadis itu menjadi pelanggan setia dengan racikan kopinya. Dia tau kenapa Iris selalu memesan kopi robusta bikinannya padahal kebanyakan orang apalagi seorang wanita tentunya tidak suka minum kopi, tapi Iris berbeda dia begitu mencintai kopi robusta tanpa gula
Dia mengagumi Iris bahkan mencintai Iris tapi dia sadar bahwa hati Iris bukan tempatnya, Iris mencintai seseorang yang membuatnya begitu mencintai kopi
"Gue tau Ris, kopi racikan gue pasti beda sama racikan orang yang Lo tunggu sekian lama, ga masalah gue tetap bakal buatin kopi itu sampai ada yang bakal gantiin posisi gue" ucap orang itu dalam hati sambil menatap sendu Iris
Setelah satu jam lamanya menikmati kopi kesukaannya,iris beranjak dari kedai kopi itu sambil menatap sang barista yang tersenyum manis melambaikan tangannya pada iris.
Iris hanya tersenyum tipis sebagai balasannya dan keluar dari kedai itu menuju ke tempat parkir dimana dia memarkir mobilnya.
Sepanjang perjalan pulang ke rumah iris tersenyum miris sambil menekan dadanya yang serasa sesak karena mengingat pria itu,pria yang sudah meninggalkannya 8 tahun lalu"Salah aku apa bee,8 tahun dan aku masih aja kayak orang gila tiap kali ingat kamu.setidaknya kalau kamu uda bahagia bilang sama aku bee kabarin aku biar aku bisa hidup tenang dan nga berharap lagi sama kamu,sakit bee sakit banget rasanya" teriak Iris dalam mobil sambil terisak tanpa menghiraukan pengendara lain yang menatapnya aneh dari luar kaca mobilnya
Iris tidak menghiraukan semua tatapan aneh itu dia hanya berharap segera sampai rumah dan mengurung dirinya dikamar mandi sambil nangis sepuasnya
Iris tau yang dia lakukan itu bukan dirinya tapi dia bisa apa selain hanya itu yang dia bisa lakuin untuk mengurangi sesak didadanya
Malam ini keluarga Wijaya sedang makan malam bersama dengan suasana tenang seperti biasa. Ayah iris punya aturan sendiri dalam rumah,sesibuk apapun mereka waktu makan malam semua anggota keluarga wajib makan dirumah bersama. Itulah yang di syukuri iris karena ayah dan kakaknya itu sangat sibuk,tapi mereka bisa melepas rindu dan banyak bercerita dimalam hari karna aturan plus dari ayahnya itu."Iris, lusa ayah sama bunda bakal jenguk kakek kamu di bogor sama abang dan adek juga. Kamu ikut ya kakek yang minta waktu ditelpon tadi" ucap ayah iris membuka percakapan malam itu
"Bisa kok Yah, kuliah juga belum efektif soalnya baru minggu pertama" jawab Iris setelah menenggak air putih digelasnya
"Kamu butuh udara segar sayang,bunda kangen kamu yang dulu" sambung Bunda Iris menatap sendu putrinya

KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
Aktuelle Literaturcerita tentang Gadis dengan paras cantik. Mendapatkan banyak kasih sayang dari orang-orang disekitarnya, tetapi sikapnya sedikit dingin. Namun, semesta menghukumnya. Ketika ia sudah mulai menerima kenyataan bahwa ia ditinggalkan pasangannya dimasa...