Bagian 16

1 0 0
                                    

Pukul enam pagi, gadis itu mengerjapkan matanya pelan, kepalanya masih terasa pening
Saat kelopak matanya terbuka, ia menatap sekeliling dan mendapati dirinya kembali berada di tempat ini. Tempat yang selalu membuatnya merasa tak nyaman.

Mata indahnya mengitari sudut ruangan, dan tersenyum kecil ketika mendapati tiga pria yang tertidur diruangan yang sama dengannya.
Kenan tertidur di ranjang dekatnya, sedangkan kekasihnya di soffa dan juga adiknya yang berada disoffa satunya lagi. Betapa ia bersyukur, ketika mendapati masih banyak orang yang menjaganya dengan sungguh.

Rudy membuka matanya lalu mengubah posisi menjadi duduk dan mengucek matanya pelan menghilangkan kantuk yang masih melandanya. Ia mengedarkan pandangannya pada Iris yang sedang menatapnya dengan wajah yang tampak lebih segar.

Ia beranjak mendekati Iris lalu mengecup kening kekasihnya lembut

"Selamat pagi "

"Pagi juga" Iris tersenyum ketika Rudy mengelus puncak kepalanya pelan

"Butuh sesuatu ?"

"Mau minum"
Rudy dengan telaten mengambil air putih yang sudah tersedia digelas atas nakas. Lalu memberinya pada Iris. Setelah selesai ia menatap Iris dalam dengan tatapan yang sulit Iris artikan, namun terdapat luka disana

Rudy kembali menggenggam tangan Iris lalu mengusapnya lembut
"Mau nikah sama aku kan ?" Tanya Rudy pelan

Iris menatap, Rudy heran pasalnya kekasihnya itu sudah melamar dirinya kemarin dan sudah diterima kenapa sekarang ia menyakan ingin menikah atau tidak ?

"Kamu tahu jawabannya" Jawab Iris

Rudy tersenyum, namun setelahnya ia menghela nafas pelan

"Kamu berobat ya, lakuin semua yang terbaik yang kita bisa untuk kamu sembuh. Apapun yang terjadi kedepannya, kamu harus percaya, aku selalu nunggu kamu, selalu sayang kamu dan selalu siap nikahin kamu. Jujur kalau boleh egois aku mau nikahin kamu sekarang juga, tapi aku gak mau lihat kamu nahan sakit sedangkan aku mikirin diri, aku sendiri. Kita berjuang bareng-bareng ya, setelah itu kita nikah"

Iris terpaku mendengar ucapan Rudy, ada makna yang tersirat dalam ucapan itu.

Lalu satu tangannya yang kosong ia pakai untuk mengelus pipi kekasihnya, ia tau kekasih begitu mengkhawatirkannya.

"Iya, kita berjuang bareng-bareng"

Rudy langsung memeluk Iris lembut namun dalam hatinya, ia begitu gelisah. Apakah melepaskan Iris untuk pergi berobat ke luar negeri sudah keputusan yang tepat, apa ia mampu berjauhan dengan gadis itu nanti.

"Udah pelukannya, belum halal" titah Kenan yang sedari tadi menonton sepasang kekasih itu.

Iris terkejut hendak melepas pelukkannya namun ditahan Rudy. Mereka lupa dalam ruangan itu tidak hanya mereka berdua namun masih ada Kenan dan Kevan yang sedari tadi menonton interaksi mereka

"Abang"

Kenan lalu turun dari ranjang dan melepas paksa pelukan Rudy pada Iris lalu beralih ia yang memeluk Iris, membuat Rudy mendengus kesal lalu beranjak ke kamar mandi untuk bersih-bersih, semalam orang suruhannya sudah mengantar perlengkapannya, begitupun Kenan dan Kevan.

"Abang aja yang dipeluk, adek gak ?" Seru Kevan yang memandangi mereka dengan wajah pura-pura merajuknya. Dasar bontot, gak pernah mau kalah

Iris lalu memberi kode untuk adiknya mendekat, lalu mereka bertiga berpelukan dengan penuh kasih sayang. Tak berselang lama Kenan melonggarkan peluknnya takut Iris sesak napas, begitupun Kevan.

"Iris, sayang sama abang dan adek" Ujar Iris dengan mata yang berkaca-kaca

"Abang lebih sayang"

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang