Rudy kembali ke ruangan, Iris. Disana hanya ada Kevan. Mungkin yang lain sedang pulang untuk beristirahat atau sekedar mengambil kebutuhan Iris lainnya
"Dari mana?" Tanya Kenan saat Rudy melangkah masuk dan mendekat ke ranjang Iris. Lalu menggenggam tangan gadis itu yang tidak terpasang infus
"Cari angin"
Keduanya terdiam cukup lama dengan pikiran masing-masing
Iris tampak lelap dalam tidurnya.
"Adek lo cantik ya" Ujar Rudy yang sambil memperhatikan wajah Iris yang tampak damai
Kenan tersenyum, ikut memperhatikan wajah adiknya dari tempat ia duduk
Rudy mengelus punggung tangan kekasihnya lembut lalu beranjak untuk duduk di sofa di samping Kenan
"Gue habis buat keputusan konyol. Gue minta Dokter Herman buat donorin hati gue buat Iris"
Kenan tampak terkejut mendengar ucapan, namun Rudy justru terkekeh pelan melihat reaksi Kenan
"Lo gila?"
"Justru gue bisa gila kalau lihat cewek yang gue cinta setengah mati berjuang antara hidup dan mati sendiri"
"Tapi gak gini, Rud" Ujar Kenan yang tampak marah
Rudy memejamkan matanya kuat, menyandarkan tubuh lelahnya di sandaran sofa empuk itu.
"Dokter Herman gak mau. Dia bilang Iris bakal sedih kalau gue lakuin itu. Setelah lihat wajah adek lo, gue jadi takut. Gue takut pas dia sadar nanti bukan gue yang ada disamping dia, bukan gue yang dia peluk, bukan gue yang dia minta disuapin. Gue takut kalau dia sadar dan gue gak ada dia malah tambah sedih"
"Bego" umpat Kenan
Rudy tersenyum.
"Gue bego kalau menyangkut adek lo, bro. Harusnya gue usaha buat cariin pendonor bukan malah mau ninggalin Iris. Gue masih banyak mimpi sama Iris yang belum gue gapai. Gue masih harus nikahin dia, bahagiain dia, dan pastiin dia baik-baik aja sama gue"
Kenan diam, ia pun sama seperti Rudy. Ia masih ingin melihat adiknya sembuh dan hidup bahagia.
"Jangan konyol lagi, kita usaha bareng-bareng buat bantu Iris sembuh. Setelah kondisinya stabil dia bakal dibawah ke Jerman. Percaya sama gue dia bakal balik sama lo dalam keadaan sehat"
"Lakuin apapun, Ken. Apapun asal jangan hilangin dia dari jangkauan gue. Gue bisa gila, lo tahu itu"
Kenan menganggukan kepalanya pelan. Jerman-Indonesia tidak ada apa-apanya bagi Rudy yang termasuk kaya raya. Namun, Kenan paham bukan itu maksud Rudy. Ia tidak ingin Iris pergi untuk selamanya.
"Lo masih bisa jangkau dia, bahkan tanpa lo sadari. Lo berdua udah saling terikat satu sama lain. Thanks, udah sayang dan mau selalu ada buat adek gue" ucap Kenan Tulus
Rudy menoleh menatap sahabatnya
"Lo tahu, jatuh cinta sama adek lo itu salah satu hal besar yang gue syukurin setiap kali gue bangun tidur. Gue gak minta banyak Ken sama Tuhan. Gue cuma pengen Iris sembuh. Itu udah cukup buat gue"
"Tenang aja, Iris pasti sembuh"
"Harus !
° ° ° ° ° °
Langit sudah berubah jadi jingga. Tadi pagi ketika ia sadar, ia mendapati Rudy yang tertidur di kursi samping ranjangnya.
Saat Rudy ingin berangkat kerja ia menahan kekasihnya itu untuk ijin sehari, tidak masalah bagi Rudy. Entah mengapa Iris hanya ingin menghabiskan waktu hari ini dengan kekasihnya
Dari pagi mereka berdua bercerita banyak hal, namun Iris lebih banyak mendengarkan. Mereka benar-benar menghabiskan waktu berdua hari ini.
Kini mereka duduk di salah satu bangku di rooftop rumah sakit, dengan Iris yang menyandarkan kepalanya di bahu Rudy.
Rudy menggenggam tangan gadisnya erat."Makasih ya" Ucap Iris sambil menatap jalanan yang tampak ramai dengan kendaraan
"Makasih untuk apa?"
Iris menegakkan tubuhnya menghadap sepenuh pada Rudy yang kini menatapnya heran.
Iris tersenyum. Ia menangkup wajah Rudy lalu mengelusnya lembut, menatap lekat mata kekasihnya
"Terima kasih untuk semuanya. Aku gak akan bosan untuk bilang terima kasih sama kamu. Aku gak pernah berpikir untuk bisa jatuh cinta lagi, tapi setelah sama kamu, nyatanya aku bisa jatuh cinta setiap hari" Iris tersenyum begitupun Rudy
"Bang Ken sama Ayah udah bilang setelah aku stabil aku bakal ke Jerman. Jujur aku gak siap kita harus jauhan, tapi kalau aku gak sembuh aku gak bisa dong nikah sama kamu"
"Kamu harus tetap nikah sama aku" Ujar Rudy pelan namun tegas
"Iya tau. Aku juga gak mau nikah kalau gak sama kamu. Tapi kalau terjadi hal buruk sama aku, kamu ikhlas ya"
Rudy tak menjawab ia diam, menggenggam tangan gadisnya. Lalu memeluk Iris, dibalas tak kalah erat oleh gadis itu. Rudy tau banyak ketakutan dimata Iris
"Aku gak berhenti bersyukur sama Tuhan karena bisa sama kamu sekarang. Apapun yang terjadi kedepannya aku tetap akan sama kamu. Jangan takut, kamu punya aku. Gak akan ada hal buruk. Percaya sama aku"
Tangisan Iris seketika pecah didalam pelukan Rudy.
Dada Rudy terasa sesak. Sungguh tangisan Iris terasa begitu menyayat relung hatinya. Ia pun takut akan berpisah dengan gadis ini."Aku sayang sama kamu, sayang banget" Ujar Iris pelan masih dalam dekapan kekasihnya
Rudy tersenyum, matanya pun ikut berkaca-kaca
"Aku lebih sayang sama kamu. Udah jangan sedih. Kamu gak bakal kemana-mana setelah kamu pulang dari Jerman kita langsung nikah. Aku janji, akan bawah kamu ke Altar setelah kamu sembuh. Harus sembuh ya"
Rudy bisa merasakan Iris menganggukan kepalanya. Ia mengeratkan pelukannya. Mereka berpelukan ditengah senja yang tampak cantik namun tidak dengan kenyataan keduanya
"Tuhan, Rudy gak minta banyak. Rudy sadar sering lupa sama Tuhan. Tapi kali ini boleh Rudy minta satu hal ? Rudy cuma mau Iris sembuh, cuma itu. Rudy mau menghabiskan lebih banyak waktu sama gadis cantik ini. Jangan biarkan dia menanggung sakit lebih lama Tuhan" Ujar Rudy dalam hatinya
Tanpa sadar, air matanya pun ikut menetes.
Sambil memandang langit yang mulai tampak gelap, ia memohon pada Sang Pencipta untuk keselamatan gadis pujaannya. Berharap semua sakit yang Iris tanggung bisa hilang dari tubuh kekasihnya, berharap ia dan Iris bisa bahagia ditengah banyak kemungkinan buruk yang mungkin terjadi kedepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DERANA
General Fictioncerita tentang Gadis dengan paras cantik. Mendapatkan banyak kasih sayang dari orang-orang disekitarnya, tetapi sikapnya sedikit dingin. Namun, semesta menghukumnya. Ketika ia sudah mulai menerima kenyataan bahwa ia ditinggalkan pasangannya dimasa...