Bagian 15

7 1 0
                                    

Sudah hampir tiga puluh menit dan Dokter yang menangani Iris belum juga keluar.

Didepan ruangan tempat Iris di tangani, sudah ada keluarganya, beserta Renata dan juga Fauzi kekasihnya sekaligus adik Rudy.

Semuanya diam dengan pikiran masing-masing kecuali Bunda yang sudah menangis sambil di peluk Ayah.

Rudy masih memejamkan matanya

"Jangan ambil Iris, Rudy masih mau  bahagiain Iris" Gumam Rudy yang masih bisa didengar Kenan yang duduk tepat disebelahnya.

Kenan menatap sahabatnya datar, kali ini ia melihat sisi lain Rudy. Rudy yang rapuh dan putus asa. Ia tersenyum miris dalam hatinya. Kenapa setelah adiknya mendapat pasangan yang mencintainya dengan tulus justru semesta terasa mempermainkan keadaan.
Kenan pun sama, ia berharap Iris masih bisa sembuh, ia masih ingin melihat adiknya bahagia.

Tak lama pintu ruangan tempat Iris di periksa terbuka menampilkan dokter yang menanganinya.

"Iris belum sadar, keadaannya sudah stabil. Setelah ini ia akan dipindahkan ke ruang rawat. Saya harap ia bisa beristirahat total, mengingat sakitnya yang belum mendapatkan donor. Dan saya harap kita secepatnya mendapatkan donor Hati, karena semakin kesini kondisinya semakin tidak baik" 

Semuanya hanya mendengarkan dalam diam.

Iris sudah dipindahkan ke ruangan rawatnya 30 menit yang lalu. Renata dan Fauzi sudah pulang duluan karena besok harus ada kuliah pagi. Begitupun Ayah dan Bunda karena Bunda harus istirahat setelah banyak menangis dan kondisinya juga ikut tidak fit.

Tinggal Kenan, Kevan dan Rudy yang menjaga Gadis kesayangan mereka.

Rudy duduk di samping Iris, sedangkan Kenan dan Kevan di sofa. Kevan sudah tertidur karena kelelahan hari ini banyak hal yang membuat ia senang sekaligus sedih. Membuat batinnya juga terasa lelah.

Kenan dan Rudy masih terjaga namun tidak ada yang membuka suara.
Sampai akhirnya Kenan memberi isyarat untuk Rudy duduk di sofa dekatnya.

"Rud, gue ngomong kali ini sebagai abangnya Iris bukan sebagai sahabat lo" Ucap Kenan mulai membuka suara

"Kalau semisalnya Iris dibawah ke luar negeri buat berobat sampai dia sembuh, lo ikhlas ?" Sambung Kenan lalu menatap sahabatnya yang tampak terkejut

Rudy diam, hati dan otaknya tidak sinkron untuk menjawab pertanyaan sahabatnya

"Gue butuh persetujuan dari lo. Tadi Ayah udah ngomongin ini sama gue" sambung Kenan lagi saat melihat Rudy masih bungkam

"Tadi sore gue lamar Iris. Dia terima lamaran gue. Awalnya dia sempat ragu, dia bilang dia sekarat, tapi gue yakinin dia dan akhirnya dia terima. Gue yakinin dia kalau gue sama dia bakal bahagia bareng-bareng dan usaha buat dia sembuh juga. Gue bahagia karena dia nerima gue dengan baik. Saat Iris pingsan tadi gue linglung bingung harus ngapain, tapi gue sadar gue sempat minta ke Tuhan buat gantiin posisi dia" Ujar Rudy, bukannya menjawab ia malah menceritakan lamarannya pada Kenan.

Kenan diam dan mendengarkan cerita Rudy
"Tapi gue sadar, setiap orang punya porsi sedang dan sedihnya masing-masing. Gue gak bisa nolak takdir. Kalau Iris harus sakit, sebagai orang disekitarnya harus berusaha untuk bantu dia sembuh. Kalau lo tanya ikhlas apa gak, gue ikhlas asalkan Iris gak kesakitan lagi. Gue siap tunggu sampai kapanpun buat bisa nikah dan bahagiain adek lo, Ken"

Rudy menghentikkan kalimatnya ketika airmatanya lolos begitu saja, Kenan pun sama matanya sudah memerah menahan tangis

"Lo ingat Ken, dulu gue pernah bilang kan gue cinta banget sama seseorang sampai gue gak berani buat pacaran sama cewek lain. Orang itu adek lo. Saat gue udah bisa gapai adek lo semesta malah gak adil sama gue, Ken. Gue salah ya Ken kalau berdampingan sama adek lo ? Salah ya gue cinta sama adek lo ? Salah ya gue punya rasa yang begitu besar buat adek lo ?" Rudy menangis ia tidak sanggup melanjutkan Ucapannya.

Dadanya sesak, ia begitu mencintai Iris.
Kenan beranjak untuk duduk disamping sahabatnya menepuk pundak Rudy berusaha menenangkannya, padahal ia juga sama kacaunya

"Lo gak salah, gak ada yang salah. Ini takdir" Ujar Kenan pelan

Kevan yang sedari tadi tertidur pun, menahan tangisannya. Ia sudah bangun sewaktu Rudy duduk disofa dekatnya. Ia mendengarkan Ucapan Abang dan Calon Kakak Iparnya. Matanya perih menahan tangis, dan juga hatinya sakit. Kevan memilih menangis dalam hati.

Malam ini, semesta benar-benar menghancurkan tiga hati pria yang menyayangi gadis diatas ranjang pesakitan itu.

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang