Bagian 13

8 2 0
                                    

Seperti janji Iris pada adiknya hari sabtu ini ia akan menonton pertandingan basket adiknya yang terakhir, saat ini ia sudah duduk dengan manis di tribun ditemani kekasihnya yang setia menemani Iris kemanapun

15 menit lagi pertandingan akan dimulai, Iris melihat adiknya bersama rekan teamnya memasuki lapangan, ia tersenyum melihat adiknya begitu tampan mengenakan seragam basket ditambah adiknya adalah kapten team. Matanya tiba-tiba memanas entah mengapa ia ingin memeluk adiknya dan mengatakan betapa ia menyayangi adiknya dan ingin melihat adiknya sukses seperti abangnya Kenan.

Dari lapangan, Kevan mengedarkan pandangannya mencari keberadaan sang kakak, matanya tertujuh pada tribun paling atas tempat kakaknya duduk. Kevan tersenyum lebar membuat para penonton berteriak melihat kapten basket yang tampan itu tersenyum sungguh manis. Banyak yang mengikuti arah pandang Kevan dan jatuh pada sosok gadis cantik yang duduk bersama pria tampan.

Kevan melambaikan tangannya dan dibalas sang kakak

"Makasih kak, udah mau datang dan semangatin adek" Ujar Kevan dalam hati sambil terus menatap kakaknya

Rudy dan Iris menonton pertandingan itu dengan tenang, selama pertandingan berlangsung Iris selalu berharap penyakitnya jangan kambuh saat ini, ia tidak ingin mengecewakan adiknya kali ini.

Team Kevan menang, setelah pembagian piala Kevan berlari menghampiri tempat kakaknya duduk sambil memegang piala hasil usahanya dan team.

Tanpa banyak kata Iris beranjak dari duduknya dan langsung memeluk sang adik yang dibalas tak kalah erat oleh Kevan. Pelukkan itu disalah artikan oleh puluhan pasang mata, mereka mulai berasumsi bahwa itu adalah kekasih Kevan, pantas saja cantik, Kevan saja tampan begitu.

"Adek berhasil kak" Ujar Kevan masih dengan posisi memeluk kakaknya

"Selamat ya, kakak bangga sama adek. Abang, Bunda sama Ayah juga pasti bangga"

Setelah acara pelukan itu mereka berfoto bersama tentunya membuat banyak pasang mata menatap iri, bagaimana Kevan memperlakukan Iris begitu lembut dan istimewah.

Rudy yang sedari tadi menjadi nyamuk diantara kedua kakak beradik itu hanya tersenyum lirih, ia tau kekasihnya hanya tidak ingin mengecewakan sang adik.

Setelah pertandingan itu Kevan pulang bersama teman-temannya untuk merayakan kemenangan mereka, sedangkan Rudy mengajak Iris ke suatu tempat.

"Kita mau kemana?" Tanya Iris sambil menatap kekasihnya yang sedang menyetir

"nanti juga kamu tahu"

Setelah 30 menit mereka tiba di satu daerah di pinggir kota Jakarta yang tampak sangat asri, Rudy memarkirkan mobilnya dan turun dari mobil di ikuti Iris. Rudy menggenggam tangan Iris lembut dan mulai menyusuri jalan setapak kecil menuju sebuah danau yang tampak sangat cantik.

Iris melepas pegangan tangan mereka dan berjalan menuju danau dengan senyum indahnya, ia tampak sangat senang mendapati tempat ini

Iris lalu berbalik dan melihat Rudy yang berdiri beberapa langkah dibelakangnya sedang menatapnya dengan tatapan yang begitu tulus

"Makasih ya"

"Buat apa ?"

"Buat ini, buat cheese cake,buat pelukan, dan buat semuanya" Ujar Iris yang kini sudah berdiri didepan kekasihnya sambil menatap kekasihnya yang lebih tinggi, sedangkan Iris hanya sebatas dada Rudy.

Tanpa menjawab Rudy memeluk kekasihnya dengan begitu penuh kasih sayang, dibalas dengan pelukan Iris

"Sama-sama, tetap sama aku ya, jangan kemana-mana, aku gak tau gimana jadinya aku kalau tanpa kamu"

Iris tersenyum dibalik pelukan mereka

"Kalau semesta mengijinkan aku bakal tetap sama kamu"

"Gak mau tau, pokoknya harus tetap sama aku"

"Kita gak bisa lawan takdir"

"Tapi kita bisa ngerubah takdir"

"Kita bukan Tuhan yang bisa dengan mudah nentuin takdir seseorang"

"Aku harus gimana" Suara Rudy mulai serak seperti menahan tangis

"Kamu hanya perlu bahagia, dengan atau tanpa aku nanti"

"Even in the most impossible dreams, I just want to be happy with you" gumam Rudy dipelukkan kekasihnya

Iris hanya diam dan tetap memeluk kekasihnya, air matanya jatuh tanpa bisa ia cegah. Ia juga berharap untuk bahagia bersama Rudy, tapi ia hanya manusia biasa, ia sadar cepat atau lambat ia akan meninggalkan Rudy

Sore itu danau dipinggir kota Jakarta, menjadi saksi dua insan yang sedang memohon pada semesta agar tak merenggut salah satu dari mereka lebih dulu.

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang