Bagian 11

18 3 0
                                    

Setelah 1 minggu Iris dirawat dirumah Iris merengek ingin pulang kerumah,walaupun ditentang oleh keluarga dan kekasihnya itu,tapi bukan Iris namanya kalau ngak dapetin apa yang ia mau, namun tetap dengan kontrol rutin ke dokter sampai dia mendapatkan donor atau jika kondisinya memburuk ia harus kembali di rawat.

Pagi ini kediaman Wijaya seperti biasa sarapan pagi bersama dan setelah itu semuanya kembali ke tugas masing-masing
Iris masih belum diperbolehkan masuk kuliah oleh dokter,untuk itu Agung papa Iris selaku pemilik kampus membayar lebih dosen-dosen yang mengajar Iris agar putrinya tetap bisa kuliah walaupun hanya dirumah,toh kampus itu pun milik keluarga Iris jadi permintaan untuk mengajari putri wijaya dengan bayaran 3 kali lipat tentunya disanggupi oleh setiap dosen mata kuliah Iris
Iris sebenarnya tidak setuju dengan ide orang tuanya namun jika tidak ia harus kembali dirawat dirumah sakit. Membosankan sekali pikir Iris
Namun untungnya Sahabatnya Renata beserta kekasihnya Fauzi yang sering mengunjungi Iris begitupun dengan Gilang dan tentunya kekasihnya Rudy. Hubungan mereka sudah diketahui pihak keluarga Rudy maupun Iris namun dengan syarat mutlak dari Kenan bahwa Rudy jangan sekalipun menyakiti adik kesayangannya itu maka hubungan keduanya akan direstui si sulung keluarga Wijaya.

"Baik sampai disini pertemuan kita ya Iris,kamu harus banyak istirahat jangan terlalu memaksakan diri" Ujar sang Dosen menyudahi perkuliahan kali ini diruangan tamu kediaman Agung Wijaya

"Terimakasih buk" Jawab Iris ikut membereskan perlengkapan tulisnya

"Saya permisi dulu,sampai ketemu minggu depan,salam untuk Pak Agung dan juga Ibu Adriani,mari"

"Hati-hati buk" ujar Iris setelah mengantarkan dosennya sampai keteras depan

Saat hendak berbalik dan masuk kedalam rumah dadanya terasa sakit,Iris memegang dadanya sedikit meremasnya mengurangi rasa sakit namun bukannya berkurang cairan merah kental keluar dari hidungnya membuatnya kaget

"Please jangan sekarang Tuhan" Gumam Iris sebelum kesadarannya hilang
Samar-samar dia mendengar seseorang memanggil namanya

Disaat Iris hampir pingsan Fauzi dan juga Renata ternyata sudah berada didepan pagar rumahnya hendak berkunjung,untung saja Fauzi dengan sigap menangkap tubuh Iris yang sudah pingsan kalau tidak Iris pasti sudah terguling ditangga depan rumahnya

"Cepat bawah kedalam yang" Panik Renata saat melihat darah yang keluar dari Hidung sahabatnya kian bertambah

Dengan sigap Fauzi menggendong tubuh Iris dan membawahnya ke lantai 2 kamar Iris diikuti Renata sambil berteriak memanggil satpam dan juga pelayan dirumah sahabatnya

"Bibi,ini Iris pingsan tolong hubungi om sama tante " pinta Renata pada wanita paruh bayah baru saja tiba dari pasar dengan napas tersenggal

"Baik non"

Fauzi menidurkan tubuh Iris diranjang dengan hati-hati sambil menyelimuti calon kakak iparnya

"Jangan sakit Ris,kasian abang gue" gumam Fauzi

"Gimana yang" Tanya Renata saat masuk
Renata dengan sigap langsung mengambil tissue kering dan juga tissue basah guna membersihkan darah yang keluar dari hidung sahabatnya dengan perasaan campur aduk. Renata tidak siap dengan keadaan Iris yang seperti ini hanya Iris sahabat yang ia punya

"Kamu hubungi bang Rudy sama bang Kenan dulu yang,biar aku ganti pakaian Iris dulu,tolong bilangin sama bibi juga biar siapin makanan buat Iris kalau dia sadar bisa langsung makan trus minum obat " Ujar Renata pada kekasihnya dengan suara parau

Fauzi tau kekasihnya begitu menyayangi sahabatnya

"Iya,Kamu yang kuat Iris pasti baik-baik aja" Jawab Fauzi sambil mengecup singkat kepala kekasih menenangkan bahwa Iris pasti baik-baik saja,sebelum meninggalkan kamar Iris dan menghubungi yang lain

DERANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang