Part : 9

20.5K 2K 156
                                    

| Don't forget to vote and comen this story |

~Happy Reading~

Kirana membuka matanya pelan dan setelah itu melirik jam beker yang ada di atas meja kecil yang ada di sampingnya. Padahal beker itu belum berbunyi tapi dirinya sudah bangun dengan sendirinya.

Masih pukul 04.00 pagi. Masih ada dua jam lagi ia bisa melanjutkan tidurnya. Tapi beberapa kali ia berusaha mencoba memejamkan matanya. Ia tetap saja tidak bisa melanjutkan tidurnya.

Pasrah. Gadis itu mengikat rambutnya asal dan berjalan menuju kamar mandi. Memilih mandi lebih cepat daripada biasanya. Kirana meredam tubuhnya yang putih susu itu dengan air dingin.

Kirana memejamkan matanya. Sangat dingin. Tapi dirinya sangat suka merendamkan tubuhnya di air dingin itu. Biasanya orang-orang akan memilih menggunakan air hangat. Tapi dia tidak, malah memilih air dingin membasahi tubuhnya.

Kirana membuka matanya dan dengan punggung yang kini telah bersandar di bathtub. Gadis itu menatap langit-langit kamar mandi. Sebenarnya alasan ia tidak bisa tidur karena semalam ia lagi-lagi bermimpi buruk.

Tentang masa lalunya yang kelam. Dan ada rasa takut jika keluarga barunya ini tahu akan dirinya yang hidup di tubuh anak yang mereka sayang.

Kirana, tidak ada hal lain yang dipikirkannya selain apa yang akan terjadi selanjutnya. Semua rasa khawatir terus menyeruak di dalam pikirannya. Ia bisa gila jika harus seperti ini. Masa lalu dan masa sekarang seakan berebut ingin mencekiknya.

Kirana meremas dadanya yang berdenyut nyeri. Gadis itu melirik nakas yang ada di samping bathtub. Tanpa ba-bi-bu lagi, Kirana mengambil sesuatu yang akan membuatnya tenang.

Cutter tajam yang ia simpan diam-diam. Bukannya hanya cutter, tapi pisau kecil juga ada di dalam sana.

Gadis itu menatap lekat cutter yang kini sudah ada di dalam genggamannya. Lalu tanpa pikir panjang menggoreskannya di pergelangan tangannya secara memanjang.

Darah segar seketika mengalir lewat pergelangan tangannya. Kirana menutup matanya. Menikmati setiap sensasi yang ia buat.

***

Memakai jaket untuk menutupi luka yang ada di pergelangan tangannya. Sekali lagi Kirana menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah yang tadinya pucat karena berendam selama satu jam di dalam air dingin. Sudah ia tutupi dengan bedak dan lip bam yang membuat wajah pucatnya hilang.

Setelah merasa puas, barulah ia mengambil tas dan beranjak menuju meja makan. Sesampainya di ruang makan, ia sudah melihat mereka semua sudah berkumpul di meja makan.

"Selamat pagi!" ucapnya pelan.

Mereka semua yang ada di meja makan menoleh, menatap Kirana dengan jaket yang sudah menutupi tubuhnya.

"Kamu kenapa sayang, kamu sakit? Kok wajah kamu pucet?" tanya Mama khawatir.

Kirana menghela napas. Padahal sudah susah payah ia tutupi. Tapi seorang ibu tetap sama. Mata mereka terlalu tajam untuk bisa di bohongi.

Kirana menggeleng. "Gak kok Ma, Vio baik-baik aja. Cuman capek aja!" jawab Kirana tersenyum.

Wanita paruh baya itu masih menatap dirinya khawatir. Kirana mengenggam tangan lentik mamanya itu. "Udah ya Ma, Vio udah laper. Kita makan ya!" ucap Kirana mencoba mengalihkan pembicaraan.

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang