Part : 27

7.6K 985 173
                                    

~Happy Reading~

Alland terus saja menarik tangan Kirana agar mengikuti langkahnya. Kirana hanya menurut sebelum gadis itu melepaskan genggaman tangan Alland saat ia menyadari bahwa ia menjadi bahan tontonan. Mereka berhenti tepat ditengah-tengah koridor.

"Gue bisa jalan sendiri," ucap Kirana pelan dengan sorot mata yang terlihat lelah dan kembali melanjutkan langkahnya. Saat Alland ingin menyusul Kirana. Julian menahan tangan Alland.

"Wait, Alland! Dia butuh waktu sendiri," ucap Julian menghentikan langkah Alland saat cowok itu ingin menyusul Kirana.

Alland menatap Julian setelah itu kembali memperhatikan punggung Kirana yang sudah jauh didepan.

"Lo benar, tapi perasaan gue gak enak." ujar Alland cemas.

Julian menghirup napasnya dalam-dalam, "Gue tau."

Disisi lain, Kirana memutuskan ke rooftop sekolah. Kirana membuka pintu yang berada di depannya. Hal pertama yang ia rasakan adalah semilir angin yang menerpa wajahnya saat sudah berada di rooftop.

Kirana berjalan mendekati tembok dan menyandarkan punggungnya disana dan membiarkan angin yang berembus mengenai wajah dan rambutnya. Ia menghirup dalam-dalam oksigen yang ada disekitarnya. Entah kenapa saat ia hanya sendiri disini ia merasa tenang.

Kirana mengambil ponsel disaku bajunya dan memasang earphone yang selalu menemaninya. Kirana duduk sambil bersandar dan memejamkan kedua matanya.

Entah sudah berapa lama ia berada di rooftop dan ia yakin semua murid sudah kembali ke kalas masing-masing sekarang. Ponsel di saku bajunya bergetar dan itu sudah berkali-kali. Tanpa perlu melihatnya ia tahu itu dari Sasa atau dari mereka berdua.

Drttt Drtttt Drtttt

Kirana berdecak, mengangkat ponselnya dengan kesal. Kirana mengarahkan ponselnya ketelinganya. Tanpa perlu menjawab Kirana hanya diam menunggu orang diseberang telpon berbicara terlebih dahulu.

"Khm, lo gak lupain gue kan?"

Tidak seperti apa yang dipikirkan Kirana. Suara diseberang membuat Kirana mau tak mau membuka matanya dan melihat nama si penelpon.

Kirana mengerutkan keningnya saat melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. "Nathan?"

***

"Makasih, kak!"

Zara memperbaiki posisi duduknya dan menyadarkan punggungnya ke kepala kasur. Arkan hanya mengangguk dan segera membereskan peralatan yang ia gunakan untuk mengobati kening Zara yang berdarah.

Zara terus memperhatikan Arkan. Zara sedikit mendengus pelan saat melihat tatapan Arkan yang terlihat kosong. Tubuh cowok itu disini tapi pikiran cowok itu entah terbang kemana.

"Kak!" panggil Zara, tapi tidak digubris Arkan sama sekali.

Zara memutar bola matanya malas. "KAK!" panggil Zara agak sedikit keras.

Arkan sedikit tersentak, cowok itu memandang Zara. Arkan dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya dan memasang ekspresi datar seperti biasa yang ia lakukan.

"Hmm!" gumam Arkan dan berdiri dari duduknya berjalan menuju rak lemari.

"Kakak gak lagi mikirin Viona kan?"

Tangan Arkan terhenti di udara saat mendengar perkataan Zara. Zara yang melihat reaksi Arkan menjadi yakin. Bahwa cowok itu memang tengah memikirkan Viona.

"Kakak gak lupa kan, apa yang terjadi dua tahun yang lalu!" ujar Zara pelan. Mencoba memancing Arkan akan hal sensitive yang sangat dibenci oleh cowok itu.

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang