Part : 18

14.8K 1.7K 164
                                    


Happy Reading ✨

Sesudah keluar dari cafe. Kirana berjalan menuju mobil sport birunya. Soal motor hitamnya, masih di markas Elang. Mungkin besok ia akan menyuruh satpam di rumahnya untuk mengambilnya ke sana. Soalnya ia cukup malas untuk mengambilnya sendiri.

Kirana masuk ke dalam mobilnya. Menyandarkan punggungnya ke kursi kemudian menghela napas pelan. Rencana bolos yang buruk. Ingin bersantai ria malah bertemu para kelompok setan.

Drttt Drtt Drttt

Kirana menatap ponselnya yang bergetar. Hanya mendiamkannya sebab berharap ponsel itu berhenti bergetar. Nomor yang tidak diketahui tapi ia tahu sekali nomor itu.

Tidak kunjung diam. Setelah berpikir panjang Kirana memilih mengangkatnya.

Kirana hanya diam. Tidak berbicara sama sekali. Hanya menunggu yang di seberang telepon berbicara terlebih dahulu.

"Kirana, I Miss you!"

Mendengar suara itu Kirana lagi-lagi menghela napas. Sudah dia duga. Cepat atau lambat keberadaannya akan diketahui oleh orang itu. Sebab orang itu cukup gila untuk melakukan sesuatu yang di inginkannya. Orang itu bisa dengan mudah membeli informasinya kepada orang lain. Menemukan keberadaannya cukup mudah bagi orang itu.

Kirana yakin. Salah satu orang kepercayaannya terpaksa memberi tahu atas kejadian yang menimpanya. Dan juga, dirinya yakin sekali. Salah satu orangnya pasti ada yang sudah tinggal nama. Dasar gila.

"Tunggu dan kembali lah!"

"Kau tetap di sana. Jangan ikut campur!" ucap Kirana dengan suara rendah dan dingin di saat yang bersamaan.

"You know me, I don't like being denied."
(Kamu tahu aku. Aku tidak suka dibantah!)

Tut Tut Tut

Kirana memutuskan telepon sepihak. "Dasar gila!" gumam Kirana pelan. Melempar ponselnya ke kursi belakang. Kirana menghidupkan mobilnya kemudian mengemudikannya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Di tempat lain. Seorang pria dengan jas mahal yang melekat di tubuhnya. Memiliki tatapan tajam dan tentunya tampan. Terlihat menatap ponselnya dengan kesal. Sesudah ia menelpon seseorang yang sangat ia rindukan.

Gadis itu benar-benar nakal dan selalu lancang. Pria itu mengusap wajah tampannya pelan kemudian menghembuskan napasnya lega. Walaupun begitu ia senang. Gadis itu ternyata masih hidup. Pada kenyataan hidup di tubuh orang lain.

Pria itu memanggil sekretarisnya. "Siapkan tiket untuk saya. Tujuan Indonesia!"

***

Kirana menghentikan mobilnya di depan toko penjual bunga. Membeli bunga yang sangat di sukai oleh orang yang ia cintai kemudian kembali melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di tempat tujuan. Kirana memarkirkan mobilnya di tepi jalan. Sebelum keluar Kirana menghirup napasnya dalam-dalam. Mencoba untuk menenangkan diri agar tidak menangis.

Merasa sudah tenang Kirana keluar dari mobil sambil membawa bunga yang tadi ia beli. Kirana memasuki sebuah pemakaman umum dengan langkah pelan. Mendekati salah satu nisan yang sudah lama tidak ia kunjungi.

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang