Part : 31

7.9K 951 225
                                    

Daniel hanya berdiam diri di ruang kerjanya. Sudah beberapa hari setelah kepergian putrinya. Kehidupan Daniel benar-benar suram. Tidak ada gairah sama sekali. Rasa bersalah menguasainya. Kenapa penyesalan itu selalu datang paling terakhir?

Daniel menatap sebuah foto yang ada diatas meja ruang kerjanya. Foto istri dan anaknya. Daniel mengambil foto itu dan mengusapnya pelan.

"Maaf kan aku!" ucapnya serak. Pria itu menangis. Ia teringat perbuatannya dulu. Ia yang selalu menyiksa anaknya. Tidak memberikan kasih sayang layaknya ayah yang baik.

Di ruang kerjanya Daniel menyesali semuanya. Kalau ia bisa memutar waktu. Ia ingin membahagiakan putrinya itu. Putri kebanggaannya.

***

Rian, sejak kepergian Kirana. Sikap cowok itu menjadi sangat tertutup. Ia tidak lagi melontarkan candaan seperti biasa yang ia lakukan. Setiap berkumpul dengan teman-temannya. Ia yang dulunya sangat aktif berubah menjadi pasif. Cowok itu hanya diam di pojokkan, merokok.

Teman-temannya yang melihat Rian seperti itu juga kasihan. Bohong kalau mereka tidak kangen dengan candaan Rian. Mereka sangat menantikan itu. Setiap kali mereka berkumpul. Rian lah yang selalu menghidupkan suasana tongkrongan mereka.

"Rian, stop! Lo udah kebanyakan ngerokok!" ucap Fikri, teman setongkrongan mereka yang lumayan dekat dengan Rian.

Rian menatap Fikri sekilas. Ia tidak peduli, melanjutkan menghisap nikotin itu. Ia selalu tenang kalau menghisapnya.

Fikri yang tahu kalau Rian sudah berhenti merokok karena Kirana. Fikri yang tidak tahan melihatnya merebut paksa rokok milik Rian.

"Cukup, lo lupa kalau Kirana ngelarang lo ngerokok?!" ujar Fikri yang langsung mengenai hati Rian.

Rian menundukkan kepalanya. Benar. Gadis itu selalu melarangnya. Selalu menyumpahinya jika ia merokok ia akan di sembar petir. Mengingat bagaimana wajah gadis itu yang sibuk melarangnya merokok Rian tanpa sadar tersenyum. Sumpah. Ia kangen dengan gadis itu.

Rian mengusap wajahnya. "Apa yang harus ia lakukan? Ini bisa membuatnya gila!"

***

Tidak hanya Daniel dan Rian saja yang merasa kehilangan. Alland yang memang di luar negeri. Mendengar kabar Kirana yang sudah meninggalkannya emosi bukan main. Bahkan Alland langsung balik ke Indonesia saat itu juga.

Alland yang sedang emosi. Tidak ada yang berani menghadap didepan cowok itu kecuali Julian. Alland bahkan menembak anak buahnya karena masalah kecil yang seharusnya tidak perlu dibesar-besarkan.

Saat ia sudah sampai di Indonesia. Alland langsung menuju rumah Kirana dan membuat keributan disana. Hampir saja nyawa Daniel melayang karena amukkan Alland.

Alland mengamuk dan berniat menembak kepala Daniel. Tapi itu semua gagal karena Julian dengan cepat menghentikannya.

"Bodoh, emang Kirana akan maafin lo kalau lo ngelakuin ini?!" bentak Julian kepada Alland.

Alland menatap Daniel tajam dan setelah itu pergi sambil mengumpat kasar.

Setelah ingin menghabisi nyawa Daniel yang tidak jadi. Alland memutuskan pergi ke tempat tongkorongan mereka dulu. Alias markas mereka.

Kedatangan Alland di markas menimbulkan suasana yang cukup tegang. Sebab aura Alland dari dulu tidak bisa di anggap main-main. Sangat mendominasi. Bahkan mereka yang lama kenal Alland. Tidak juga bisa menahan diri agar tidak takut. Cowok itu menakutkan.

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang