Part : 22

14K 1.6K 219
                                    

~Enjoy~

Huk Huk Huk

Kirana batuk dengan keras dan air seketika keluar dari mulutnya. Kirana terengah-engah, raut wajahnya terlihat pucat, bahkan matanya sudah memerah akibat lama didalam air.

Pandangan keduanya bertemu begitu saja. Dapat Kirana lihat rambut Arkan basah dan menetes diwajahnya. Kirana seketika tahu bahwa Arkan lah yang telah menolongnya.

Keheningan menyambut mereka sebelum Arkan berbicara.

"Lo mau mati, bagaimana bisa lo gak bisa berenang, hah! Walaupun lo itu bodoh. Berenang, lo gak sebodoh itu Viona!!" teriak Arkan sambil menggoyang bahu Kirana berkali-kali.

Kirana seketika menepis tangan Arkan dari pundaknya. Kirana menatap Arkan lelah, "apa peduli lo gue bisa berenang atau gak. Dan juga, kenapa lo nolongin gue?" tanya Kirana dengan wajah yang pucat, seketika Arkan membuang pandangannya. Sebab ia emosi dan juga bingung. Bingung kenapa ia melakukan itu.

Bara mendekati keduanya. Mendengar pertanyaan Kirana. Bara menatap Kirana tajam. "Udah untung lo ditolongin!" ujar Bara dingin.

Arkan menggertakkan giginya. Cowok itu berdiri dan berjalan menuju bajunya yang tergeletak dilantai. Tidak mengucapkan sepatah katapun, Arkan memilih pergi darisana.

Bara menatap kepergian Arkan dan berdecih pelan. Bara kembali menatap Kirana tajam. Kirana yang ditatap seperti itu hanya mengalihkan pandangannya. Entah kenapa sakit saat ia melihat tatapan itu.

"Kalau dipikir-pikir lagi. Seharusnya lo itu dibiarin mati aja didalam sana. Lo itu bisanya nyusahin orang tahu gak!" ujar Bara sinis dan mendengar hal itu membuat jantung Kirana seketika berdetak dengan kencang.

Samudra dkk terdiam. Mereka tidak tahu harus berbuat apa. Bella, gadis itu menutup mulutnya. Tidak percaya dengan kalimat yang dikeluarkan Bara.

Samudra, cowok itu juga diam. Tapi mata cowok itu tak henti memandangi telapak tangannya yang tadi mendorong Kirana ke kolam. Samudra mengepalkan tangannya.

"Sial!" batin Samudra, hatinya entah kenapa menyesal saat mengingat perlakuannya tadi. Itu sangat pengecut.

Kirana menutup matanya. Kalimat itu sangat familiar. Kalimat yang selalu didengarnya. Kalimat yang selalu menghantuinya. Tidak hanya sakit secara fisik tapi batinnya lebih sakit saat mendengar kata-kata itu.

"Udah Bar, lo udah keterlaluan!" ucap Vano menepuk pundak Bara pelan. Menahan agar Bara tidak bertindak lebih jauh.

Bara menepis tangan Vano dari pundaknya. "Gue gak peduli. Dia memang pantes dapetin itu! Lo gak tahu aja gimana perlakuannya dulu! Sangat menjijikan!" balas Bara dingin.

Vano hanya bisa menghembuskan napasnya pelan. Bara dan Arkan sama saja, sama-sama emosian.

Vano mengalihkan pandangannya ke arah Kirana yang hanya diam ditempatnya. Bisa ia lihat, gadis itu sudah menggigil akibat suhu yang mulai mendingin dan ini sudah malam.Tidak tega, Vano mendekati Kirana. Cowok itu melepaskan jaketnya dan memasangkannya kepundak Kirana.

"Dingin, lo bisa pakai jaket gue!" ucap Vano diselingi dengan senyuman di wajahnya.

Bara yang melihat Vano memasangkan jaket kepundak Kirana. Bara mendengus dan memilih pergi darisana. Tidak lupa. Bara menyenggol bahu Kirana dengan keras.

Samudra, Deva, Kevin, dan Bella juga pergi menyusul Bara. Sedangkan Vano, cowok itu tidak pergi. Ia memilih menemani Kirana yang sedaritadi menunduk. Entah apa yang ada didalam pikiran gadis itu sekarang.

KiranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang