***
*Rangga Pov*
Kebodohanku bukan karena aku tak menyadari perasaan Alex yang lebih untuk ku.
Kebodohanku adalah ketika saat ini terjadi.
Ketika aku membiarkan orang yang bisa jadi sahabat, pacar, musuh, adik, bahkan kakak ku pergi menjauh dari jangkauanku untuk selamanya.
Ketika mata kehijauan itu mulai menatap ku berbeda mulai detik ini.
Mungkin hanya kebencian yang mendalam yang akan tersimpan di matanya ketika ia kembali melihat wajahku.
Perih rasanya mengingat keadaan akan berubah mulai detik ini antara aku dengan Alex.
Apa ini salah satu pertanda?
Pertanda jika aku telah jatuh untuk Alex tanpa ku sadari? Sedangkan perasaan yang ku tafsirkan cinta untuk Nina hanya kagum semata?
Kemungkinan besar perkiraanku benar. Dan penyesalan dan rasa takut mulai menghinggapi ku saat ini.
Rasanya sakit yang ku alami bukan di karena kan tangis yang ia tunjukan untuk ku, Rasa sakit ini di karena kan aku lah alasan nya menangis.
Ingin rasanya aku mengejarnya dan merengkuhnya kembali ke dalam dekapan ku.
Tapi dunia seolah meneriakan ku "Lo telat, Jerk!" dengan tampang penuh ejek.
Apa masih ada harapan untuk ku kembali ke dalam kehidupan Alex?
Kurasa tidak.
Terlalu banyak alasan yang mendukungku untuk melepaskan Alex sepenuhnya.
Bukan kah ini saatnya Alex untuk bahagia? Mengapa aku harus kembali dengan kejam nya dan merampas kebahagiaan nya? Untuk kedua kalinya?
Tapi bukan kah Tuhan selalu memberikan umatnya?
Dasar bodoh! Lo bukan sosok kelewat protagonis macam Finn, Ga!
Aku terduduk di atas rerumputan dengan hampa. Rintik hujan mulai jatuh membasahi bumi.
"Sekarang waktu yang di bilang Alex."
"Waktu dimana gue akan berada di posisinya."
"Merasakan segala luka yang tak pernah sembuh di hatinya."
Aku tersenyum tipis lalu menatap langit yang tampak segelap hatiku saat ini.
"Siap gak siap. Ini yang harus gue terima."
Karma gak mandang status,fisik, atau semacamnya kan?
"Gue bakal dapetin lo lagi saat semuanya udah reda, Lex."
***
*Finn Pov*
Aku duduk di meja makan sambil memakan makan ku dalam diam.
"Kamu udah siap minggu depan?"
Aku mengerutkan keningku bingung.
"Minggu depan? Ngapain?"
Wajah kedua orang tuaku langsung horror mendengar aku bertanya dengan polos. Memang ada apa?
"Jangan bilang kamu hilang ingatan, Finn?"Tanya Mum dengan lebay
Aku tersedak makananku. Memang salahku sebesar apa sampai Mum selebay itu?
"Minggu depan kamu berangkat ke Inggris buat kuliah,Sweetheart."
Lagi-lagi aku terbatuk. Membuat Mum langsung mengambilkan ku segelas air putih yang ku terima dengan senang hati.
"Kamu di terima di sana, Dit."Ucap Papa ku dengan tenang. Kok lucu ya rasanya bule macam papaku menyebut nama Indonesiaku,'Dit'. Wkwk. Eh fokus!
Aku terdiam.
Tidak, aku tidak bisa pergi secepat itu.
Tunggu, tidak bisa pergi secepat itu? Memang akan ada yang mencegahku pergi?
Seketika nama Alex terngiang di kepalaku. Memang Alex akan mencegahku pergi?
Haha, Teruslah berharap Finn.
Bahkan kemungkinan besarnya ia sudah jadian dengan Rangga, Sehingga sampai menit ini tak ada sepatah keluhan sedihnya yang sampai ke telingaku.
"Dit."
Apa Alex sudah melupakanku dan berbahagia dengan Rangga?
"Finnegan."
Ah, Alex tak se-
"Finnegan Aditya!"
Aku tersentak dan kembali sepenuhnya ke bumi. Hafft.
Aku menarik nafas panjang lalu tersenyum tipis sambil membangun hati juga tekadku.
"Ah iya, inget kok. Cuman tadi ada nyamuk di pikiran Adit."
Tunggu, Alex bukan nyamuk.
***
*Alex Pov*
Aku melangkah masuk ke dalam rumahku sambil menunduk dalam dalam. Aku tak akan memperlihatkan air mataku pada orang rumah.
Ini masalahku. Dan aku sudah cukup besar untuk menyimpan dan menyelesaikan nya sendiri.
I dedicate this song to you,
The one who never sees the truth,
That I can take away your hurt, heartbreak girl.
Hold you tight straight through the day light,
I'm right here. When you gonna realize
That I'm your cure, heartbreak girl?
Aku tersentak kaget. Sebelum akhirnya menyadari couple menyebalkan itu masih ada di rumahku. Julian-Kayla.
Julian dan Kayla cekikikan melihat wajahku yang semakin keruh.
"Kok nyebelin sih? Gabisa apa nyemangatin dikit!?"Ucapku jutek dengan air mata yang masih mengalir. Bahkan tambah deras.
"You're doing it good, Baby."Ucap Kayla sambil membawaku ke pelukan nya.
"This is the time when we're become stranger, again."Aku menutup mataku "Yeah, again."tekan ku sekali
Lagi.
"Gak ada memori di antara 2 stranger."Ucap Julian
Aku mendelik kesal ke arahnya.
"Yang pedofil diem aja udah!"Ucapku kesal
Kayla menepuk punggungku dengan keras."Pacarnya pedofil di sini."
Aku mendengus lalu melepaskan pelukan Kayla.
"Gue balik duluan. Capek."Ucapku lalu menghapus air mataku.
Julian tertawa sinis,"Always telling people you're tired. When in reality, you're just sad."
Aku yang baru saja akan melangkah menaiki tangga menjadi terdiam. Air mata kembali memenuhi pelupuk mataku.
"You know what? We're done with your freaking mask!"
Aku mengepalkan tanganku lalu berbalik menatap Julian dingin.
Rasa sakit dapat merubah seseorang. Pernah dengar?
"Terkadang, Senyum palsu pilihan terbaik ketika pilihan lain ngedorong lo ke lubang hitam."
Mulai detik ini, Aku memutuskan membuang dan mengubur diriku yang lama.
Well,
Welcome to my new Alex?
***
Hiii! Finally bisa apdet. Maaf kalo ini singkat dan gaje banget. Tapi Vomments kalian sangat pake amat kami harapkan! Thanks!
Lots of love,
Buzz Lightyear.xx