***
3 tahun kemudian...
*Alex Pov*
Aku melangkah keluar dari bandara Internasional milik tanah kelahiran ku sambil menarik koper besarku.
Menyebalkan, Ketika jatah travelling sebulan ku harus di undur menjadi minggu depan karena acara pertunangan kakak ku yang mau gak mau harus ku hadiri. Atau aku bisa mati di tangan Mama.
Apa lagi dua hari lalu baru saja aku berangkat ke LA, lalu esok harinya Kayla ngebet nyuruh aku pulang.
"Lo gak boleh ngebantah kakak ipar, Nanti kualat."gitu katanya. Semena mena memang.
Hafft. Udah 3 tahun semenjak aku mengubur segala yang terjadi di masa SMA ku. Banyak yang berubah.
Perubahan pertama jelas ada pada diriku. Rangga yang seakan ingin aku kembali seperti dulu.
Juga...Finn yang pergi mengejar cita-cita nya ke Inggris. Terakhir kali kami bertemu ketika ia menyatakan semua nya padaku.
*Flashback On*
Sudah hampir seminggu Finn tampak menjauhiku. Tapi entah mengapa, Sore ini ia mengajak ku ketemuan di taman dekat rumahku.
Aku yang gak tau apa-apa hanya menerima ajakan nya. Sekalian ingin menanyakan mengapa ia seperti mendiamiku.
"Hai.."
Aku menoleh dan mendapati Finn tampil cemerlang. Tunggu, Apa barusan aku mengatakan jika Finn cemerlang?
"Udah lama ya? Sorry, Tadi jalanan macet."
Aku hanya mengangguk lalu Finn duduk di sampingku.
"Lo kenapa-"
"Tunggu, Gue mau ngomong."potong Finn tegas
Lalu ia berdeham pelan.
"Lo tau, bagi gue, Lo itu angin."
Aku mengerutkan keningku. Dia mau memberiku pelajaran tambahan?
"Lo selalu deket sama gue, bisa di rasakan. Tapi terasa jauh, terlalu susah di gapai."
Aku menatap wajahnya yang malah menunduk menatap sepasang sepatu warna biru donker yang membungkus di kedua kakinya.
"Gue sayang sama lo lebih dari sekedar teman. Dari perasaan ini masih abu-abu, Sampai akhirnya terasa sangat nyata."
Deg!
Rasanya jantungku berhenti berdetak saat ia mengucapkan kalimat nya sambil menatap mataku dalam.
"G-gue.."Lidahku kelu rasanya.
Finn mengangkat tangannya menyuruhku berhenti berbicara.
"Gue gabutuh kalimat lo. Gue juga gabutuh hubungan."lanjut Finn tegas
Entah mengapa rasa kecewa terselip di hatiku. Kecewa?
"Dan lega rasanya ketika akhirnya lo tau perasaan gue yang sebenernya."
"Gue rasa cuman itu alasan gue nemuin lo. Gue duluan."Ucapnya sembari tersenyum tipis. Bahkan aku ragu jika itu senyuman.
Perlahan tapi pasti, Finn melangkah menjauh.
Ketika aku melepaskan Rangga, Finn malaikat sandaran ku pun ikut terlepas.
Tak bisakah aku hidup tanpa kebahagiaan? Walau sebatas sebuah senyum tulus?