Episode 8

525 82 8
                                    

Jihyo termenung memandang kearah langit, menyaksikan banyaknya bintang yang bertaburan disana bersama dengan bulan yang memancarkan cahayanya hingga menerangi gelapnya malam hari ini. Gadis bermata bulat itu masih setia duduk sambil memeluk kedua lututnya berusaha menghangatkan tubuhnya yang terasa menggigil akibat hembusan angin malam yang bertiup kearahnya.

Terlihat seorang pria sedang berjalan kearah jihyo sambil memegang sebotol minuman keras.
"Hey, sedang apa kau disini" suara itu mampu membuat jihyo terkaget hingga berdiri.

"Apa kau tersesat cantik? Apa kau mau ku antar pulang atau kau mau bermain-main dulu bersamaku" ucap pria itu lalu tertawa.

"Aku tidak mau! Lebih baik kau pergi saja" teriak jihyo takut.

"Kenapa tidak mau, aku tidak akan bermain kasar"

"Aku mohon jangan menggangguku" pria itu mulai mendekat seakan tak menghiraukan ucapan gadis yang ada dihadapannya.

"Berhenti, jangan mendekat atau aku akan teriak"pria itu langsung memegang tangan jihyo dan menariknya dengan sangat kuat. Sontak jihyo langsung berteriak meminta tolong tapi seakan tak ada seorangpun yang mendengar teriakannya, mungkin karena ini sudah tengah malam dan orang-orang juga sudah tidur.

Dengan susah payah jihyo berusaha melepaskan genggaman pria itu tapi usahanya sama sekali tak berhasil, hingga terlintas sebuah cara dalam pikirnya guna terlepas dari pria mabuk tersebut.
"Oppa" panggil jihyo terdengar manja.
Pria mabuk itu langsung berbalik dan menatap jihyo sambil tersenyum.

"Oppa, jangan menggenggam tanganku terlalu kuat, rasanya tanganku sakit, bagaimana kalau aku terluka, itu tidak akan baik bukan?"ucap jihyo manja.

"Apa tanganmu sakit?"tanya pria itu lalu mengelus tangan jihyo.
Sontak jihyo sedikit terkejut dengan tindakan pria itu tapi ia berusaha tetap tenang agar pria mabuk itu tak curiga padanya.

"Iya oppa"

"Maaf aku sudah menyakitimu ,aku tidak bermaksud melukai tangan mulusmu ini" pria itu masih mengelus tangan jihyo.

"Bagaimana kalau aku berjalan sendiri saja, oppa tidak perlu menarikku,aku akan ikut kemana pun oppa pergi, aku janji"

"Apa kau serius?"

"Tentu saja oppa, bukankah kita akan bermain-main?"

"Ya.. tentu saja, rupanya kau sudah tidak sabar" jihyo hanya pura-pura tersenyum malu guna membenarkan ucapan pria mabuk yang sangat menyebalkan menurutnya itu.

Jihyo kembali berjalan bersama pria mabuk itu dan sesekali melihat kearah jalan raya berharap ada sebuah kendaraan yang melintas disana, tapi matanya sama sekali tak melihat kendaraan beroda dua ataupun beroda empat lewat dijalan tersebut. Terpaksa ia harus mengambil langkah seribu guna terbesas dari pria mabuk yang terus mengoceh tidak jelas disampingnya itu.
"Oppa, apa kau pernah menonton sebuah drama" tanya jihyo

"Tentu saja, aku sangat suka saat mereka berciuman atau saling tidur bersama" pria itu kembali tersenyum tidak jelas seakan membayangkan apa yang baru saja ia bicarakan.

"Apa kau mau mencobanya?" tanya pria itu sambil menatap jihyo.

"Tidak, maksudku bukan begitu"

"Lalu apa?"ucap pria itu seakan menggoda jihyo.

"Maksudku, aku pernah melihat sebuah drama dimana pria itu berjalan didepan seorang gadis dan gadis itu mengikutinya dari belakang. Menurutku itu sangat romantis, Apa oppa ingin mencobanya?"

"Tentu saja, aku kan pria yang romantis, kalau begitu cepatlah, aku akan berjalan didepanmu"

"Iya oppa, tapi oppa jangan berbalik karena kalau sampai berbalik semua keinginan oppa tidak akan terkabul"

Debt of gratitudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang