Maaf telat update. Tadi malam listrik mati jadinya aku gak ingat kalau belum update
***
Nita berlari cepat menuju rumah Revan saat taksi berhenti didepan gerbang. Fikirannya dipenuhi pertanyaan bagaimanakah keadaan kekasihnya itu.
Nita benci dengan Gusti, bagaimana bisa pria itu menambah luka lagi dalam hidup Revan? Gusti adalah pria paling kejam dan tak berperasaan bagi Nita.
"Bunda, gimana sama Revan?"
Bunda menatap Nita sendu, "Revan gak mau jawab setiap di ajak ngomong, Nit. Bahkan dia juga gak mau makan sama minum. Tatapan matanya kosong, Bunda benci lihat Revan begitu, Nit."
Nita mengangguk, "Nita bakal coba bujuk Revan supaya gak sedih ya, Bu. Nita yakin kalau Revan bakal baik-baik aja."
Nita langsung naik menuju kamar Revan setelah mendapat izin dari Bunda. Tangannya membuka pintu kamar Revan.
Seketika suasana dingin dan gelap masuk kedalam penglihatan Nita. Tampak Revan yang berbaring menyamping memunggungi pintu.
Nita berjalan pelan mendekati Revan. Nita memposisikan diri dihadapan Revan, "Rev...."
Revan membuka matanya. Tampak sekali raut wajah lelah dan tak berdaya di matanya. Namun satu hal penting yang dapat Nita tangkap, Revan tampak sudah tak memiliki keinginan untuk hidup.
"Hey.... You know I will always beside you, right?"
Mata Revan tampak berkaca-kaca. Bahkan bahunya mulai bergetar tanda menangis, "I wanna die."
Nita menggeleng menahan sesak yang menyiksa dadanya, "Kamu gak boleh ngomong begitu, Rev. Banyak yang sayang sama kamu. Dan kamu tau kan rasanya kehilangan seseorang yang kita sayang itu gak enak? Apa kamu mau orang-orang yang sayang sama kamu ngerasain perasaan itu?"
Revan terdiam namun air matanya sudah membasahi pipinya. Nita mengelus pipi Revan lembut, "This is not your fault, Rev. I know you're feel so confused and annoying with this, but aku gak perduli sama semua ini. Karena ini bukan keinginan kamu. Dan kamu cuma korban disini."
Revan sudah tak mampu membendung tangisannya. Ia terisak kencang sembari menatap Nita yang masih mengelus pipinya lembut, "I'm afraid about what people will say about me. Aku takut mereka bakal jijik sama aku, Nit."
Nita menggeleng kuat, "No.... Siapapun yang bilang jijik bakal aku kasih pelajaran. You know, I will always love you no matter what people say about you."
Revan akhirnya mengangguk dengan pelan, "I trust you, Nit."
Nita mengangguk, "Sure. You can trust me at all. Tapi sekarang kamu harus makan. Aku gak mau kamu sakit."
Revan mengangguk dengan senyuman tipis terbit di bibirnya.
***
Dafa benar-benar tak habis fikir dengan Gusti. Teman SMA nya itu akan berbuat se nekat ini. Bahkan ia tak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi pada Revan.
Dafa menatap Gusti yang sudah berada dalam penjara, "Kenapa Lo lakuin ini ke adek gue, Gus?"
Gusti menatap Dafa sayu, "Lo tau gue, Daf. Lo tau kalo gue gak tertarik sama cewek, tapi tertarik sama cowok. Dan salah Lo sendiri yang bikin gue kenal sama Revan. He is so cute, and I wanna fuck him until he can't walk."
Dafa memukul meja dihadapannya, "Stop bicara kotor kayak gitu! Lo gak tau apa akibat dari kelakuan Lo ke Revan? Dia jadi depresi lagi, Gus! Lo gak tau kan se tersiksa apa dia dulu saat Ibu asuhnya meninggal?"
Gusti hanya diam. Gusti tak tahu masa lalu Revan. Gusti hanyalah seorang pria yang memiliki nafsu yang harus di salurkan. Bahkan Gusti sendiri memang sudah sering menculik anak-anak SMA atau SMP yang imut untuk ia perkosa lalu ia bunuh.
Gusti memang memiliki kelainan semenjak ia merasakan pengalaman sex pertama dengan pacar lelakinya.
Sejak saat itu Gusti berubah menjadi sosok gila sex yang membuatnya diputuskan oleh kekasihnya. Semenjak saat itu ia sering memperkosa dan membunuh korbannya.
Namun kejahatannya tak pernah terdeteksi karena Gusti pintar bermain aman.
Dafa juga jadi menyesal karena mengenalkan Revan dengan Gusti.
***
Seminggu setelah kejadian itu, Revan sudah kembali beraktivitas seperti biasa. Namun ia masih belajar dari rumah karena ia masih tak mampu jika harus berhadapan dengan orang banyak.
Guru-guru pun tak keberatan sama sekali karena Revan tetap mengikuti kelas dengan baik dan mengumpulkan tugas dengan tepat waktu.
Hari ini Nita hendak berkunjung kerumah Revan sembari mengajak kekasihnya itu piknik di halaman belakang rumah Revan.
Nita menenteng keranjang piknik dengan isi makanan dan juga buah-buahan.
"Rev, how your day?"
Revan menatap Nita, "It's good. But a little bit tiring. Aku gak suka belajar dari rumah begini, cuma aku juga belum siap kalau harus ketemu sama orang banyak."
Nita mengelus rambut Revan lembut, "Good job! Aku bakal usahain lebih sering main deh biar kamu gak ngerasa sepi. Gak lama lagi kita lulus, Rev. I hope you get better before the final examination."
Revan mengangguk, "Thanks for your hope fore me. And.... What's about agensi yangang ngajak kamu gabung?"
Nita tersenyum, "Aku udah tanda tangan kontrak sama mereka. Dan manager ku lagi bicarakan projek film pertamaku sama agensi."
Revan mengangguk lalu memeluk Nita, "Hope you get all the best!"
Nita tersenyum manis lalu mengecup pipi Revan kilat, "Love you."
Revan mengecup bibir Nita lembut, "Love You too."
***
Tata duduk di depan rumahnya setelah selesai beberes rumah. Papah Mamahnya belum pulang, jadi dia harus beres-beres sendiri.
Keluarga Tata itu tak suka menyewa asisten rumah tangga dengan alasan lebih sehat jika membersihkan sendiri. Lagipula kedua orang tuanya mau Tata belajar membersihkan rumah agar ketika ia jadi istri nanti, ia bisa menjalankan tugas sebagai istri.
"Ta...."
Tata mendongak menatap kekasihnya yang datang dengan wajah cemberutnya, "Kenapa?"
Okta duduk di sebelah Tata lalu memeluk lengan kekasihnya erat, "Jangan ngambek terus lah, sayang.... Aku capek tau harus jauh-jauh dari kamu.... Lagian temen aku udah jelasin ke kamu juga kan soal hari itu? Masa kamu gak mau maafin aku juga sih?"
Tata menghela nafas, "Kamu tau kan kalau aku paling benci dibohongi? Kamu harusnya sejak awal itu ingat kalau aku gak suka di gituin. Kamu malah ngilang seharian tanpa ngabarin apa-apa. Pas ketemu kamu malah lagi bareng cewek. Gimana coba perasaan aku?"
Okta menduselkan hidungnya ke pundak Tata, "Iya iya... Maafin aku ya.... Lain kali janji bakal izin dan ngabarin kalau mau kemana-mana biar kamu gak bingung dan khawatir."
Tata menghela nafas panjang, "Iya yaudah aku maafin kamu. Lain kali diingat, jangan di ulang. Kalau terulang lagi jangan harap aku bakal maafin kamu."
Okta mengangguk semangat lalu memeluk Tata dengan lebih erat, "I miss you."
Tata mengangguk, "Miss you too."
***
Hey I'm back!! Gimana sama chapter ini? Have many sweet part right? Kira² bakal beberapa chapter lagi tamat sih. Maaf buat yang minta jangan tamat, soalnya itu emang udah sesuai outline. Ntar kalau aku asal² lanjutin yang ada alurnya gak jelas dong kayak sinetron Indonesia yang ribuan episode 😂😂
See you again in Friday!
Rabu, 17 Februari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Revanita [GunJane] ✔️
RomancePernahkah kau membayangkan bagaimana jika kau jatuh cinta pada musuh bebuyutan mu?? Atau kau pernah membayangkan bagaimana rasanya hanya menjadi mainan oleh pacarmu? Atau kau pernah membayangkan bagaimana jika kau diputuskan hanya karena kau menyuka...