023. Fakta (2)

166 19 0
                                    

Jujur saja Okta mendadak lupa dengan tujuannya mengadakan acara ini. Ditambah dengan raut wajah seluruh orang yang berada di ruangan ini mampu menjelaskan keterkejutan mereka.

Dita membungkuk meminta maaf pada semuanya, “Dita minta maaf kalau selama ini Dita sudah merusak semuanya. Karena Dita gak tau kalau yang dilakuin Papa Dita itu salah, yang Dita tau keluarga Revan menjebloskan Papa ke penjara. Dan Dita gak tau alasannya apa. Makanya Dita berfikir bahwa keluarga Revan adalah orang jahat. Karena Papa selalu bersikap baik dan menjadi pahlawan bagi Dita. Sekali lagi Dita minta maaf atas semua yang sudah Dita lakuin.”

Elvan meremas ujung kemeja nya, “Elvan juga gak nyangka kalau semua bakal jadi begini. Elvan cuma sayang sama Revan, dan gak mau kalau Revan sakit karena Alya. Tapi tanpa Elvan sadari semua ini juga salah Elvan. Revan adalah sosok baik yang mau berteman sama Elvan yang memiliki keluarga yang tidak harmonis, bandel dan juga memiliki orientasi seksual menyimpang. Dan tanpa Elvan sadari, Elvan jatuh hati sama Revan. Elvan minta maaf yang sebesar-besarnya.”

Revan masih diam mendengar penjelasan Dita dan Elvan. Dadanya kembali sesak mendengar penjelasan mereka. Pasalnya semuanya tak ada yang berniat buruk, mereka hanya dihadapkan dengan situasi yang salah yang membuat tindakan mereka juga salah.

Nita menyadari perubahan sikap Revan, dan mendadak perasaannya semakin takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada Revan.

Okta mengangkat sebuah map dan menatap semua orang disana, “Karena situasinya sudah seperti ini, Okta juga sekalian mau ngasih tau sesuatu yang jadi alasan Okta minta untuk diadakan makan malam ini.”

Okta membuka map tersebut dan mengangkatnya, “Jujur aja semenjak tau kalau golongan darah Revan berbeda dengan keluarganya, Okta jadi curiga. Dan sejak itu Okta cari tau semua tentang Revan dan Okta dapat banyak hal yang ternyata bahkan hampir semua orang gak tau. Ayah, Bunda, Revan itu saudara kembar Okta yang hilang 18 tahun yang lalu.”

Mendadak suasana semakin menegang. Dan Revan hanya mampu menatap Okta dengan tatapan yang sulit di artikan. Bahkan kedua orang tua Okta menatap anaknya dengan tatapan tak percaya. Bagaimana Okta tahu bahwa ia memiliki kembaran yang hilang 18 tahun lalu?

“Okta melihat dan mendengar soal Revan yang ngomong ke Bunda nya kalau dia kangen sama Ibu. Itu sudah membuktikan kalau Revan bukan anak kandung Tante Delia dan Om Rian. Ditambah sama tes DNA yang Okta lakuin secara diam-diam, dan hasilnya positif kalau Revan itu anak kandung Ayah sama Bunda.”

Jantung Revan berdetak tak karuan. Kepalanya mendadak pening menerima semua kenyataan yang ada. Rasanya tak sanggup mendengar semuanya, dan tanpa sadar ia terjatuh dari kursi lalu kegelapan menyapa nya.

***

Nita meremas ujung gaun nya. Rasanya sangat sakit melihat keadaan Revan saat ini. Wajahnya sangat pucat dan dipenuhi buliran keringat yang berjatuhan tak henti-henti.

Dan tentu saja itu menjelaskan dengan jelas keadaan Revan. Bahkan dalam keadaan tidak sadar pun Revan masih dihantui dengan rasa tidak tenang. Tentu saja itu mampu mengiris hati Nita yang telah melihat sisi terpuruk Revan selama ini.

Bahkan rasanya Nita seperti menyesal ketika ingat bahwa ia pernah membenci pemuda dihadapannya ini. Rasanya seperti membuat dosa besar karena membenci sosok pemuda lugu yang sudah mengalami berbagai hal buruk dalam hidupnya.

Tak cukup dengan kebenaran dari teman-teman mereka, Revan masih harus berusaha menerima fakta bahwa ia adalah saudara kandung Okta.

Nita tak habis fikir dengan apa yang di alami Revan. Dan Nita merasa kesal dengan keadaan yang seakan mempermainkan sosok pemuda rapuh yang tengah berbaring tak sadarkan diri dihadapannya.

Tak cukupkah kehidupan malang yang sudah dilalui Revan? Mengapa ia masih harus menanggung beban berat sampai selama ini?

Entah sudah air mata keberapa yang jatuh dari mata Revan, dan Nita tak mampu membayangkan seberapa hancurnya Revan dengan kenyataan yang ia terima. Bahkan Nita tak akan pernah bisa membayangkan bagaimana jika ia yang berada di posisi Revan.

Nita sudah tak mampu menahan air matanya yang sudah menggenang di ujung matanya. Bahkan ia sendiri merasa menyesal tak bisa menjaga Revan dengan baik seperti apa yang diminta oleh Bunda Revan.

“Nita..”

Nita menoleh dan menemukan Bunda Okta tengah menatapnya dengan sendu, “Boleh Bunda yang jaga Revan?”

Nita menghapus air matanya lalu mengangguk dengan senyumannya, “Boleh Bun. Lagian Nita mau pamit pulang juga. Semoga Revan cepat sadar ya Bun. Nita pamit sama yang lain dulu.”

Nita tersenyum menatap Bunda Okta. Ia langsung berjalan keluar kamar lalu menutup pintunya.

Bibirnya berusaha melengkungkan senyuman manis agar tak tampak sedih didepan keluarga besar Revan. Rasanya tak etis saja jika ia tampak sedih ketika keluarga besar Revan juga tengah bersedih. Ia tak boleh menambah beban kesedihan keluarga Revan.

***

Okta menunduk memainkan ujung kemeja nya. Mendadak ia merasa bersalah ketika melihat Revan yang tumbang ketika mengetahui fakta sebenarnya tentang dirinya sendiri.

“Darimana kamu tau kalau kamu punya saudara kembar yang hilang 18 tahun lalu?”

Pertanyaan lembut dari Kakeknya membuat Okta mengangkat kepalanya, “Okta cuma curiga aja awalnya kenapa Okta punya ikatan batin yang kuat sama Revan. Bahkan setiap kejadian buruk yang menimpa Revan, sebelumnya pasti Okta selalu punya firasat buruk soal Revan. Awalnya Okta cuma nganggap itu sebagai kebetulan karena kami berteman dekat, tapi lama kelamaan Okta jadi curiga dan coba-coba buka dokumen yang disimpan sama Ayah dan Bunda. Sampai akhirnya Okta nemuin fakta kalau Okta lahir gak sendirian, Okta punya kembaran tapi dinyatakan hilang 18 tahun lalu. Kecurigaan Okta makin besar ketika tahu bahwa golongan darah Revan gak sama dengan Tante Deila dan Om Rian. Terus Okta ngajukan tes DNA ke rumah sakit pakai sampel rambut Ayah Bunda sama Revan. Dan hasilnya positif.”

Sang Ayah menatap Okta, “Jujur aja Ayah gak percaya kalau kamu bakal ngelakuin hal kayak gini. Tapi Ayah juga bangga sama kamu yang berhasil menemukan saudara kembar kamu.”

Om Rian menatap keponakannya yang ternyata adalah saudara kembar anak angkatnya, tangannya terangkat untuk mengusap rambut Okta sayang, “Om itu sayang banget sama Revan, Okta. Bahkan Dafa gak pernah rela kalau Revan sampai gak bahagia. Karena Dafa adalah saksi keterpurukan Revan dimasa kecilnya. Dan Dafa sayang banget sama Revan karena Revan adalah anugerah buat dia yang sangat ingin punya adik saat itu tapi Om dan Tante gak bisa kasih karena Tante kamu harus operasi pengangkatan Rahim akibat kecelakaan waktu itu. Ketika Ibu yang mengasuh dia dari bayi meninggal, Revan sangat terpukul dan hampir melakukan bunuh diri, tapi Dafa bisa mencegahnya hingga hal tersebut tidak terjadi.”

Dafa tersenyum, “Dafa gak pernah rela Revan merasakan sakit lagi. Sudah cukup Revan menderita sejak kecil dan gak seharusnya dia terus menanggung rasa sakit yang bisa membunuhnya kapan aja. Revan itu selalu mendahulukan orang lain dibanding dirinya sendiri, dan jika ia salah faham dengan orang, ia akan menyalahkan dirinya sampai akhirnya ia drop dan lelah dengan semuanya. Siklus itu terus berulang dan baru berhenti saat ia masuk SMA. Namun akhirnya kembali terulang saat masalah akhir-akhir ini yang gak berhenti datang pada Revan.”

Okta menatap keluarga besarnya dengan tatapan sendu. Hatinya sakit saat mendengar cerita dari Dafa dan Om nya. Bahkan rasanya kebahagiaan yang ia dapat selama ini sangatlah berlimpah, berbanding terbalik dengan Revan yang terus mendapat kesedihan yang tak berujung. Saudara macam apa yang bahagia ketika saudaranya menderita hingga berkali-kali mencoba bunuh diri?

***

I'm back again with new chapter one!! Happy new year guys!! Semoga tahun ini kita menjadi lebih baik dan mendapat berkah yang berlimpah, Aaminn....

Sampai Jumpa lagi kapan-kapan!! Karena aku sebentar lagi mau masuk sekolah, jadinya maybe bakal sibuk. Tapi bakal aku usahakan update 2 kali seminggu oke

Kenzalert12

Jum'at, 01 Januari 2021

Revanita [GunJane] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang