Seminggu sudah Revan di rawat di rumah sakit. Dan baru saja semalam Revan sadar dari komanya. Karena darah yang keluar dari tubuh Revan tergolong banyak, ia sampai mengalami koma. Bahkan jika saat itu mereka telat membawa Revan, bisa saja Revan akan meninggal.
Suasana sekolah sudah mulai membaik, seluruh siswa-siswi maupun para guru sudah memberikan rasa bela sungkawanya terhadap apa yang terjadi pada Revan dan Dafa.
Dan setelah di skors selama seminggu lebih, Dita masuk sekolah dengan kepala yang tertunduk dalam merasa terintimidasi akan tatapan para siswa yang berada di koridor.
"Masih bisa ya dia tenang dan gak ngerasa bersalah kayak gitu udah ngehancurin hidup sahabatnya, bikin Kak Dafa kecelakaan dan bikin Revan koma."
"Alah, palingan juga dia gak mikir sama sekali apa kesalahannya. Turunan bapaknya, kan."
"Iya tuh bener. Bapaknya aja koruptor, terus tukang melecehkan pegawai wanita juga. Hih, gak terpuji banget sikapnya. Pantes aja anaknya kayak gitu."
Mata Dita memanas mendengar setiap kata yang keluar dari mulut mereka. Rasanya sesak sekali, bahkan ia merasa udara disekitarnya menghilang entah kemana.
Dita berjalan cepat tanpa melihat-lihat hingga ia menabrak seorang lelaki yang tengah membawa banyak buku paket ditangannya hingga terjatuh semua.
BRUK!
Dita mendongak dan segera menunduk meminta maaf, "Maaf-maaf, gue gak lihat-lihat jalannya."
Sang pemuda hanya tersenyum maklum, "It's okay. Lain kali hati-hati."
Dita menatap pemuda didepannya yang tengah tersenyum, "Lo gak jijik juga sama gue? Bukannya perilaku gue jahat banget, ya?"
Sang pemuda hanya tertawa pelan sembari menumpuk buku paket, "Emangnya kalau elo jahatin orang, udah pasti elo bakal jahat sama gue juga? Buktinya elo bantuin gue beresin buku ini."
Dita terdiam tak percaya dengan ucapan pemuda dihadapannya, "Tapi kan semua orang nganggap gue begitu. Dan gue juga gak bisa ngelak karena emang semua itu bener."
Sang pemuda tersenyum manis, "Jangan menghakimi diri sendiri, lo harus belajar memaafkan kesalahan lo dan berusaha memperbaiki apa yang udah lo perbuat ketimbang terus meratapi sesuatu hal yang gak bakal bisa lo ubah lagi."
Dita membalas senyuman pemuda tersebut, "Thanks nasihatnya. Btw gue Dita, nama lo?"
Sang pemuda tersenyum manis, "Gue Adit, salam kenal Dita."
***
Nita tengah berada diruangan OSIS bersama para pengurus lain karena mereka tengah merencanakan acara ulang tahun sekolah yang akan di adakan bulan depan. Dan sebagai sekretaris, Nita tentu merasa bertanggung jawab karena Revan tengah terbaring dirumah sakit.
Nita dengan Dio -wakil ketua OSIS yang dipilih langsung oleh Revan-tengah memimpin rapat pembentukan panitia peringatan ulang tahun sekolah.
Dio menatap seluruh pengurus OSIS dihadapannya, "Baik, saya selaku wakil ketua OSIS merasa bertanggung jawab sebagai pemimpin karena Kak Revan, ketua OSIS kita sedang dirawat dirumah sakit. Jadi setelah berdiskusi dengan Kak Nita, kami sudah membagi panitia dan sudah menunjuk ketua pelaksana dari acara kali ini."
Nita tersenyum, "Oke, jadi saya bacakan ketua pelaksananya, sekretaris, bendahara dan ketua panitia masing-masing bidang, ya."
Semua menyimak perkataan Nita, "Setelah berdiskusi, saya dan Dio memutuskan untuk menunjuk Fandi sebagai ketua pelaksana, Della sebagai sekretaris, Mutia sebagai bendahara, ketua perlengkapan Devan, ketua konsumsi Selin, ketua properti Arka, dan ketua dekorasi Tata. Untuk anggotanya silahkan lihat di kertas yang kami bagikan. Semoga acara yang kita rancang berjalan lancar. Untuk Fandi kami persilahkan memimpin rapat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Revanita [GunJane] ✔️
RomancePernahkah kau membayangkan bagaimana jika kau jatuh cinta pada musuh bebuyutan mu?? Atau kau pernah membayangkan bagaimana rasanya hanya menjadi mainan oleh pacarmu? Atau kau pernah membayangkan bagaimana jika kau diputuskan hanya karena kau menyuka...