012. Senyuman Revan

240 28 4
                                    

Nita meregangkan tangannya yang terasa kebas setelah mengerjakan tugas Sejarah. Sebenarnya tugas yang simple, merangkum materi Kerajaan-kerajaan di masa Hindu-Budha.

Nita mematikan lampu belajarnya lalu merebahkan tubuhnya ke atas ranjang miliknya. Mendadak ia kefikiran tentang keadaan Revan. Karena ialah yang melihat seberapa parah Revan tadi saat pertama datang kerumah sakit.

Nita menghela nafas lelah, rasanya seminggu terakhir sangatlah berat. Banyak sekali kejadian mengejutkan dan juga melelahkan yang membuatnya semakin lelah saja. Untungnya besok adalah hari Minggu, jadi ia bisa sedikit bersantai dan melepaskan lelahnya.

Ponsel Nita yang tergeletak diatas bantal berdering. Dengan segera Nita mengambilnya dan menemukan nama Dita yang ingin melakukan video call.

Ia segera mengangkatnya, “Kenapa, Dit?”

Dita terkekeh lalu membalikkan kamera ponselnya dengan kamera belakang yang langsung menampilkan Revan yang tengah makan disuapi oleh kakaknya, “Gue tau elo khawatir, jadi gue VC lo supaya elo tau gimana keadaan dia.”

Nita tersenyum ketika melihat wajah Revan yang tampak bahagia, padahal Nita tahu bahwa pemuda itu tengah menahan sakit dan nyeri di sekujur tubuhnya.

“Santai aja kali Nit ngelihatnya. Tatapan lo kayak ngelihat pacar lo lagi senyum aja.”

Nita tersentak lalu mendengus, “Gausah bacot deh, Dit. Lagian elo udah malem malah gak balik-balik juga dari sana.”

Dita terkekeh, “Gue lagi nunggu Bapak gue jemput. Beliau gak mau gue pulang naik ojek atau taksi, jadi beliau mau jemput.”

Nita mengangguk, “Yaudah, hati-hati lo dijalan. Stay safe.”

Dita berdehem mengiyakan, “Oke, yaudah gue tutup ya. Bapak gue ngabarin kalau udah dibawah.”

Nita tersenyum ketika panggilan video dari Dita berakhir. Dan tanpa ia sadar, jantungnya berdebar saat membayangkan senyuman manis Revan.

***

Revan mengerjapkan matanya ketika suara berisik dari depan kamar rawatnya mengganggu nya. Dan tak lama pintu kamar rawatnya dibuka dan menampilkan sosok Alya yang tersenyum canggung kearahnya.

Revan terdiam membatu menatap Alya yang tampak cantik seperti biasa.

Bahkan walaupun ia sudah tahu bahwa ia hanyalah bahan taruhan dari gadis itu, ia tetap saja tak bisa membenci gadis itu. Rasanya sangat menyebalkan sekali, hingga ia merasa frustasi dengan keadaannya.

“Hai, Rev. Gimana keadaan kamu?”

Revan membalas senyuman canggung Alya, “Baik, udah mendingan daripada kemarin.”

Alya mengangguk lalu mendudukkan diri dikursi yang berada di samping ranjang Revan, “Maaf baru bisa jenguk. Kemarin gak ada yang kabarin aku kalau kamu kecelakaan.”

Revan mengangguk, “Nggak masalah.”

Mereka terdiam, bahkan Alya bingung hendak membicarakan apa lagi. Karena mereka berdua sudah cukup lama tak bertemu. Bahkan Alya juga sempat melupakan fakta bahwa Revan adalah kekasihnya.

“Ayo putus, Al.”

Alya mendongak terkejut, “Ke-kenapa, Rev?”

Revan menggeleng dengan senyuman, “Aku tau kalau kamu pacaran sama aku cuma karena taruhan, kan?”

Alya terdiam. Revan tersenyum manis, “Aku mau kita putus aja, Al. Aku cuma gak mau bikin kamu risih dan nggak nyaman sama tingkah aku yang bakal selalu berlebihan kalau didekat kamu. Lebih baik kamu cari seseorang yang bener-bener kamu sayang biar kamu gak perlu merasa gak nyaman.”

Revanita [GunJane] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang