010. Kebenaran?

247 28 5
                                    

Alya menghentakkan kakinya kesal. Ia sangat kesal ketika mendengar dan melihat foto yang dikirimkan teman-temannya yang mengatakan bahwa Nita berangkat bersama dengan Revan.

Ia sebagai pacar Revan tentu saja sangat tak terima dengan sikap Nita yang seenaknya seperti itu. Bukankah dirinya tak pernah mencampuri ataupun mengganggu urusan Nita ketika gadis itu berpacaran dengan Rafa.

Dan soal dirinya dengan Rafa, mengapa banyak orang curiga padanya dan Rafa yang sudah seperti kakak adik? Bahkan Rafa menyayanginya seperti pemuda itu menyayangi adik perempuannya.

Ponsel Alya berdering, dengan segera ia mengangkat panggilan tersebut, “Halo?”

Alya mendengarkan ucapan seseorang diseberang teleponnya. Dan ia menghela nafas lalu tersenyum kecut, “Iya gue gak lupa soal itu. Lo semua tenang aja, bakal gue selesaikan dengan baik dan tanpa kesalahan apapun.”

Alya terdiam menatap kosong hadapannya. Bahkan mendadak otaknya blank.

Ucapan seseorang diseberang telepon membuatnya sadar akan suatu hal yang selama ini mengganggunya.

Helaan nafas terdengar keluar dari bibirnya. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju toilet untuk menenangkan diri.

***

Nita melenguh saat ia membuka matanya, kepalanya terasa pening dan sakit. Seseorang disebelah Nita segera membantu gadis itu untuk duduk, “Pelan-pelan aja, Nit.”

Nita menoleh dan menemukan Revan yang menatapnya dengan tatapan khawatirnya. Dan tatapan tersebut mampu membuat jantung Nita berdesir.

Revan mengambil sebotol air mineral yang sudah diberi sedotan lalu menyodorkan sedotan tersebut kedepan bibir Nita yang pucat, “Minum dulu aja. Gue tau elo haus.”

Nita menurut dan meminum air mineral tersebut. Ia mengulum senyumnya ketika melihat Revan yang masih saja menatapnya khawatir.

Revan kembali meletakkan botol air mineral di nakas ketika Nita selesai meminumnya, “Kenapa bisa sampe ribut gitu?”

Nita menghela nafas, “Gue juga gak tau, Rev. Bahkan gue masih blank sampe sekarang.”

Revan mengelus puncak kepala Nita lembut, “Kepala lo masih sakit? Tadi kata perawat kepala lo sedikit lecet karena jambakan Alya yang terlalu keras.”

Nita mengangguk tipis, “Sedikit, sekarang udah mendingan.”

Revan mengulum senyumannya, “Kenapa bisa sampe pingsan segala?”

Nita mengendikkan bahunya, “Gue juga gak tau. Setelah Dita maksa Alya buat lepasin jambakannya mendadak kepala gue pusing dan badan gue lemes. Mungkin efek shock juga.”

Revan mengangguk-anggukkan kepalanya, “Lain kali jangan diem aja. Lo harus ngelawan kalau ada yang kasar sama lo.”

Nita terdiam lalu tersenyum tipis, “Gue gak bisa kasar sama Alya. Karena gue tau banget apa yang harus ditanggung sama Alya selama ini.”

Revan mengerutkan keningnya, “Maksud lo?”

Nita menatap Revan, “Selama ini Alya sering banget dikasarin sama Papi nya setelah kematian Maminya. Bahkan gue sering lihat memar disekitaran dada dan paha dalam Alya. Jadi gue gak bisa bersikap kasar sama dia, Rev. Dia udah terlalu banyak menanggung sakit selama ini. Ditambah sekarang Papi nya masuk penjara karena ngebunuh orang pas mabuk.”

Revan terdiam, “Jadi…. Selama ini dia nyembunyiin itu semua dari gue? Kenapa?”

Nita menghela nafas, “Dia juga cuma cerita sama gue soal ini. Dita juga gak tau soal ini. Karena dia gak mau bikin khawatir siapapun, tapi karena waktu itu gue mergokin dia yang lagi dipukulin sama Papinya jadi dia mau gak mau cerita sama gue.”

Revanita [GunJane] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang